MPB'55

2.2K 101 3
                                    

Happy Reading
💕
***







Dug

Dug

Dug



Riana dengan terburu-buru menuruni tangga.

"Bunda kenapa?" Tanya Leo yang saat itu ada di ruang tamu melihat Riana dengan terburu-buru menuruni tangga.

"Bunda mau ke rumah Vania, kamu temenin Bunda ya." Ajak Bunda,

"Loh Ayah gimana?"

"Ayah tidur, sebentar aja, ayo." Ajak Bunda dengan wajah gelisah, Leo hanya mengangguk lalu beranjak mengekor Bunda menuju pintu keluar.

Sebelum mereka sampai di pintu keluar Vano yang baru keluar dari dapur tanpak bingung.

"Bun mau kemana?" Tanya Vano.

"Bunda mau ke rumah Vania katanya." Jawab Leo

"Ngapain? Kenapa panik gitu Bun? Vania kenapa?" Vano mulai sedikit khawatir.

"Vania pingsan, tadi Bunda di telfon Oma Devan, Bunda mau liat keadaan dia."

"Aku ikut Bun." Ucap Vano, Bunda hanya mengangguk kecil.

Mereka ber 3 pulang langsung menuju kediaman Alexander.

***







"Bagaimaan keadaannya dok?" Tanya Rasya setelah dokter selesai memeriksa keadaan Vania.

"Dia terlihat begitu tertekan, beberapa kali dia mengigau sesuatu yang saya rasa itu sangat membuatnya ketakutan, raut wajahnya nampak begitu gelisah, sementara ini saya sudah memberinya obat penenang supaya dia bisa istirahat." Rasya hanya mengangguk-angguk dengan sesekali menghela nafas berat.

"Saya juga menyiapkan beberapa obat untuknya, saya fikir tingkat halusinasinya saat ini sangat tinggi akan ketakutan yang sedang ia rasakan, saya memberinya obat untuk mengurangi hal itu, semoga ini membantu, jika sampai 3 hari ke depan tidak juga membaik, saya sarankan untuk membawanya ke rumah sakit atau psikiater, seperti yang di lakukan dulu." Jelas dokter Danu panjang lebar.

"Saya rasa ketakutannya mungkin masih pada hal yang sama, terapi seperti yang ia lakukan dulu bisa membantunya walau dengan metode yang berbeda karena umur yang berbeda dan tingkat halusinasi yang lebih tinggu, saya akan terus pantau perkembangannya, jika ada sesuatu yang terjadi segera hubungi saya."

Rasya hanya diam, terbayang sudah hari-hari Vania ke depan akan seperti apa, ketakutan, gelisah, Rasya hanya memejamkan matanya sesaat.

"Terimakasih dok." Dokter Danu mengangguk Rasya mengantar dokter Danu sampai ia benar-benar meninggalkan kediaman Alexander.

"Oma sudah hubungi Bunda, soal keadaan Vania." Ucap Oma saat Rasya hendak kembali ke kamar Vania.

"Oma, ..." Rasya tidak menduga Oma sudah mengabari mereka, keberadaan mereka mungkin malah memperburuk keadaan.

"Oma hanya khawatir, Oma fikir Vania butuh kasih sayang Bundanya dalam keadaan seperti ini." Rasya hanya mengehela nafar, sedikit banyak pendapat Oma benar, Vania butuh semua orang yang menyayanginya di saat seperti ini.

Tapi tidak orang-orang yang berhubungan dengan HARRISH!

"Rasya ngerti, makasih Oma." Oma hanya tersenyum.

Rasya kembali ke kamar Vania, ia tidak menyangka kejadian seperti ini akan terjadi lagi, ketakutan Vania akan bayang-bayang Harrish seperti yang ia alami saat kecil.

Rasya berharap saat ini Vania lebih tegar menjalani hari-hari beratnya sampai luka hatinya perlahan sembuh dan ia kembali ceria lagi.

Rasya duduk di pinggir tempat tidur Vania tepat di sebelah Vania, ia mengusap lembut rambut Vania dan sesekali membenarkan anak rambut Vania yang menutupi wajahnya.

My Perfect BoyFriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang