MPB'89

1.6K 107 12
                                    

Happy Reading
💕
***

 





Brak



Rasya langsung berlari menuju Vania, merebut pisau yang ada di genggaman mereka dan membuang ke sembarang arah.

Pisau itu berhasil menggores leher kanan Vania cukup dalam, membuat pakaian peach yang Vania kenakan kini berubah warna.

Beberapa saat sebelum pisau itu benar-benar sampai tepat di tengah leher Vania, Harrish mengubah arahan pisau itu ke sisi kanan sampai akhirnya membuat leher kanan Vania lah yang terluka karenanya.



Hup



Rasya langsung mendekap Vania yang masih tersenyum sembari menatap nanar pisau yang kini berada di lantai.

"Apa yang kamu lakukan." Ucap Rasya.

"Kenapa?" Tanya Vania lirih. Rasya langsung melepaskan dekapan Vania dan menatap Vania heran

"Bukankan ini yang kau mau?" Perlahan mata Vania naik menatap Harrish.

"Kenapa kau hanya sedikit melukaiku? "

"Bukankah kau ingin aku mati?" Gumam Vania.

Harrish tanpak menatap kosong ke arah darah yang berceceran di lantai.

"Ayo kita ke rumah sakit sekarang. " Ucap Rasya yang perlahan membawa tubuh Vania bangkit.

Namun Vania berontak dan kembali pada Harrish dan kembali menatapnya dalam.

"Aku yakin kau belum puas sampai aku benar-benar mati kan? Aku ini hanya sebuah kesalahan di hidupmu kan? Sampai kau sangat menginginkan aku pergi, aku ini sampah, aku ini tak berguna, tak bernilai dan tak berharga di matamu, bukan begitu?"

Harrish hanya diam menatap luka di leher Vania, lalu menatap darah yang tiba-tiba menetes tepat di atas telapak tangannya.

"Aku bukan putrimu, aku hanya seorang anak yang tak pernah di inginkan kehadirannya, bisakah kau katakan sekali lagi padaku jika kau membenci anak sialan ini?" Ucap Vania.

"Bisakah? "

"Sayang udah."

Rasya pun menarik Vania dan langsung membawanya pergi menuju pintu keluar tanpa persetujuan Vania.

"Tunggu." Vania menoleh ke arah Harrish,

"Vania, ... " Ucap Rasya.

"Aku akan membebaskanmu karena permintaan istrimu, setelah itu kau bebas melakukan percobaan pembunuhan padaku."

"Berapa kali pun yang kau mau 10x, 100x, 1000x bahkan 1 juta kali. "

"Jika dengan itu dapat membuatmu bahagia, aku tidak apa-apa jika harus menjadi kelinci percobaan selama kau hidup."

"Aku akan menunggu."
***






Di atas brankar rumah sakit Vania tengah terduduk setelah lehernya selesai di obati oleh suster, Rasya dengan setia duduk di samping Vania dengan terus memegangi tangannya.

Beberapa kali Vania meringis dan merintih saat alkohol sampai pada lukanya, tapi ia tak bergeming, tetap diam dan tak mengeluh, ia hanya memandang kosong.

"Sakit banget?" Tanya Rasya sembari mengusap punggung tangan Vania, ia hanya menggeleng lalu menghela nafas.

"Sya, ... "

Vania menoleh ke arah Rasya, matanya langsung berkaca-kaca dan seketika Vania langsung mendekap Rasya dan terisak.

"Sttt, ... Udah, aku di sini, ngga papa." Ucap Rasya sembari mengusap lembut punggung Vania.

My Perfect BoyFriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang