Happy Reading
💕
***
Perayaan itu selesai menjelang pagi hari, Mama, Bunda dan Oma sudah kembali ke rumah beberapa waktu lalu.
Vania dan Rasya dkk masih bersantai di dalam ballroom sembari menikmati makanan yang memang sudah mereka siapkan untuk di makan bersama-sama setelah acara usai. Sedangkan Rasya masih menenangkan Vania di ruangan terpisah.
"Leher gue sakit." Keluh Haikal sembari menyandarkan kepalanya di punggung kursi sampai ia bisa sangat jelas melihat langit-langit Ballroom.
"Ngeronda berapa malem lo?" Ejek Amar.
Bugh
"Sialan lo." Ucap Haikal sembari melempar balon tepat ke wajah Amar, seketika semua orang tertawa.
"Aku pulang ya Kak, di cariin Bunda ni." Ucap Kirana.
"Anterin ga?" Tanya Vano sembari mendongakkan kepalanya ke arah Kirana yang berada di belakang Vano.
"Ahm, ...."
"Kirana pulang sama kita." Ucap Rika, Vano mengangguk lalu kembali fokus pada ponselnya, Kirana masin menunduk malu dengan Lidia yang masih merangkul lengan Kirana sembari menaik turunkan alisnya.
"Kak anterin Kiki aja, kita ada urusan lain, iya kan Rik?" Ucap Lidia, Kirana membulatkan matanya pada Lidia, Rika hanya menampakan muka bingung pada Lidia.
"Emang iy, ..." Lidia langsung membekap mulut Rika dan menunjukan telunjuknya di depan bibirnya menandakan Rika untuk diam.
"Yuk Rik, telat kita." Ajak Lidia yang langsung menarik tangan Rika meninggalkan Ballroom.
"Nitip Kiki Kak, awas kalau sampe lecet." Teriak Lidia sembari berlari ke arah pintu keluar bersama Rika, Vano mengacungkan jempolnya tanpa membalikan dirinya dan masih fokus pada ponselnya.
Sedangkan Kirana masih berdiri mematung tak tau harus apa tepat di belakang Vano.
'Mereka berdua nyebelin.' rengek Kirana.
"Duduk dulu Ki, dia masih sibuk." Ucap Amar yang duduk di depan Vano.
Kirana langsung berjalan duduk di sofa panjang bersebelahan dengan Vano, dengan Kirana yang duduk di sisi satunya, menyisakan ruang kosong di antara mereka.
"Berasa ketemu Devan kalau ketemu cewe lain, patung." Celoteh Haikal.
Vano masih fokus pada ponselnya, tidak perduli dengan celotehan Haikal, sedangkan Kirana hanya duduk diam tak bersuara.
Amar masih saling lempar-lemparan balon dekorasi ruangan bersama Haikal.
"Cocok mereka emang, kakak sama adik ipar sama aja kelakuannya, dingin, kaya es balok di warung Bang Dodi." Ucap Amar.
"Iya, batu es, lama lagi lelehnya." Sambung Haikal.
Plak
Bunyi tos tangan mereka kemudian mereka berdua tertawa.
"Berisik!, gue mau telfon dulu." Ucap Vano yang beranjak dari sofa dan keluar ruangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect BoyFriend
RomanceCinta itu suatu hal yang tabu, tak nampak, tak bisa di sentuh, tak tau juga seperti apa, tak dapat di jelaskan dengan kata-kata bukan? tapi dapat di rasakan oleh hati. Begitupun cintaku, aku tau cintaku tak dapat terlihat oleh mu, karena memang tak...