MPB'22

3.9K 175 1
                                    

Happy Reading
💕
****


Tuk...


"Aduhh"

Vania membelalakkan matanya karena menyadari bahwa bukan pintu yang ia ketuk tapi kening Rasya yang terkena ketukannya.

Vania yang tersadar langsung menangkupkan tangan di mulutnya.

"M-maaf."

"Kamu ngapain sih? Biasanya juga langsung masuk, pake ketok pintu segala." Ucap Rasya.

"Ish di sini kan beda." Ucap Vania.

"Aku mau pinjem baju kamu doang." Ucap Vania, Rasya hanya mengangkat sebelah alisnya.

"Aku di suruh mama pinjem baju kamu soalnya mau bantuin mama bikin kue, kan ngga mungkin pake seragam."

"Cie manggilnya udah mama ya sekarang." Ejek Rasya.

"Ish kamu mah, cepetan mana bajunya, mama udah nunggu di bawah."

Tak lama Rasya kembali dengan menenteng sebuah baju berwarna hitam polos dan Vania mengantinya di kamar tamu yang ada di sebelah kamar Rasya.

'ish, ...baju dia gede amat.'

"Kamu lucu pake itu." Rasya terkekeh saat melihat Vania selesai mengganti baju.

"Kamu mah, ... malah di ledekin." Vania cemberut.

"Iya maaf ya sayang ku, ya udah gih turun."

Sebelum turun Vania sempat melihat ke dalam kamar Rasya, Mama benar, banyak foto Vania dan Rasya di dalam sana, si susun dengan sangat rapih, ada sedikit senyum yang terukir di bibir Vania.

Vania pun sekarang sudah ada di ruang tamu dan mengikuti Lili ke dapur.

"Ma, Ras .. eh Devan kalau di rumah orangnya kaya gimana?" Tanya Vania di sela di mengaduk adonan kue.

"Rasya aja ngga papa Vania, Mama tau kamu manggil dia Rasya." Vania hanya tersenyum.

"Dia itu anaknya ngga banyak ngomong, jarang malah, cuek, jarang di rumah, soalnya sering ke rumah Oma nya." Jelas Lili.

"Jarang ngomong sama cuek dari mananya Ma, orang bawel gitu kalau ke Vania." Vania cemberut.

"Itu artinya Devan sayang sama kamu, ngga mau kamu kenapa-kenapa." Jelas Lili.

"Kalau Om kemana Ma?" Tanya Vania.

"Masih di kantor, biasa lah."

"Hmm, ... Ma." Ucap Vania.

Mata Vania mulai panas, Vania terus saja menunduk, sudah lama sebenarnya Vania tidak bercengkrama seperti ini dengan seorang Ibu, tapi begitu melihat Mama Lili yang begitu menyambutnya dengan tangan terbuka Vania jadi mengingat Riana Bundanya, Vania rindu Bunda, dan ingin memeluk Bunda.

Lili langsung menghentikan kegiatannya dan menghampiri Vania yang mulai menjatuhkan air mata.

"Vania, kamu kenapa ?" Tanya Lili yang nampak khawatir

My Perfect BoyFriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang