ASHLEY
Aku berlari begitu cepat meninggalkan tempat itu hingga tanpa sadar aku telah berada dalam jarak beratus-ratus meter jauhnya. Kini, aku hanya perlu berjalan untuk sampai di halaman. Ketika aku berhasil sampai di sana, aku merasa sedikit lega. Namun, pintu di teras terbuka dan sebuah mobil terkarkir di halaman depan. Aku tidak yakin siap menghadapi kehadiran seseorang, namun Claire telah berdiri di teras. Sheriff Wendell berdiri tepat di belakangnya. Pandangan mereka tertuju padaku, dan keduanya seperti telah berada di sana cukup lama untuk menungguku.
Tiba-tiba aku merasakan wajahku memerah. Aku harus memikirkan alasan yang tepat untuk mereka. Saat itu tengah malam, dan ini bukanlah waktu yang tepat untuk berkeliaran di luar.
“Ashley!” ujar Claire. Kehadiran mereka menghentikanku di depan teras. Kuharap aku dapat menghindari mereka, namun Sheriff Wendell telah berdiri membelakangi pintu dan menghalau jalan masuk ke dalam sana.
“Aku berusaha menghubungimu, tapi kau tidak menjawab. Aku juga menghubungi Laurie dan dia mengatakan kau sudah tidur saat dia meninggalkanmu. Tapi tidak ada siapapun di dalam rumah ini saat aku datang. Kemana kau pergi?”
“Aku mengunjungi rumah temanku. Kami harus menyelesaikan tugas sekolah.”
“Benarkah?” Sheriff Wendell melangkah ke samping Claire dan menatapku tajam. Aku merasa jengah dengan pertanyaannya barusan.
“Ya. Kenapa kalian kesini?”
“Kami ingin berbicara denganmu, Ashley.”
“Tentang apa?”
“Ayo kita masuk ke dalam,” Claire meraih lenganku dan membimbingku masuk. Wanita itu berbicara dengan lembut. “Aku akan membuatkanmu coklat panas.”
Pintu di geser hingga tertutup dan aku merasa seolah mereka baru saja mengurungku di dalam rumahku sendiri. Claire membimbing kami ke dapur, membiarkanku menempati salah satu kursi kosong di sana sementara sang Sheriff duduk di seberang. Kedua matanya masih mengawasiku, namun ekspresinya melunak. Kupikir aku baru saja melihat rasa bersalah di wajahnya, apapun itu, Claire dapat membaca situasinya dengan baik karena segera setelah ia membuatkanku coklat panas, Claire memutuskan untuk meninggalkan kami berdua di dalam ruangan itu.
Dalam beberapa detik yang terasa menyiksa, aku hanya memandanginya dalam diam. Nyaris tidak ada kata yang keluar dari bibirnya hingga aku menggeser tubuhku dengan tidak nyaman.
“Aku minta maaf, Ashley..” katanya dengan suara selembut mungkin.
Benarkah? Apa pria ini sedang berpura-pura?“Aku bersikap buruk padamu selama ini dan aku benar-benar menyesal. Tapi seandainya aku masih memiliki kesempatan untuk mengenalmu lebih baik..”
“Tunggu!” aku menyela ucapannya dengan mengangkat satu tanganku. “Apa kau hanya datang untuk mengatakan ini? Bahwa kau menyesal, merasa bersalah dan kau mengakui sikap burukmu terhadapku? Semua itu tidak mengubah apa yang sudah terjadi, kan? Apa kau pikir sikapku akan berbalik padamu?”
“Tidak,” ia menjawab dengan suara mantap. “Tidak, aku tidak berpikir begitu dan aku tahu kau mungkin tidak akan berubah malahan kau bisa saja semakin membenciku. Tapi bukan itu intinya. Aku datang hanya untuk menegaskan kalau kita terhubung sebagai keluarga. Tidak peduli bagaimana buruknya itu, kau telah terjebak bersamaku dan itu hanya berarti satu hal, kau harus menerimanya.”
“Aku lebih senang kalau kau melupakannya saja.”
Laki-laki itu memalingkan wajahnya sembari mendengus keras. “Ya Tuhan, kupikir kau sepeti Hazel, aku salah besar. Kita sangat mirip. Kita adalah dua orang yang keras kepala, apa kau sadar itu?”
“Aku membencimu.”
“Aku tahu. Kau sudah menegaskan hal itu berkali-kali, tapi seperti yang kukatakan, kau terjebak bersamaku.”
“Apa yang kau inginkan? Kau ingin aku mengakuimu sebagai ayahku? Kau ingin hubungan kita membaik? Kau ingin aku belajar untuk menerimanya begitu saja setelah bertahun-tahun aku terbiasa hidup tanpamu?”
Dia menatapku alih-alih menjawab pertanyaan itu. Kemudian dia balik bertanya.
“Apa yang kau inginkan? Aku berusaha memperbaiki kesalahanku. Aku akan pergi jika itu yang kau inginkan. Atau aku bisa tetap berada disini, jika kau mengingikan itu juga. Jadi, beritahu aku, apa yang kau inginkan?”
Hening. Aku dapat melihat ketulusan di matanya ketika kami saling menatap dan selama sesaat, kupikir aku baru saja melihat seseorang yang benar-benar berbeda. Entah bagaimana ikatan itu begitu kuat seakan-akan aku sedang berkompromi dengan diriku sendiri di atas meja itu alih-alih berbicara dengan Sheriff Wendell. Apa yang kupikirkan? Dan aku penasaran apa yang benar-benar dia rasakan?
“Aku tidak bisa memutuskan mana yang lebih baik,” kataku akhirnya.
Laki-laki itu mengangguk.
“Malam itu, ketika aku menemukanmu terkurung di dalam kamarmu sendirian dan mengangkatmu keluar, kurasa saat itulah aku merasakan untuk pertama kalinya, aku melakukan hal yang tepat. Aku tahu perasaan ini sudah ada sejak lama. Apa kau merasakannya juga?”
Aku menggeleng, merasakan kedua mataku mulai menyengat. “Itu tidak mengubah apapun.”
“Ya.” Ia mengangguk. “Aku minta maaf, tapi maukah kau mengatakan padaku apa yang benar-benar terjadi malam itu?”
“Apa maksudmu?”
“Aku tahu kau mengingat sesuatu Ashley. Ketika aku membawamu ke bersamaku dan kau menangis semalaman, kupikir kau ingin mengatakan sesuatu?”
“Aku takut,” jawabku akhirnya, nyatanya aku tidak sanggup membendung air mata itu lebih lama. “Aku benar-benar ketakutan. Kau tidak hadir lebih awal untuk mencegah apa yang terjadi pada mom.”
“Aku minta maaf..”
“Tidak, itu bukan salahmu. Aku tahu kau sudah berusaha, tapi itu tidak mengubah kenyataan. Mom sudah meninggal, dan kau tidak ada di sana untuk mencegahnya.”
Kau menatapku, ekspresimu mengeras. Kesedihan dan amarah itu bercampur aduk dalam dirimu.
“Aku tahu ini sudah terlambat, tapi katakan sesuatu yang dapat kulakukan untuk memperbaiki kesalahanku.”
“Tidak ada,” bisikku dengan pelan. Kutatap matamu, kurasakan tangan bersarmu menggenggamku erat dan emosi itu tidak lagi terbendung.
“Tidak ada.”
Beritahu saya tanggapan kalian..
KAMU SEDANG MEMBACA
THE NURTURE (COMPLETE)
Misterio / SuspensoKolam itu gelap, airnya menghitam selama bertahun-tahun dan menurut rumor yang beredar, roh-roh mengelilinginya mereka yang membisikkan para biarawati untuk melompat dari atas tebing. Setelah sepuluh tahun meninggalkan kota kelahirannya, Claire men...