Alton, Illonois
Maret 2004Seperti desas-desus yang beredar, Danny Wendell bagaikan mata-mata hitam di kota itu. Keberadaannya disebut mengancam dan semua orang tahu bahwa pria itu tidak akan berpikir ulang untuk memukul anaknya. Laki-laki itu mewakili seluruh citra buruk Alton. Ia dikenal sebagai pemabuk dan tukang pukul yang tak kenal ampun. Kekasihnya yang tewas bunuh diri meninggalkan seorang anak laki-laki yang terlahir dengan reputasi buruk. Keberadaannya adalah aib untuk seluruh kota, namun siapa yang akan menyangka akan seperti apa anak laki-laki itu tumbuh.
Keith Wendell sepenuhnya berusaha keras untuk merangkak keluar dari dalam lubang. Masa-masa sulit yang dilaluinya ketika masih kanak-kanak, teriakan dan pukulan yang harus ia terima setiap malam ketika ia mendapati ayahnya pulang dalam keadaan mabuk, dan semua cacian penduduk Alton terharap keluarga kecil mereka. Nyaris tidak satu malampun ia lewati tanpa menerima sebuah pukulan atau sekadar makian seseorang. Siang terasa sangat panjang karena ia harus bekerja membersihkan kebun atau sekadar menjaga istal demi mendapatkan uang, kemudian malamnya ia tidak dapat tertidur nyenyak karena kelaparan. Tidak hanya sekali ia berdiri di belakang pintu gereja dan menunggu seseorang menghampirinya untuk memberi makanan. Apapun, untuk membuat perutnya kenyang.
Danny menghasilkan uang kotor dengan berjudi dan kepergian laki-laki itu hanya menyisakan setumpuk utang yang harus ditanggung Keith. Jadi, itu adalah malam terpanjang yang dihabiskan Keith untuk memikirkan tentang bagaimana ia harus melunasi utang-utang ayahnya. Keith nyaris tidak tertidur selama tiga malam dan terus berkeliaran di sekitar Alton untuk mendapatkan pekerjaan.
Sempat terbesit dalam benaknya untuk meninggalkan kota suram itu dan memulai kehidupan baru dengan identitas baru di tempat lain: kota yang menjanjikan masa depan cerah untuknya. Namun, berkali-kali ketika ia berusaha meninggalkan segalanya, selalu ada yang menahannya hingga ia pikir ia benar-benar terjebak di kota sesuram itu.
Kemudian, itu adalah hari ke tujuh belas ketika Keith masih berkutat dengan pemikiran tentang bagaimana ia harus melunasi utang-utang ayahnya, ketika ia akhirnya ditawarkan untuk bekerja di dalam biara untuk membantu seorang petugas kebersihan. Tampaknya ia tidak ditakdirkan untuk sebuah pilihan, jadi Keith segera menerimanya dan memutuskan bahwa tempat itu tidaklah seburuk kelihatannya. Kemudian, genap setelah satu tahun Keith berada di sana, itu adalah kali pertama ia melihat Claire berdiri di belakang tembok tua biara itu, mengenakan pakaian serba hijau berupa tunik sepanjang lutut dan topi berenda bewarna hitam yang aneh. Jubah hitamnya berjumbai di bawah lututnya dan kelopak matanya terus mengerjap di bawah sinar matahari. Wajahnya mengingatkan Keith pada lukisan wanita tanpa busana yang pernah dilihatnya pada sebuah galeri seni. Sudut wajahnya tegas dan matanya yang tajam menunjukkan insting kecerdasan, naluri alamiah dan kelembutan yang misterius. Semburat keemasan tampak ketika cahaya matahari menyorot persis ke arah rambut coklatnya. Sebuah gambaran yang berbahaya.
Wanita itu mengayunkan lututnya, menegadah sembari menatap ke atas tembok bangunan itu, sesekali menautkan jari-jarinya dengan gugup. Keith mengawasi wanita itu dari kejauhan, berpura-pura menyibukkan diri dengan peralatan berkebunnya hingga gadis lain, yang tampil berbeda muncul dari kordidor belakang. Wajahnya menekuk dan ia menggunakan topi yang sama seperti wanita dengan tunik hijau itu. Hanya saja, wanita ini lebih tinggi, rambutnya lebih pirang dan kulitnya lebih pucat. Ia memiliki sepasang mata berwarna biru cerah yang besar.
“Tidak ada gunanya!” Si wanita yang lebih tinggi ini – mungkin kakaknya, menarik lengan sang adik – si wanita dengan tunik hijau, untuk menjauhi tembok itu. Keith mengawasi kepergian mereka hingga sang kakak menyadari keberadaannya. Wanita itu menatap Keith cukup lama namun tidak mengatakan sepatah katapun dan memilih untuk menarik sang adik keluar dari gerbang biara.
Hari itu melelahkan. Keith terjaga sepanjang malam saat memikirkan kakak beradik yang tampak tidak asing. Suatu malam Keith mengikuti mereka. Kedua kakak beradik itu tinggal di rumah perkebunan di dekat bukit. Keith pernah melihat rumah itu, namun tidak pernah berada cukup dekat dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE NURTURE (COMPLETE)
Mystery / ThrillerKolam itu gelap, airnya menghitam selama bertahun-tahun dan menurut rumor yang beredar, roh-roh mengelilinginya mereka yang membisikkan para biarawati untuk melompat dari atas tebing. Setelah sepuluh tahun meninggalkan kota kelahirannya, Claire men...