MPB'26

3.7K 176 22
                                    

Happy Reading
💕
***


"DEVANIA!!"

Terdengar teriakan yang membuat Vania harus kembali membuka sedikit matanya.

Terlihat Vano dan Leo yang dengan sedikit berlari menghampiri Vania.



Fiuhhhhhh



'Di introgasi nih gue.' Batin Vania.

"Jelasin ke kita gimana lo bisa tau soal Ana." Tanya Vano.

'Bener kan apa kata gue.'

"Ish kalian berisik, aku mau tidur tau." Ucap Vania kembali memejamkan matanya di dada Rasya.

"Deva!" Bentak Vano dan menarik tangan Vania sekaligus sampai membuat Vania tersentak.

"Hey santai boys, dia cewe, jangan asal main tarik aja dong." Bela Rasya sembari mencekal tangan Vano untuk melepaskannya dari tangan Vania.

"Diem lo Dev, lo juga pasti tau masalah ini kan?" Ucap Vano sembari mencekal balik tangan Rasya.

"Sorry gue ngga ikutan." Ucap Rasya sembari mengangkat kedua tangannya.

"Kasih tau kita dimana Ana? Kita kangen banget sama Ana, apa lagi Bunda kita yang terus cari-cari Ana." Ucap Leo yang kemudian membuat dirinya berlutut di hadapan Vania dan Rasya.

"Dev, gue mohon lo kasih tau dimana Ana, gue mohon." Ucap Vano sembari ikut berlutut di sebelah Leo.

"Kalau udah ketemu Ana mau apa?" Vania bicara tanpa melihat wajah Vano dan Leo, ia hanya memandang ke lain arah.

Lea dan Vano hanya diam.

"Mau nyakitin dia lagi dengan kelakuan Bapak tua itu? Belum puas kah?" Tanya Vania sembari menatap kedua kakaknya lekat-lekat.

"Kita berdua mau minta maaf gak bisa jagain dia, kita terhalang oleh Ayah, Ayah selalu menghalangi kita jika berhubungan dengan Ana, kita berdua mau minta maaf." Jelas Leo yang perlahan mengenggam tangan Vania.

Vania tersenyum di dalam hati sekaligus miris, ia bahkan sudah lupa setiap sentuhan yang selalu Leo berikan dulu, saat Leo mengusap lembut kepalanya setiap hari meski tak ada kata yang Leo ucapkan.

"Plis Dev, kasih tau kita." Ucap leo yang ikut menggengam tangan Vania.

Seketika setiap kenangan dan perhatian Vano terlintas di fikiran Vania, setiap semangat yang selalu Vano berikan, setiap sentuhan saat Vano mengobati Vania saat terluka.

Terlalu sakit Vania mengenang semua ini, mereka tak memberikan kenangan menyakitkan, tapi bersama mereka orang yang selalu memberi rasa sakit itu ada.

Orang yang tak pernah berfikir bahwa Vania membutuhkan kasih sayang, orang yang tak bernah tau rasa sakit yang setiap hari Vania rasakan, bahkan orang yang tak pernah mengerti bahwa setiap hari rasa rindu ini semakin menumpuk tanpa tau bagaimana cara mengungkapkannya.

My Perfect BoyFriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang