Alton, Illinois
Juni 2018Marie
Kolam PenyucianKolam itu gelap. Airnya menghitam selama bertahun-tahun dan menurut rumor yang beredar, kolam itu telah menjadi tempat penyucian dosa. Orang-orang memercayai para roh jahat mengelilinginya, mereka mengintip di bawah riak air dan bernafas di dalam sana. Mereka melahap tubuh, tapi bukan hanya tubuh melainkan dosa. Menurut mereka kematian adalah cara terbaik untuk menebus dosa.
Hal itu yang diyakini Marie saat ini. Ini adalah waktunya. Para roh telah memanggilnya. Ia akan berdiri di atas sana: menyusuri undakan batu-batu besar hingga sampai di ujung tebing. Batu-batu yang menghitam itu seakan menuntunnya, kemudian desauan angin dengan cara yang aneh, membisikan sesuatu ke telinganya.
Sekarang waktunya! Sekarang waktunya!
Bibir Marie bergetar, rahangnya berkedut dan matanya berair. Marie menatap pohon besar di bawah sana, membiarkan angin menyisir pakaiannya kemudian ia akan mendengar suara-suara di kepalanya dan ingatan-ingatan yang sama. Ia pernah menatap ke arah tebing dari bawah sana dan tidak pernah berpikir akan berdiri di atasnya. Suatu ketika Marie duduk di sebuah batu besar, diam dan memandangi tembok tua di belakang tebing, darahnya berdesir cepat, tubuhnya bergetar. Dinding tua itu menyembunyikan sesuatu, kegelapan bersembunyi di balik kabut yang mengelilinginya. Kemudian para roh jahat akan berkeliaran di sekitar kolam. Ia membayangkan mata-mata itu menatapnya, gelap dan keji. Mereka benar, setidaknya untuk kali ini kolam itu melahap dosa.
Sekarang waktunya!
Marie merasakan kulitnya meremang, cahaya temaram bulan menerangi permukaan kolam yang seakan menantinya. Kabut tebal berkumpul di bawah sana, mereka seperti penjaga yang bersiap untuk membuka pintu bagi jiwa-jiwa yang berdosa. Dahan pohon besar itu bergerak-gerak, ia bisa merasakan sesuatu mengintip dari sana, menunggu dan menyaksikan. Langit malam tak bercela dan keheningan di sekelilingnya merangkul Marie dengan erat, membimbingnya.
Marie memejamkan mata, merasakan seluruh pikirannya berhamburan keluar. Tubuhnya meleleh seperti lilin, ia hanya ingin menjadi lilin saat ini. Ia keliru tentang beberapa hal, semuanya mungkin baik-baik saja, tapi tidak akan pernah menjadi sama. Semuanya telah berubah, dan segalanya bermula sejak ia menatap dinding hitam di balik kabut itu, atau ketika ia memutuskan untuk melangkah ke atas tebing dan melompat ke bawah sana.
Apakah ia siap? Semuanya mungkin baik-baik saja, tapi tidak akan pernah terasa sama..
Marie menunduk, kali ini menatap kakinya. Jari-jarinya terkepal, kedua matanya berair. Ia menangis, diam untuk waktu yang lama kemudian berpikir. Tapi roh jahat itu kembali berbisik ke telinganya: sekarang waktunya.. sekarang waktunya!
Angin bertiup kencang, udara dinginnya menjalar ke sekujur tubuh Marie, membekukan darahnya, melebur di dalam tubuhnya. Daun-daun kering yang berjatuhan itu berterbangan menuju kolam seakan-akan mereka sedang menunjukkan jalannya. Batu-batu di tepiannya menatap Marie dan para roh terus berteriak.
Ia mengangkat kedua tangannya, berlama-lama ketika memandangi telapak tangan kosong itu. Diam-diam Marie mengingat bagaimana rasanya ketika bayi perempuan itu hadir dalam genggamannya. Bayi itu akan menangis sepanjang malam, membuatnya terjaga sehingga ia harus menelan obat-obatnya untuk dapat tidur. Suara-suara tangisan bayi itu menetap di kepalanya, menghantuinya sepanjang malam. Tapi semua telah berlalu, kini yang teringat hanya jalur setapak menuju tembok tua di balik kabut tebal.
Biara itu telah berdiri untuk waktu yang lama, satu atau mungkin dua abad yang lalu. Bangunannya kokoh, dinding-dindingnya terbuat dari batu dan rumput hijau pendek mengelilinginya. Pagar bercat putih yang menua itu mulai berkarat, namun keduanya tetap berdiri kokoh seperti prajurit yang menjaga bentengnya. Atapnya mungkin akan segera runtuh dan bau busuk akan tercium di setiap sudut ruangan. Tapi kemudian Marie mengingat kasur yang telah ditempatinya setelah belasan tahun. Ia telah hafal sisi tebing yang selalu dilihatnya dari balik jendela. Bahkan, Marie masih bisa mengingat aroma buku-buku tua dengan sampulnya yang menguning, api yang menjilat kayu bakar di perapian dan wangi karpet merahnya.
Jendela kamarnya selalu mengintip ke arah kolam. Saat fajar ia akan melihat cahaya matahari membias di atas air, memperlihatkan semburat keemasan di atas kolam yang menghitam. Benarkah para malaikat melompat di atas kolam ketika fajar? Atau cahaya yang dilihatnya adalah roh-roh jahat seperti yang dikatakan orang-orang? Siapa yang tahu? Orang-orang bahkan tidak tahu apa alasannya berdiri di sana, mereka hanya menebak. Tapi bayi itu tahu. Kelak bayi yang telah tumbuh besar itu akan tahu.
Segalanya menjadi semakin jelas, namun pandangannya mulai kabur. Cahaya bulan merangkak di bawah sana, airnya menciptakan riak-riak kecil, menggenang dengan tenang. Batu-batuan di tepian tidak sabar untuk menyambutnya.
Sekarang waktunya! Sekarang waktunya! Sekarang waktunya!
Kemudian, sambil berbisik pada dirinya sendiri, sekarang waktunya! Marie mulai melompat.
Beritahu saya tanggapan kalian 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
THE NURTURE (COMPLETE)
Mystery / ThrillerKolam itu gelap, airnya menghitam selama bertahun-tahun dan menurut rumor yang beredar, roh-roh mengelilinginya mereka yang membisikkan para biarawati untuk melompat dari atas tebing. Setelah sepuluh tahun meninggalkan kota kelahirannya, Claire men...