Happy Reading
💕
***
B
rak
Rasya langsung berlari ke kamar Vania dan meninggalkan Oma yang juga tampak begitu panik.
Ceklek
Ceklek
TokTok
Tok
Pintu Kamar Vania terkunci dari dalam, Rasya terus mengetuk dan memanggil nama Vania."Vania."
TokTok
Tok
"Sayang kenapa, buka pintunya!" Teriak Rasya.Tak ada sautan sedikit pun dari dalam.
Prank
"PERGI!"Seketika Rasya terdiam, mendengar terikan Vania.
DugDug
Dug
Rasya semakin kencang memukul pintu kamar Vania karena Vania terdengar semakin histeris di dalam sana."Sayang, buka pintunya, kamu kenapa?" Panggil Rasya lagi.
"PERGI!"
Bugh
Sebuah benda terasa menghantam tepat di balik pintu.
Dug
Akhirnya Rasya memutuskan untuk mendobrak pintu kamar Vania dari luar.
Dug
Pintu tidak juga terbuka."Aku ngga salah, aku punya salah apa? Pergi, jangan dateng lagi, pergi." Ucap Vania
Dug
Dug
Brak
Saat Rasya berhasil membuka kamar Vania, Vania langsung berlari menghampiri Rasya, dan langsung mendekapnya erat."Tadi dia di sini, dia dateng kesini, dia maki-maki aku, dia marahin aku Sya, dia mau seret aku Sya." Histeris Vania.
Keringat memenuhi wajah Vania, tubuhnya bergetar hebat, Rasya menggegam erat tangan Vania yang kini terasa sangat dingin dan bergetar, wajahnya memucat seakan darah tidak mengalir di wajahnya.
"Tenang ya, dia ngga ada di sini, cuma halusisasi kamu aja oke, tenang ya."
Vania menggeleng kuat.
"Dia di sini Sya, dia berdiri di sini, dia bentak-bentak aku, dia gak rela aku hidup, dia mau aku mati, dia mau aku pergi, aku yang udah rusak hidup dia, aku pembawa sial buat dia, aku, ..."
"Ssttt, ... Udah sayang, udahh, ... dia ngga ada di sini, cuma aku yang ada di sini." Rasya terus mengusap-usap punggung Vania berusaha terus menenangkannya.
"Dia ngikutin aku terus Sya, dia ada di sini, aku liat dia Sya, ..."
"Ngga ada sayang, dia ngga ada di sini."
"Dia di sini! Kamu harus percaya sama aku! Dia di sini!" Teriak Vania.
"Kamu harus percaya sama aku, hiks hiks."
"Iya, udah ya, aku udah di sini, dia ngga akan balik lagi oke."
Rasya terus berusaha menenangkan Vania.
"Ke tempat tidur lagi ya, aku di sini sayang." Vania menggeleng.
"Aku di sini, temenin kamu, aku ngga akan biarin dia dateng lagi ya, yuk."
Perlahan Rasya membawa Vania kembali ke tempat tidur, Rasya mendudukan Vania di tepi ranjang, Rasya duduk di bangku samping tempat tidur Vania.
Vania terus mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, memastikan orang itu tidak kembali lagi.
Hup
Rasya menangkupkan kedua tangannya di pipi Vania, Vania langsung menatap Rasya, begitu pun Rasya."Sayang, liat aku, dia ngga ada di sini, kamu ngga usah khawatir, aku di sini, jagain kamu, dia ngga akan dateng lagi."
"Dia di sini pas kamu ngga ada, dia kesini saat semua orang pergi, dia ngga suka aku di sini, dia bawa BD nya dan nodongin pisau ke aku, aku takut, dia balik lagi, dia ngga pergi, dia cuma sembunyi di suatu tempat di kamar ini karena kamu ada di sini, dia ada di sini." Wajah Vania semakin panik.
"Aku di sini, dia ngga akan balik lagi sayang, aku janji aku bakal di sini sama kamu, biar dia ngga balik lagi, sekarang tenang ya."
Tapi Vania sama sekali tidak bisa tenang, keringat dingin masih memenuhi wajahnya, tangannya masih bergetar meremas-remas rok dressnya.
"Aku di sini sayang, dia ngga akn kesini lagi." Vania mengangguk.
Rasya meraih obat di atas nakas, ia mengambil beberapa butir obat yang di berika dokter Danu, Rasya juga meraih segelas air yang ada di atas nakas lalu memberikannya pada Vania.
"Di minum ya." Rasya memberikan obat dan segelas air itu pada Vania, Vania langsung meminumnya.
"Sudah lebih tenang?" Vania mengangguk, Rasya tersenyum.
"Kamu jangan pergi." Ucap Vania.
Rasya mengusap lembut rambut Vania. "Aku di sini, sama kamu, aku ngga akan pergi kemana-mana."
Mata Vania kembali berkaca-kaca, 1 air mata lolos dari matanya.
"Udah dong, jangan nangis terus ya, nanti cantiknya ilang." Goda Rasya sembari menyelipkan anak rambut Vania ke belakang telinganya.
"Aku aneh ya Sya ..."
"Kamu ngga aneh sayang, kamu cuma meluapkan apa yang ada di hati kamu, ngga papa, itu lebih baik kan dari pada di pendam." Ucap Rasya sembari meraih tangan Vania dan menggenggamnya.
"Maaf repotin kamu."
Rasya tersenyum. "Ngga papa, aku ngga ngerasa di repotin kok, aku seneng bisa ada buat kamu."
Rasya mengusap lembut pipi Vania, Vania tersenyum.
"Sekarang istirahat ya, besok mau liat aku bertanding kan, jadi tim hore." Vania tertawa kecil.
"Kamu di sini aja." Rasya mengangguk.
"Tunggu sebentar."
Rasya bangkit, berjalan ke arah sofa panjang di pojok kamar Vania, Rasya membawa sofa itu ke dekat tempat tidur Vania dan menempatkannya tepat di samping ranjang Vania.
"Kamu tidur di situ?" Rasya mengangguk
Vania bangkit, bejalan ke arah lemari, mengambil 2 buah bantal dan selimut, lalu memberikannya pada Rasya.
"Makasih."
"Ya udah istirahat ya."
Vania berbaring di salah satu sisi ranjang, dan Rasya berbaring di atas sofa, kini posisi mereka saling berhadapan, Rasya memegangi tangan Vania, Vania tersenyum lembut, Rasya usap punggung tangan Vania, sampai lama kelamaan Vania memejamkan matanya dan terlelap.
"Good nigh princess." Ucap Rasya yang kemudian mengecup kening Vania.
Tak lama Rasya pun ikut terlelap dengan tangannya yang masih setia menggenggam salah satu tangan Vania.
***
Lama banget gak Up yaaa
Maafkannnn akuuu...Pendek yaa? Maaf hehe
Gj gak sih? Wkwk g papa lah yaaa
Maafkan typo yang bertebaran dimana-mana
Semoga sukaJangan lupa vote, follow dan komentar nya yaaa
Terimakasihhhh🙏🏻🙏🏻
Tbc ....
See U
💕
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect BoyFriend
RomanceCinta itu suatu hal yang tabu, tak nampak, tak bisa di sentuh, tak tau juga seperti apa, tak dapat di jelaskan dengan kata-kata bukan? tapi dapat di rasakan oleh hati. Begitupun cintaku, aku tau cintaku tak dapat terlihat oleh mu, karena memang tak...