CLAIRE
Aku melihatmu – bahkan setelah sepuluh tahun berlalu, kau tidak berubah kecuali karena kau terlihat lebih besar dan lebih muram dari kali terakhir aku melihatmu. Kemudian, wanita yang berdiri di belakangmu adalah Ashley. Sekilas aku berpikir bahwa gadis itu adalah Hazel kemudian aku mengingat saat-saat ketika kalian berdiri berdampingan. Tidak diragukan lagi, Ashley sangat mirip dengan Hazel: sepasang mata biru cerahnya, bibir yang melengkung dan kecantikannya. Mereka sama persis hingga aku berpikir bahwa aku sedang berhadapan dengan dua orang di masa laluku.
Kau berdiri di sana untuk beberapa saat dan aku penasaran apa yang kau pikiran. Selalu pertanyaan yang sama setelah sepuluh tahun berlalu: apa yang kau pikirkan? Coba tebak! katamu, tapi aku tahu aku tidak akan pernah berhasil menebaknya. Aku bahkan tidak tahu apa kau menyadari kehadiranku selama tahun-tahun itu.
Seorang petugas polisi yang memperkenalkan dirinya sebagai Deputi Ellis kemudian mendekatiku. Laki-laki itu memintaku untuk menunggunya di dalam dan aku berusaha mengabaikanmu ketika kau berjalan mendekat. Bahkan dari kejauhan, aku masih bisa merasakan kehadiranmu, selalu perasaan yang sama setiap kali kau berada di dekatku. Udara tiba-tiba menipis, jari-jariku bergetar dan wajahku memerah. Sesuatu dalam darahku terasa berdesir persis ketika kau tiba di sampingku.
“Claire Foy!” sapamu. Aku berbalik, berusaha untuk tidak menjalin kontak mata denganmu, tapi kemudian aku merasakan genggaman tanganmu yang erat dan sesuatu dalam diriku membisikkan sesuatu yang tidak ingin kudengar saat ini.
“Aku turut menyesal terhadap apa yang menimpa ibumu.”
“Terima kasih..”
“Sheriff Wendell.”
Aku mengangguk, tersenyum sekilas ke arahmu kemudian berpaling secepat mungkin ke arah teras dimana Ashley sedang berdiri memandangi kami.
“Miss Foy akan menunggu di dalam hingga kau siap, pak..” kata deputi Ellis padamu, namun kau masih berdiri di tempatmu, tidak sedikitpun mengalihkan tatapanmu dariku.
“Kau bicara dengannya!” katamu pada deputi itu. “Aku harus menyelesaikan urusan lain di kantor.”
Kau pergi bahkan sebelum aku sempat mengangkat wajah untuk menatapmu. Tapi aku menyaksikanmu berbalik menatapku dari balik pintu mobil sebelum menyentak pintu itu hingga tertutup dan mengendarainya meninggalkan halaman rumah. Kini, sang deputi itu membimbingku masuk ke dalam rumah, namun aku masih terus mengawasimu dan aku bertanya-tanya apa yang sedang kau pikirkan?
Sesuatu menyentakku, tapi itu bukan hanya karena fakta bahwa aku baru saja melihatmu, melainkan juga karena aku - untuk alasan yang tidak bisa kumengerti, telah melanggar sumpahku dan mengunjungi kota ini lagi. Tidak ada yang berubah dalam setiap detailnya: kota ini tetap semanis dan sesuram dulu. Seolah-olah kota itu telah ditakdirkan untuk menyimpan sejumlah misteri suram yang pernah kita bagi bersama. Sesuatu yang benar-benar menggelitikku adalah fakta bahwa kau telah menjadi pemimpin yang akan melindugi kota ini.Samar-samar aku mengingatmu: seorang remaja laki-laki berusia dua puluh tahun, mungkin kau bersikap lebih tua dari usiamu, tapi tetap saja, aku mengingat kau ketakutan. Aku sering melihatmu berdiri di seberang pondok tua itu dengan kedua tangan terkepal, pakaian lusuh dan tubuh yang kotor. Aku ingat bagaimana hidup mendidikmu hingga menjadi begitu keras. Kau mungkin satu-satunya orang paling keras kepala yang kukenal setelah Hazel, tapi itulah dirimu. Kau tidak mengizinkan seseorang menatapmu dengan kasihan, kau lebih memilih terluka ketimbang mendapatkan tatapan penuh rasa kasihan itu dan itu kau. Satu-satunya hal yang kusayangkan hanyalah kau tidak bersikap semanis dulu.
Hazel akan mengatakan hal lain tentangmu, tapi bukan itu yang kulihat. Yang kulihat adalah seorang pria yang berdiri dengan berani dan menghampiriku untuk membelaku. Aku ketakutan, tentu saja. Aku tahu kau lebih takut dariku, tapi kau tidak akan menunjukkannya. Tapi hari ini, aku bisa melihatnya: ketakutan di wajahmu. Itukah yang kau sembunyikan selama belasan tahun? Bagaimana aku tidak menyadarinya?
“Kau seharusnya tidak perlu repot-repot meninggalkan rumahmu yang nyaman untuk datang ke sini,” suara Ashley terdengar di belakangku. Itu sekaligus menjadi kalimat pertama yang diiucapkannya sejak kedatanganku ke rumah ini. Hubungan kami tidak pernah berjalan semulus yang kuharapkan. Aku begitu sibuk dengan diriku hingga aku mengabaikannya dan remaja itu tumbuh seperti apa yang mungkin dicapai Hazel semasa hidupnya: keras kepala, angkuh, dan yang terpenting ia sama sekali tidak menyukaiku.
Yah Hazel, aku rasa kau tidak pernah benar-benar mati. Putrimu adalah perwujudan lain darimu.
“Aku tidak meninggalkan rumahku, aku menempati apartemen bersama temanku, dan tidak Ashley.. ini sama sekali tidak merepotkanku. Ini kewajibanku. Yang meninggal adalah ibuku. Kau akan melakukan hal yang sama jika kau jadi aku.”
“Beruntungnya itu tidak akan terjadi padaku karena aku sudah tidak punya ibu.”
Remaja itu meninggalkanku di dapur. Ia bergerak masuk ke dalam ruangan bercat biru yang digunakan sebagai kamarnya kemudian menyentak pintu kamar itu hingga terbanting menutup. Laurie, wanita paruh baya yang bekerja untuk mengasuh Ashley baru saja datang. Aku mengenalnya cukup baik ketika aku masih tinggal bersama Hazel di rumah ini. Wanita itu tidak memiliki rumah dan uang yang cukup untuk membayar sewa, jadi Hazel mengizinkannya tinggal bersama kami dan sebagai gantinya, Laurie membantu Hazel mengurus Ashley meski terkadang Laurie pergi untuk acara bakti sosial di gereja. Mereka hidup dari uang yang dikirim Sean Luther, laki-laki yang dikatakan Hazel sebagai ayah Ashley, tapi sudah bertahun-tahun lalu Sean tidak mengirim uang itu lagi dan sejak kematian Hazel, tidak ada yang benar-benar membiayai hidup Ashley, jadi aku mengambil tugas itu dan menanggung segalanya.
“Aku minta maaf, suasana hatinya sedang buruk hari ini,” kata Laurie sembari mengitari konter dan meraih porselen juga bubuk teh dari lemari penyimpanan. “Kau mau teh?”
“Ya, terima kasih.”
“Apa kau kelaparan? Mungkin aku bisa membuatkan omlet untukmu?”
“Tidak, aku sudah cukup makan pagi ini. Apa polisi itu memberitahumu kapan mereka akan mengirim jasadnya?”
“Ya, mereka bilang itu akan memakan waktu satu atau dua hari sampai mereka menyelesaikan proses aoutopsi.”
“Kau sudah menghubungi pihak pemakaman umum di sini?”
“Ya, semuanya sudah siap.”
“Bagus, terima kasih.”
“Kamarmu sudah siap. Jika kau butuh sesuatu, kau bisa memanggilku.”
“Oke.”
“Teh-mu,” Laurie menjulurkan secangkir teh panas ke arahku. Wanita itu tersenyum kemudian pergi beberapa detik kemudian. Aku memutuskan untuk berdiri di belakang jendela. Kupandangi pagar setinggi satu meter yang membatasi halaman depan rumah kami. Dulu aku sering melihat Hazel berdiri di sana. Aku melihat persis di tempat aku berdiri ketika kau muncul dari balik pepohonan besar dan melambai ke arah Hazel. Hazel menyambutmu dengan pelukan erat dan ia mengisyaratkan sesuatu agar kau bergerak dengan tenang. Kemudian kalian akan pergi dengan jeep hitam yang kau curi diam-diam dari perternakan ayahmu. Itu bukan satu-satunya pertemuan rahasia kalian yang kutahu, kalian melakukan hal yang sama selama satu pekan dan aku menjadi satu-satunya orang yang berdiri di belakang jendela dan menyaksikannya. Kedua mataku terasa menyengat dan aku benar-benar tidak bisa menggambarkan perasaan yang kualami malam itu.
Pernah suatu malam aku mengikuti kalian bergerak keluar dari halaman belakang rumah dan mengendap-endap menuju istal. Aku melihat bagaimana Hazel menciummu dan kau membalas ciuman itu dengan sama bersemangatnya, kemudian kalian akan berguling di atas rumput dan bercinta dengan liarnya. Kurasa, itu adalah kali terakhir aku melihat kalian bersama-sama.
“Berhenti mengikutiku, dasar kau orang aneh!” Hazel pernah berteriak di depan wajahku – di hadapanmu. “Berhenti mengikuti kami! Apa kau tidak memiliki kegiatan lain selain mengintip? Kau menjijikan!”
Kau menatapku, kurasa kau menyadari kesedihanku melebihi siapapun malam itu karena setelah kau mendengarnya, aku melihat kalian bertengkar. Hazel menamparmu dan kau meninggalkan wanita itu. Malam berikutnya adalah kali pertama kau menemuiku tanpa bermaksud mencari Hazel. Aku masih mengingatnya, semua yang kau katakan malam itu dan betapa menyedihkannya diriku, tapi itu tidak mengubah apapun yang terjadi. Tidak termasuk saat ini.
Beritahu saya tanggapan kalian untuk cerita ini..
KAMU SEDANG MEMBACA
THE NURTURE (COMPLETE)
Misterio / SuspensoKolam itu gelap, airnya menghitam selama bertahun-tahun dan menurut rumor yang beredar, roh-roh mengelilinginya mereka yang membisikkan para biarawati untuk melompat dari atas tebing. Setelah sepuluh tahun meninggalkan kota kelahirannya, Claire men...