Happy Reading
💕
***
Selama 2 hari Vania bertahan di rumah sakit, Rasya terus berhasil mengalihkan perhatian Vania untuk tidak segera pulang.
Teman-teman Vania pun bergantian datang menengok ke rumah sakit, membuat 1 ruangan riuh dengan tawa canda mereka, sedikit banyak Vania sangat terhibur dengan kedatangan mereka, itu juga salah satu pengalih perhatian Vania saat ia ingin pulang.
Di hari ke 3 Rasya memutuskan untuk benar-benar membawa Vania pulang walau dokter Danu belum benar-benar mengizinkannya, namun karena mereka harus menghadapi ujian, akhirnya dokter danu mengizinkan Vania untuk pulang, dan tetap memantau keadaan Vania melalui bantuan Rasya.
Pagi ini Vania sudah siap dengan seragam kebanggan sekolahnya, dan siap untuk menghadapi ujian pertamanya.
Ceklek
"Selamat pagi." Sapa Rasya sembari hanya memperlihatkan wajahnya dari balik pintu, Vania terlonjak lalu tertawa melihat kelakuan Rasya hari ini."Apa sih Sya, ..." Bisik Vania seraya tertawa.
Suara Vania belum kembali sepenuhnya, dia hanya bisa berbisik jika ingin bicara, bicara dengan nada agak keras masih membuat tenggorokannya sakit.
"Ayo, udah siang." Ajak Rasya.
Vania pun bangkit, mengambil tas putihnya di atas tempat tidur lalu berjalan menghampiri Rasya.
Hup
Vania langsung mengarahkan kedua tangannya ke arah Rasya saat tangan Rasya terangkat."Jangan di berantakin, udah rapih." Ucap Vania sembari menutupi Rambutnya, Rasya menyeringai.
"Hari ini aku mau nyetir." Ucap Vania. Ucap Vania seraya meninggalkan Kamar.
"No, ..." Ucap Rasya.
"Yes, ..." Balas Vania.
"No honey, ..." Rasya merangkul Vania sembari menuruni tangga.
"Why?" Tanya Vania yang kini langkahnya terhenti di tengah-tengah anak tangga dan berbalik ke arah Rasya
"Mau nabrak anak orang? Ngga ngga." Ucap Rasya.
"Ihhh." Vania menaruh kedua tangannya di pinggang dan memasang raut wajah kesal.
"Kapan aku mau nabrak anak orang, ngga, aku ngga gitu Ras, ... "
Woaaa
Hup
Rasya menahan tubuh Vania yang limbung ke belakang karena keseimbangan Vania goyang."Hati-hati." Ucap Rasya.
"Kamu sih godain aku." Keluh Vania.
"Dih, suruh siapa loncat-loncat di tangga." Rasya pun tertawa.
"Lepasin." Ucap Vania sembari menepuk-nepuk tangan Rasya yang masih memeluk pinggang Vania, Rasya pun melepas pegangannya dan mengangkat kedua tangannya.
Vania pun berlari ke bawah setelah dekapan tangan Rasya terlepas, ia berlari sembari menampakan ekspresi wajah lucu pada Rasya sembari memperlihatkan kunci mobil yang kini ada di tangan Vania.
Rasya pun membulatkan matanya lalu berusaha mengejar Vania dan merebut kunci mobilnya.
"Sayang, ..." Panggil Rasya di sela berlari.
"Coba ambil, ..."
Vania malah mengajak Rasya berlarian di ruang tamu, Vania pun larut dalam tawa, sedangkan Rasya kini duduk karena lelah mengejar Vania.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect BoyFriend
RomanceCinta itu suatu hal yang tabu, tak nampak, tak bisa di sentuh, tak tau juga seperti apa, tak dapat di jelaskan dengan kata-kata bukan? tapi dapat di rasakan oleh hati. Begitupun cintaku, aku tau cintaku tak dapat terlihat oleh mu, karena memang tak...