4 (G)

115 28 1
                                    

CLAIRE

Aku menatapmu, kusaksikan bagaimana wajahmu memerah dan tubuhmu bergerak dengan tidak nyaman, tapi kau bahkan enggan menatapku balik dan memilih untuk pergi.

“Aku sudah selesai dengannya!” katamu ketika bergerak menuju pintu.

Aku menghalangimu dan untuk pertama kalinya, aku melihat seseorang yang kukenal dulu: kesedihan di wajahmu, ketakutan itu, dan aku menarikmu menjauhi pintu.

“Ayo.. bicara denganku!”

“Sebaiknya aku pergi.”

“Tidak!” kataku. “Tidak kali ini.”

Aku membawamu pergi, meski kau setengah hati melakukannya, kau tetap mengikutiku. Kita berjalan pelan menuju anak sungai, tempat dimana kita sering mengadakan pertemuan rahasia tanpa sepengetahuan Hazel dulu – tempat dimana kita pernah berniat melakukan pelarian bersama-sama dan Hazel mengetahuinya sebelum kita sempat pergi, tempat dimana Hazel pernah menenggelamkanku dan kau menyelamatkanku.

Kau berdiri di sana, cahaya temaram bulan menyinari wajahmu dan kau tidak segan untuk menutupi kesedihan itu. Kuharap aku dapat memelukmu seperti dulu, melakukan sesuatu untuk membuatmu merasa tenang. Namun aku hanya berdiri di sana, menatapmu dan menunggumu berbicara sampai aku memiliki keberanian untuk mengatakannya.

“Aku tidak tahu mengapa dia begitu membenciku.”

“Tidak, dia tidak membencimu.”

“Omong kosong. Kau sudah melihatnya.”

“Keith..”

“Tidak!” Kau menatapku, tanganmu terangkat untuk memeringatiku. “Jangan coba mengatakan sesuatu untuk menghiburku. Itu tidak ada bedanya jika Ashley membenciku. Ibunya juga membenciku.”

“Itu tidak benar.”

“Kau tahu Claire, aku ingin jujur padamu. Aku tidak pernah mengatakan hal ini padamu.”

Kau mengepalkan kedua tanganmu seolah sedang mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya padaku dan aku telah menunggumu di sana, mengucapkan sesuatu, berharap sanggup mengatakan bahwa aku benar-benar merindukanmu.

“Saat pertama kali melihatmu, aku tertarik padamu. Kupikir kita bisa berteman. Itu bukan ketertarikan yang biasa kurasakan pada seorang wanita. Itu bukan sekadar ketertarikan seksual seperti yang kurasakan terhadap Hazel, tapi lebih lebih dari itu. Kemudian ada Hazel, dan dia mendekatiku dan aku tidak bisa mencegahnya. Saat itu aku hanya remaja bodoh yang hanya memikirkan kesenangan. Tapi aku benar-benar tidak suka caranya berteriak padamu. Hazel bukan orang yang pantas menjadi kakakmu, dia bersikap sangat buruk padamu, dan kau terus berusaha menggali semuanya. Aku tidak tahu bagaimana kau sampai sejauh itu, tapi kau menjadi satu-satunya orang yang mengenalku dan tidak berpaling, tidak peduli betapa buruknya pengalamanku. Itu kau. Kemudian aku terlibat semakin jauh denganmu dan aku tidak bisa menolong diriku. Tapi Hazel, aku tidak pernah bisa mengerti wanita itu. Aku tidak pernah benar-benar menginginkannya. Bukan dia yang kubayangkan, tapi kau dan aku tidak bisa mencegah apa yang terjadi malam itu. Aku hanya.. sialan!”

Kau mengerjapkan matamu, berpaling ketika aku menyadari kesedihan di sana. Aku tahu betapa frustrasinya kau, tapi aku ingin mendengarnya darimu.

“Aku terlambat dan aku melihat Ashley malam itu. Demi Tuhan, dia hanya anak kecil yang tidak mengerti apapun! Dia duduk di kamarnya dan ketakutan. Dia masih sangat kecil.. kemudian aku mengangkatnya seperti ini,” kau mengangkat kedua tanganmu ke udara, menatapnya seolah ada sesuatu di sana. “Aku memeluknya dan aku bisa merasakan kesedihannya. Itu seperti.. aku tidak tahu. Aku tahu kesedihan seperti itu. Aku pernah mengalaminya hanya saja bersama Ashley.. aku merasa berbeda. Aku merasa seperti aku tidak akan melepasnya. Kau mengerti?”

THE NURTURE (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang