9 (I)

97 28 3
                                        

CLAIRE

Malam itu terasa panjang dan suntuk. Sementara Dana tidur dengan nyenyaknya di atas kasur, aku berkeliaran di dapur, berpikir untuk mengabaikan atau menjawab panggilanmu. Sebagian dari diriku menginginkannya, sebagian yang lain memintaku untuk menjauhimu. Akhirnya, aku menyerah pada pilihan untuk duduk dan mendengarkan pesan suaramu melalui lubang kecil penyaring suara. Kau terdengar berbeda. Suaramu serak dan ada kegelisahan di sana.

Beberapa hari belakangan, persis setelah peristiwa kematian Ashley, aku tidak lagi mendapat tidur yang menyenyak. Aku harus menelan dua pil untuk memaksakan tidur, tapi itu tidak penrah berkerja. Malam kemarin ketika kupikir aku akan mendapat istirahat yang layak, mimpi itu justru hadir dan kali ini tidak jauh berbeda. Rasanya aku baru memejamkan mataku selama dua menit, kemudian aku memikirkanmu – juga Ashley. Bayangan tentang tubuhnya yang pucat, darah menyelimutinya, luka-lukanya akibat jatuh dari jendela, membuatku ngilu. Aku tidak dapat membayangkan rasa sakit yang dialaminya, atau bagaimana peristiwa itu dapat terjadi. Aku tidak ingin membayangkan hal itu karena untuk sesaat, hal itu akan membuatku merasa bersalah untuk yang kesekian kalinya.

Malam ini akan terasa sama panjangnya seperti malam-malam sebelumnya. Sejenak aku melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul empat pagi. Cahaya fajar mulai mengintip dari balik jendela, api di perapian nyaris padam dan aku mulai merasakan udara dingin menusuk kulitku. Bahkan dengan sweter tebal, hawa dinginnya tetap terasa.

Jalanan di halaman depan tampak gelap ketika aku menyaksikan sebuah coupe masuk dan berhenti di sana. Cahaya dari lampu sen mobil itu menyorot ke arah jendela. Ban-nya yang menggilas bebatuan kecil bergerak melambat secara perlahan hingga benar-benar berhenti. Aku membuka pintu, bergerak menuruni tangga dan menatap wajahmu di balik kaca gelap mobil. Sebuah perban dengan noda yang menghitam di bagian tengahnya melingkari dahimu.

Tubuhku seketika bergetar dan aku merasakan jantungku mencelos tepat ketika melihatmu keluar dari dalam mobil dengan noda bekas darah yang memenuhi pakaianmu.

“Apa yang terjadi?” tanyaku ketika berlari menghambur ke arahmu. Kau menggenggam tanganku cukup erat, dengan mantap menuntunku kembali ke teras.

“Aku akan menjelaskannya padamu, tapi jangan disini.”

“Tidak, kau katakan padaku sekarang!” aku bersikeras.

“Kenapa kau tidak mengangkat panggilanku?”

“Kenapa kau tidak menjawabku?!”

“Oke, aku menemukannya.”

“Apa?”

“Seseorang yang bertanggungjawab atas kematian Ashley. Aku mendapatkannya.”

Aku mengernyitkan dahiku, memandang lurus ke arah lukamu hingga kau menunjuk ke arah mobil lain yang terpakir di halaman.

“Siapa yang bersamamu?” tanyamu.

“Itu Dana.”

“Siapa Dana?”

“Temanku di Chicago. Dia datang siang ini. Dia sedang tidur, sebaiknya kita tidak menganggunya.”

Kau menarikku, membawaku masuk ke dalam kemudian mengunci pintu di belakangmu. Kini aku menyaksikan bagaimana wajahmu memerah, kedua matamu berkedip dan tanganmu terkepal saat kau berusaha menahan rasa sakit pada luka itu.

THE NURTURE (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang