MPB'85

1.6K 115 12
                                    

Happy Reading
💕
***







Sesampainya di Kediaman Tony, Vania langsung di sambut hangat oleh Lili.

"Yuk masuk, Mama baru aja beres masak, kita makan sama-sama ya." Ajak Lili sembari membawa Vania masuk ke dalam rumah.

"Hmm, ... Ma, Papa ada?" Tanya Vania ragu beberapa saat sebelum memasuki ruang makan.

"Papa? ada di ruang tengah." Ucap Lili.

"Vania boleh ketemu ngga?" Tanya Vania.

"Boleh dong, kenapa ngga? ya udah kamu temui Papa aja langsung, Mama ke dapur dulu siapin makanannya ya." Ucap Lili.

Vania pun mengangguk, Lili pun meninggalkan Vania menuju dapur.

"Kamu ngga usah ikut, ganti baju aja sana, aku sendiri aja." Ucap Vania pada Rasya yang hendak mengikuti Vania ke ruang tengah bertemu Tony.

"Ngga papa?" Tanya Rasya sembari mengusap lembut kepala Vania.

"Ngga papa, udah sana, ... " Ucap Vania sembari mendorong tubuh Rasya menuju arah kamarnya.

Rasya pun meninggalkan Vania. Vania pun berjalan perlahan menuju ruang tengah di lihatnya Tony sedang membaca majalah di samping jendela yang menghadap langsung ke arah taman belakang samping rumah.

"Pah." Panggil Vania. Sontak Tony terlonjak dan langsung menoleh ke arah Vania, ia pun dengan cepat menutup majalah yang sedang ia baca.

"Kamu? Ngapain kamu kesini? Mau ngejek saya lagi?" Tanya Tony.


'Kapan aku ejek Papa.' batin Vania.


"Ngga kok Pa, Vania ke sini mau minta maaf." Ucap Vania.

Vania berjalan perlahan ke arah Tony lalu duduk di hadapan Tony, Tony hanya menatap Vania.

"Pa, ... kenapa sih Papa ngga damai aja sama Oma, Oma kangen sama Papa, selama ini Oma sering nangis sendirian di kamar karena kangen sama Papa, walau Oma sembunyiin, Vania tau Oma suka diem-diem nangis di dalam kamar." Jelas Vania sembari menatap Tony yang memalingkan wajahnya ke arah luar jendela.

"Vania yakin di lubuk hati Papa yang terdalam, Papa juga kangen Oma Tia kan?" Tony sama sekali enggan menatap Vania.

"Pa, seberapa penting sih sebuah harta untuk Papa di bandingkan keluarga Pa? Di bandingkan Oma?"

"Vania bisa kasih semua harta yang udah Oma kasih ke Vania ke Papa, tapi apa dengan begitu Papa bisa berubah ke Oma?"

"Kalau dengan semua harta itu di kasih ke Papa bisa bikin Papa baik lagi sama Oma, bisa bikin Papa sayang lagi sama Oma, Vania bakal kasih semuanya ke Papa, asal Papa bisa janji semua hal itu sama Vania." Vania mulai menahan tangis.

Namun satu per satu air matanya mulai jatuh dan dengan cepat Vania hapus.

"Vania ngga benci Papa, sungguh Pa, Vania hanya menyayangkan tindakan Papa ke Oma, Oma sayang banget sama Papa, Oma kangen putranya Pa." Vania menggenggam erat tangan Tony.

Ucapan Vania kali ini mampu membuat air mata Tony keluar, selama ini ia hanya memikirkan harta dan kekuasaan sehingga meninggalkan orang tuanya, bahkan bermusuhan dengan mereka.

Rasa sakit hati Tony saat Jhon menyuruhnya untuk berusaha sendiri tanpa bantuan Jhon membuat Tony sangat marah, bahkan membuatnya meninggalkan rumah dan tidak menganggap mereka orang tuanya lagi.

"Pah, Oma pernah cerita, Opa Jhon melakukan semuanya supaya Papa bisa mandiri, supaya Papa gak bertindak seenaknya terhadap uang dan bisa menghargainya, supaya Papa berhasil, mandiri, sukses,dan semuanya jadi kenyataan kan Pa, Papa bisa bangun perusahaan besar sekarang, bahkan tanpa bantuan Oma dan Opa sedikitpun, Oma dan Opa bangga sama Papa."

My Perfect BoyFriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang