MPB'49

2.4K 119 8
                                    

Happy Reading
💕
***

 




Klik



Hup


Hup


Hup




"Sya, ..."

Ruangan yang tadinya terang seketika gelap tanpa cahaya sedikitpun, cahaya lilin yang mengelilingi ruangan seketika mati, aroma bekas bakaran lilin langsung terasa menusuk ke dalam hidung.

"Sya, ... Jangan bercanda dong." Ucap Vania.


Vania bangkit mencoba meraba kesana kemari mencari satu sosok yang bisa ia raih.

"Sayang, ... Jawab dong, aku mulai merinding." Ucap Vania.

Vania memang tak begitu suka gelap, karena gelap selalu membawa sesak di hatinya.

"Sayang." Terdengar sebuah suara dari salah satu sudut ruangan spontan Vania menoleh, tapi tak seorang pun Vania temukan di sana hanya kegelapan yang ia lihat.

"Sya, ... Kejutannya belum selesai? Udah dong, aku takut." Rengek Vania.

"Aku di sini, sama kamu, kamu ngga usah takut." Seketika suara Rasya terdegar begitu menggema di setiap penjuru ruangan sampai Vania kebingungan dari mana asal suara itu.

"Rasya jangan bercanda dong, udah ah, aku takut beneran." Rengek Vania.

"Bunda." Spontan Vania menoleh.

Terdengar sebuah suara yang terasa tidak asing di telinga Vania, ia berusaha mencari dari mana asal suara itu sembari menongok kesana dan kemari.

"Bunda, kakak, ayo kejar."





Deg




"Suara itu." Gumam Vania.

'Ngga, ngga, ngga mungkin suara itu ada di sini.' batin Vania.

Seketika Vania mematung, terdiam, mencoba mencerna setiap kata yang ia dengar dan memastikan apakan itu sebuah suara yang memang benar tak asing untuknya.


'Kakak ayo.'


Vania memegangi dadanya, jantungnya terasa berdegub kencang, matanya mulai memanas, bahkan jari jemarinya sudah mulai terasa dingin.


'Bunda ayo kesini, ayo Bunda.'

Vania semakin tidak karuan dia menengok kesana dan kemari, suara itu terasa begitu memenuhi ruangan dan memenuhi indra pendengarannya.


"Sya, ..." Suara Vania mulai bergetar.


'Kakak ayo, kakak lelet kaya kura-kura di kolam belakang rumah.'


"Siapa di sana!" Teriak Vania.

Suara itu terasa memenuhi fikirannya, itu suara miliknya, suara khas gadis kecil yang riang gembira bermain bersama ibu dan kakaknya.

Seketika ingatan Vania berputar, dimana ia ingat moment dari setiap kata-kata yang ia dengar, moment itu terjadi setelah Harrish mengikatnya di kamar karena berusaha mendekati Harrish untuk minta di belikan sebuah boneka beruang besar berwarna coklat yang ia lihat sepulang menjemput Vano di sekolah.




'Ayah Ana tadi lihat boneka besar sekali di toko, Ana boleh beli boneka itu kan Yah.'

My Perfect BoyFriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang