Happy Reading
💕
***
"Lapangan Guys, udah mau mulai." Ucap Lidia yang heboh memasuki kelas.
Karena ada pertandingan antar sekolah dan persiapan para guru untuk ujian kenaikan kelas para siswa 2 minggu lagi, hari ini proses belajar mengajar tidak berlangsung seperti biasanya, hanya beberapa tugas yang di berikan, atau bahkan beberapa guru sengaja tidak memberikan tugas apa pun, dan di sambut sorak sorai semua orang.
Termasuk Bu Metta yang memberikan kebebasan minggu ini untuk siswanya, namun tetap menberikan soal latihan untuk di kerjakan di rumah dan minggu depan akan memberikan soal-soal latihan di kelas sebelum ujian berlangsung.
"Ayooo, ..." Ajak Rika.
Mereka semua pun langsung berhamburan keluar kelas, Kirana terus memegangi tangan Vania.
"Ki, berasa anak kecil aku." Ucap Vania.
"Ih ngga gitu, aku cuma mau kamu aman, oke." Vania tertawa kecil.
"Aman dari apa sih Ki?" Tanya Vania.
"Hmm, ... Semuanya." Vania hanya tertawa geli melihat Kirana yang menerawang bingung.
Mereka pun langsung menuju ke lapangan dan duduk di kursi penonton, suasana lapangan sudah sangat riuh oleh pendukung kedua sekolah.
Beberapa dari mereka meriuhkan nama-nama pemain yang mereka idolakan, termasuk, Rasya, Vano dan yang lainnya, begitu pun dari SMA Kencana.
Padahal kedua tim belum memasuki lapangan, mereka masih bersiap menunggu panitia memanggil mereka, terlihat beberapa orang masih menyiapkan lapangan dan entahlah.
Vania hanya tersenyum pahit, ia tak begitu suka suasana seperti ini. Dia selalu merasa seperti kekasih gelap yang tak di anggap, tapi apa daya, ini sudah keputusan Rasya dan dirinya sendiri sedari awal masuk sekolah ini.
Dari salah satu lorong lapangan terlihat Rasya yang melambaikan tangan dan meminta Vania mendekat padanya. Senyum Vania pun seketika mengembang.
Vania langsung beranjak dari kursi penonton menuju dimana Rasya berada.
"Dev, mau kemana?" Tanya Kirana.
"Di panggil pangerannya tuh." Ucap Lidia menunjuk ke arah Rasya berada dengan dagunya.
"Ow ow ow, ..." Ucap Rika dan Kirana bersamaan.
Vania berbalik sesaat menaruh telunjuknya di depan bibirnya menandakan mereka untuk diam. Mereka pun langsung tertawa dan menutup mulut mereka.
Vania pun sedikit berlari menuju ke arah Rasya.
"Kamu ngga papa kan?" Vania menggeleng.
Rasya menarik Vania ke salah satu sudut lorong dimana anak-anak di lapangan tidak dapan melihat ke arah mereka.
"Aku seneng kamu baik-baik aja." Rasya mengusap lembut pipi Vania.
"Udah jangan di bahas, waktunya bahas soal kamu." Ucap Vania.
"Aku? Aku kenapa?" Ucap Rasya bingunh
"Ya kamu harus menang, Harus menang oke." Ucap Vania
"Pastinya dong, kan pialanya buat Princess." Wajah Vania bersemu malu.
Rasya mencubit pelan hidung Vania.
"Aku punya kejutan kalau aku menang." Ucap Rasya.
"Apa? Pialanya buat aku? Kan tadi udah bilang." Rasya menggeleng.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect BoyFriend
RomanceCinta itu suatu hal yang tabu, tak nampak, tak bisa di sentuh, tak tau juga seperti apa, tak dapat di jelaskan dengan kata-kata bukan? tapi dapat di rasakan oleh hati. Begitupun cintaku, aku tau cintaku tak dapat terlihat oleh mu, karena memang tak...