Happy Reading
💕
***
Rasya masih berusaha mencari Vania di tengah padatnya jalanan ibu kota, ponsel Vania pun sama sekali tidak bisa di lacak.
Berkali-kali Rasya mencoba menelfon Vania namun ponsel Vania di matikan.
Rasya pun langsung melajukan mobilnya ke arah taman tempat biasa Vania berada jika sedang merasa tak tenang hatinya.
Di awal minggu ini jalanan sangat padat, di banding hari-hari biasnya yang bisa di bilang cukup lengang.
Tak lama ketika Rasya sudah sampai di taman, iya langsung memutari taman itu berharap mobil Vania ada di sana, namun nihil, 2x Rasya memutari taman namun ia sama sekali tidak menemukan tanda- tanda Vania.
Rasya tau jika Vania sudah begini itu artinya kemarahannya sudah tidak bisa di redam lagi, Vania bukan tipe orang yang akan mengeluarkan emosinya secara menggebu-gebu, namun jika seseorang sudah bersikap keterlaluan padanya, ia akan langsung meluap-luap atau memilih pergi untuk sekedar menenangkan diri.
Rasya pun menelfon beberapa orang memastikan apakah mereka melihat Vania atau tidak, namun hasilnya tetap sama. Nihil!
"Kamu kemana?"
Sampai hari menjelang malam Rasya sama sekali belum menemukan Vania, bahkan beberapa BD keluarga Alexander pun sama sekali tidak bisa menemukan Vania.
Walau mereka di bekali dengan peralatan canggih sekalipun, jika itu Vania yang menghilang, mereka sama sekali tidak akan menemukan Vania dengan mudah.
"Rasya, kamu pulang saja dulu, Oma yakin kalau keadaannya sudah tenang dia akan pulang." Ucap Oma dari seberang telepon.
Fiuhhhhhh
"Iya Oma."Akhirnya Rasya memutuskan untuk kembali ke rumah, sembari terus berusaha menghubungi Vania. Beberapa BD yang baru kembali pun mengabarkan jika mereka tidak menemukan Vania.
Hingga Rasya memutuskan untuk melanjutkan pencarian esok hari, atau semoga malam ini Vania pulang.
***
Di tempat lainVania memejamkan matanya di sebuah bangku pinggir danau di pinggiran kota, ia memejamkan matanya sembari menengadahkan wajahnya ke langit.
Merasakan hembusan angin malam ini berharap hembusan angin itu seraya pergi membawa lelahnya.
"Bukankah aku tidak pernah membuat masalah pada siapa pun?" Gumam Vania.
"Bukankah aku sudah berusaha baik pada semuanya?"
"Bisakah kebahagiaan saja yang ada di hidupku, aku mohon." Gumam Vania.
Iya berceloteh di sela pejaman matanya, berharap langit mendengar keluh kesahnya, dan Sang Pencipta mengabulkannya.
"Aku tau kebahagiaan sudah memenuhi hidupku, tapi bisakah masalah itu di singkirkan, supaya bahagiaku utuh." Lanjutnya.
Jam sudah menunjukan hampir tengah malam, tapi Vania sama sekali enggan beranjak, angin malam ini tidak begitu dingin, dengan hamparan langit penuh bintang dan lingkaran bulan yang sempurna, Vania menikmati setiap sisi langit malam ini.
Semalam yang Vania lakukan hanya menatap langit dan terkadang menghitung bintang, atau sesekali memejamkan mata dan menyuarakan permohonan saat terlihat bintang jatuh melintas di langit.
Menjelang pagi Vania memutuskan untuk kembali ke dalam mobil. Matanya sama sekali tak bosan menikmati keindahan langit malam ini di tambah setiap pantulan cahayanya yang tergambar indah dalam danau seperti ia pun berada di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect BoyFriend
RomanceCinta itu suatu hal yang tabu, tak nampak, tak bisa di sentuh, tak tau juga seperti apa, tak dapat di jelaskan dengan kata-kata bukan? tapi dapat di rasakan oleh hati. Begitupun cintaku, aku tau cintaku tak dapat terlihat oleh mu, karena memang tak...