MPB'41

3K 140 5
                                        

Happy Reading
💕
***

 

 




2

minggu telah berlalu.

Ke 3 perusahaan masih mengalami penurunan, namun tidak sebesar dan se signifikan yang awal Vania lakukan, kenapa 3? karena ada perusahaan Hermawan juga di sana, yang ikut mengalami penurunan.

Perusahaan itu awal dari semua masalah ini menurut Vania, mereka yang selalu mencari gara-gara dengan Vania.

Saat ini Vania sedang sibuk mempersiapkan ujian kenaikan kelas, di tambah kesibukannya di kantor Oma yang tidak ada habisnya membuat Vania pusing dan bingung.

Keduanya sangat penting di hidup Vania, tidak ada yang di dahulukan dan di lebih pentingkan, semuanya berjalan begitu saja seirama, meski terkadang Vania kewalahan menghadapi semuanya.

Semua ini bagai tantangan untuk Vania, ini keputusan yang sudah ia ambil sejak lama, mau tidak mau ia harus menjalankannya dengan sungguh-sungguh tanpa mengecewakan siapa pun.

"De lo sakit? Pucet gitu?" Tanya Kirana.

"Tau? Lemes gue?". Keluh Vania

"Ya udah kantin yu, kita makan, blm sarapan kali lo." Kirana langsung menarik tangan Vania menuju kantin.

Sedangkan Rika dan Lidia hanya mengekor di belakang.





BRUK





"Ad ... duhhh kening guee." Rengek Vania sembari mengusap-usap keningnya.

Vania menabrak seseorang di depannya saat di tarik berlari menuju kantin oleh Kirana.

"Eehh sorry Dev." Ucap Kirana.

"Ngga papa? sorry Yang meleng tadi." Ucap Rasya.

Ternyata Rasya yang tanpa sengaja menabrak Vania karena sedang terburu-buru. Rasya mengusap-usap kening Vania.

"Kamu demam?" Rasya menyelidik.

"Ngga kok, udah ya aku mau makan dulu ke kantin, ikut ngga?" Tanya Vania

"Hmm ngga deh, aku lagi ada urusan di ruang OSIS, nanti kalau masih ada waktu aku nyusul ya." Ucapnya sembari mengusap lembut kepala Vania.

"Ya udah kamu tiati, kalau ngerasa ngga enak badan mending pulang aja ya, telfon aku oke." Lanjut Rasya.

Vania hanya mengangguk-angguk kemudian pergi meninggalkan Rasya bersama Kirana, Lidia dan Rika.

"Ya udah biar gue yang pesen, kalian mau makan apa?" Tanya Rika.

"Hmmm apa aja deh yang enak, sama jus alpuket 1." Pinta Vania.

"Yang biasa aja deh kita mah." Jawab Kirana di jawab anggukan oleh Lidia.

"Oke wait."







BRAK








Semua mata langsung tertuju pada Laras, Lisa dan temen-temannya yang menggebrak meja Vania.

'hadohh ni nene sihir, sama mak lampir kenapa datengnya selalu pas mood gue lagi jelek sih.'

"Nona Devania yang terhormat." Ucap Laras

"Hmm, apaan?" Jawab Vania malas.




"Jauhi Vano."
"Jauhi Devan."




Ucap Laras dan Lisa besamaan. Vania mengangkat alisnya bingung.

"Ish, kalian itu ngga punya pembahasan lain apa sama gue?" Vania mulai kesal.

"GAK!" Jawab mereka bersama.

"Sebenernya hubungan lo sama Vano dan Devan itu apa HA?" Ucap Laras.

"Penting banget buat lo gitu?" Jawab Vania sembari memijit-mijit keningnya.

My Perfect BoyFriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang