SUSTER SUZZANE
Udara dingin di atas sana menerpa wajah mereka dan loteng itu adalah tempat selain ruang bawah tanah yang jauh dari jangkauan para penghuni biara. Sementara mobil-mobil polisi berdatangan di bawah sana, Suster Suzzane menatap ke arah Claire sembari mengarahkan moncong senapannya di wajah wanita itu sebagai peringatan. Kemudian, ia mengeluarkan tali dari balik jubahnya dan melempar tali itu ke arah Claire.
“Ikat dirimu!” pintanya.
Claire hanya bergeming menatapnya dengan takut hingga akhirnya menyerah untuk menuruti perintah itu. Wanita itu mendekati tiang di ujung sana dan mengikat kedua tangannya. Suster Suzzane kemudian menyelesaikan pekerjaannya sebelum meninggalkan Claire di atas sana. Ia bergerak menuruni tangga dengan tergesa-gesa kemudian membuka pintu luar persis ketika suara ketukan terdengar keras.
Wajah Sheriff Wendell muncul di depan pintu biara itu. Kemudian, wajah-wajah tidak asing di belakangnya ikut terlihat dan persis di samping pintu mobilnya, Deputi Ellis berdiri mengawasi mereka. Beberapa petugas telah bersiap dengan senjata mereka. Mereka mendekati pintu sembari menatap ke arah suster Suzzane.
“Dimana Eleanor?” tanya Sheriff.
“Dia seharusnya tidur di kamarnya. Ini sudah larut. Kenapa kalian datang?”
“Bisa kau minta dia keluar?”
“Tidak ada yang boleh masuk setelah pukul sembilan..”
“Kau akan membawanya kesini, atau petugasku yang akan masuk untuk menyeretnya keluar.”
Ekspresi Suster Suzzane mengeras kemudian ia berbalik pergi. Suster Suzzane menyusuri lorong gelap menuju kamarnya ia memastikan amunisinya terisi sebelum bergerak keluar untuk menemui polisi itu.
“Dia hilang,” katanya.
Sang Sheriff menyipitkan kedua matanya dan bertanya, “apa maksudmu?”
“Dia seharusnya berada di kamarnya, tapi dia menghilang. Mungkin dia pergi ke rumahnya.”
“Dia menempati rumah itu bersamaku, dan tidak, dia tidak kembali. Biar kami memeriksanya!”
“Para biarawati sedang tertidur dan aku harus memastikan pintu ini tetap terkunci hingga fajar. Jika kau menginginkan sesuatu, sebaiknya kembalilah setelah fajar,” tegas Suster Suzzane.
Sang Sheriff hendak membantahnya ketika Deputi Ellis menyerukan namanya di belakang.
“Pak!” katanya. “Sebaiknya kita kembali setelah fajar.”
Sang Sheriff masih berdiri di tempatnya, namun tidak melepas pandangannya dari Suster Suzzane.
“Permisi, tuan-tuan.”
Pintu itu dibanting menutup. Suster Suzzane melangkah mundur dan menatap kepergian mereka melalui jendela. Ia kemudian menyurusuri lorong dan menaiki tangga untuk sampai di loteng. Claire masih berada di tempatnya, terikat dan bergerak dengan gelisah ketika Suster Suzzane mendekatinya. Ketika ia bermaksud untuk membuka tali yang mengikat tangan Claire, suara pecahan kaca dari lantai bawah menghentikannya.
Suster Suzzane berlari meninggalkan loteng dan menuruni tangga. Ia bergerak ke arah sumber kegaduhan itu. Tepat di ujung koridor lantai satu, ia menatap lubang besar yang menganga pada jendelanya. Bekas pecahan itu berserakan dimana-mana, namun ia tidak menyaksikan tanda-tanda keberadaan seseorang di dekat sana.
Sembari berderap di dinding, ia berjalan perlahan menyusuri tempat itu dengan waspada. Tepat di ujung sana, seseorang melangkah keluar dari sekat dinding dan mendekatinya. Wajahnya tidak terlihat jelas dalam kegelapan, namun langkahnya semakin cepat, ia semakin dekat dan sebelum orang itu berhasil mencapainya, Suster Suzzane telah mengangkat senjatanya dan menembakkannya sekali, dua kali.. tiga kali.. hingga orang itu jatuh terkapar di atas lantai. Tak lama kemudian, ia mendengar suara tembakan dari belakangnya dan sebuah peluru melesat cepat mengenai kakinya. Suster Suzzane ambruk di atas lantai, ia hendak menembakkan senjatanya sebelum seseorang dari sudut lain menembak lengannya.
Cairan berwarna merah gelap menggenang di atas lantai ketika sebuah cahaya lampu senter menyorot wajahnya. Suster Suzzane menatap ke arah petugas polisi wanita yang itu. Ia menyingkirkan senjata milik Suster Suzzane dengan kakinya kemudian menunduk untuk melihat wajah Suster Suzzane lebih jelas.
“Masih hidup,” katanya pada seorang petugas polisi lain yang berlari menghampiri jasad wanita yang ambruk di tengah koridor itu. Ketika cahaya lampu senter menyoroti wajah itu, Suster Suzzane langsung mengenali siapa wanita yang ditembaknya hingga tewas: si pelayan Erin.
“Dia tewas,” sahut petugas yang lain. Tak lama kemudian, pintu didobrak terbuka dan lima orang petugas lainnya masuk menerobos bangunan itu. Petugas Ellis mendekat untuk menyaksikan apa yang terjadi, sementara sang sheriff meminta petugasnya untuk menggeledah seisi bangunan. Samar-samar, Suster Suzzane mendengar seorang petugas berteriak.
“Dia di atas!”
Dan sisa pandangannya yang kabur memperlihatkannya gambaran ketika polisi itu berlarian menaiki tangga yang mengarah menuju loteng. Kemudian, semuanya menjadi gelap.
Beritahu saya tanggapan kalian..
KAMU SEDANG MEMBACA
THE NURTURE (COMPLETE)
Mystery / ThrillerKolam itu gelap, airnya menghitam selama bertahun-tahun dan menurut rumor yang beredar, roh-roh mengelilinginya mereka yang membisikkan para biarawati untuk melompat dari atas tebing. Setelah sepuluh tahun meninggalkan kota kelahirannya, Claire men...