MPB'4

6.2K 307 2
                                    

Typo bertebaran

Happy Reading
💕
***


.

Ana berjalan tak tentu arah. Ia tak tau harus bagaimana dan kemana.

Hari sudah sangat larut. Matahari sudah terbenam di gantikan bulan di langit malam.

Hujan mulai menghiasi malam ini, Ana berlari kecil menuju sebuah toko yang telah tutup, Ana hanya bisa memeluk lututnya sembari memeperhatikan beberapa orang yang berlarian menghindari hujan.

Tak lama Ana terlelap, rasa kantuk menyelumutinya. Kaki Ana sudah lelah. Matanya sudah sembab seharian menangis.

.

---

.

Paginya ...

"Hei jangan tidur di sini, pergi sana!, ganggu pemandangan aja" Usir pemilik toko.

"M-maaf Om."

Ana pun beranjak dari tempatnya dan berjalan pergi meninggalkan Bapak tua yang masih mengumpat tentang dirinya.

Ana terus berjalan menyusuri trotoar, entah kemana kakinya akan membawa.

"Bunda, Ana harus kemana." Gumamnya.

.

BRUK

.

Ana menabrak seuatu atau seseorang yang ada di depannya, karena Ana terus berjalan dengan menunduk Ana sampai tak sadar jida di depannya ada seseorang hal itu membuat Ana sampai jatuh terduduk ke belakang.

"Kamu ngga papa sayang, maaf Oma ngga liat." Ucap orang tua itu ramah.

Ana hanya tersenyum lalu menggeleng.

Wajah nenek tua itu terlihat sedih tapi ia masih bisa tersenyum untuk Ana.

"Ngga papa Oma, aku yang salah, maaf ya." Ucap Ana seraya berdiri dan membersihkan bajunya.

"Oma kenapa? Oma sedih."

"Ngga papa sayang, suami Oma baru saja di makamkan." Ucap Oma seraya berjongkok di hadapan Ana.

"Oma jangan sedih, Opa pasti sudah bahagia di sana, kata Kakak kalau orang yang sudah meninggal nanti jadi bintang di langit, nanti malam Oma liat Opa di langit ya." Celoteh Ana.

Nenek tua itu tersenyum mendengar penuturan Ana dan mengangguk.

"Rumah kamu dimana sayang?" Tanya Oma.

Seketika senyum di bibir Ana menghilanh, Ana hanya menggeleng. Kini dirinya tak punya rumah. Harrish sudah memintanya untuk pergi. Ia tak mungkin kembali ke sana.

"Ayo ke rumah Oma sayang, kamu pasti suka di sana." Ana tersenyum senang lalu mengangguk.

Ana mengikuti Oma menuju rumahnya, rumahnya tak begitu jauh dari tempat pemakaman, mereka hanya berjalan kaki untuk menuju ke sana.

Sesampainya di sana terlihat sebuah rumah yang sangat besar.

Rumah yang sangat mewah dan megah, lebih besar dari rumah Ana selama ini.

"Rumah Oma bagus." Ucap Ana.

Terdapat gerbang yang menjulang tinggi berwarna putih, taman yang megah, air mancur di sisi kanan dengan replika bunga teratai di tengahnya, kebun mawar di sisi kiri yang mampu membuat rumah itu terlihat sangat menawan.

"Terimakasih sayang, tapi sekarang ini bukan cuma rumah Oma, tapi rumah kamu juga sayang." Ucap Oma mengusap lembut pipi Ana.

"Memang aku boleh tinggal di sini Oma?" Tanyanya sembari memeainkan jari jemari mungilnya.

My Perfect BoyFriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang