9 (K)

95 25 0
                                    

KEITH

Keith menatap ke arah kusen pintu, menyaksikan sesuatu di balik sana ketika angin yang berdesir lembut menerbangkan debu-debu di atas kayu-kayu tua. Semuanya masih terlihat sama seperti kali terakhir ia meninggalkan pondok tempat dulu ia dan ayahnya tinggal: kursi-kursi tua, sebuah meja persegi, sofa berwarna biru, lubang perapian kecil di sudut, lemari kayu yang hampir rusak, juga besi-besi yang digunakan ayahnya untuk membuat alat.

Kaca jendela di kamarnya tampak kusam, tangga kayunya juga reyot. Pintu-pintu hancur, langit-langit pondok seakan hendak jatuh akibat menahan genangan air hujan. Bangunan yang letaknya di dekat hutan itu tampak mengerikan. Keith lupa bagaimana rasanya menempati rumah yang lebih mirip gubuk itu. Meskipun begitu, ia masih mengingat gudang di bawah tanah, tepat dimana Danny Wendell mengurungnya berhari-hari. Ia makan dan buang air di sana, tidak ada udara segar yang masuk karena tidak ada ventilasi di dalam sana. Gudang itu lebih mirip seperti sebuah lubang gelap. Terkadang, ia tidak dapat menyadari perbedaan siang dan malam di bawah sana. Yang didengarnya hanyalah suara embusan nafasnya sendiri, terkadang ia mendengar suara decitan tikus.

Ranjang kecil yang digunakannya sebagai alas untuk tidur selama bertahun-tahun masih berada di sana. Lemari yang menyimpan pakaian lama dan barang-barangnya juga masih ada. Keith menatap dirinya melalui cermin yang kotor di kamarnya, memandangi dirinya berdiri di tengah ruangan itu sebagai orang yang benar-benar berbeda. Samar-samar ia mengingat dirinya berdiri di tepi jendela, melompat dari atas sana dan berusaha kabur setiap malam. Namun, ketika ayahnya mengetahuinya, itu sekaligus menjadi malam terakhirnya untuk berkeliaran. Ayahnya menutup jendela itu dengan kayu, memastikan tidak ada celah yang tersisa bagi Keith untuk dapat keluar dari sana, dan di sinilah ia berada – penjara masa lalunya.

Kakinya melangkah menyusuri puing-puing dari langit-langit yang runtuh di atas lantai. Kayu-kayu lapuk berserakan di dalam sana, pecahan kaca juga bertebaran di dalamnya. Keith sedang memandangi loteng ketika ponselnya berdering dan suara Tracy muncul di seberang.

“Kita perlu berbicara. Ada sesuatu yang ingin kutunjukan padamu.”

Keith bergerak menjauhi anak tangga dan melangkah keluar. Ia harus menunduk untuk melewati pintunya.

“Kau bisa mengatakannya sekarang.”

“Ada darah di hutan.”

“Darah?”

“Tim sudah menyusuri area hutan itu saat seseorang menemukan mayat Doris di hutan. Mereka hanya menemukan petunjuk berupa jejak kaki, tapi aku melihat bekas genangan darah yang tertutup oleh daun kering pagi ini. Kupikir bekas genangan itu sudah berada lama di sana. Kau harus melihatnya dan aku juga menemukan potongan kain. Kurasa pakaian milik seseorang yang tersangkut di pohon. Mungkin kau ingin melihatnya.”

“Aku akan kembali ke kantor segera.”

“Tunggu, aku juga berbicara dengan Lynn..”

“Siapa Lynn?” tanya Keith kemudian.

“Kau ingat wanita tua yang mengenal Ramon?”

“Wanita di pemakaman itu.”

“Ya. Dia ada di kantor, kau harus berbicara dengannya.”

“Apa yang dia ketahui? Ellis mengatakan kalau wanita itu gila.”

“Serius, pak, kau harus berbicara dengannya.”

“Ada yang lain?”

“Tidak.”

“Baik.”

Keith memutuskan sambungan telepon itu. Ia bergerak keluar dari pondok dan menuju mobilnya yang terparkir tak jauh di sana ketika ponselnya kembali berdering. Kali ini nomor yang tak dikenali menghubunginya.

“Ini Wendell,” ucap Keith saat mendekatkan ponsel ke telinganya.

“Sheriff Wendell? Ini Dana. Aku teman Claire. Aku hanya ingin bertanya apa Claire ada bersamamu?”

“Tidak, kenapa?”

“Dia tidak ada di rumah sejak pagi tadi, aku berusaha menghubungi ponselnya, tapi dia meninggalkan ponselnya di kamarnya. Aku juga sudah mencari ke sekitar, dia tidak ada. Dia mungkin pergi saat hari masih gelap. Kupikir dia bersamamu.”

“Tidak, dia seharusnya berada di rumah.” Keith berputar mengitari mobilnya dan duduk di kursi kemudi. Ia menyalakan mesin mobil itu dengan cepat kemudian berkendara keluar dari pondok.

“Apa kau masih ada di sana?”

“Ya.”

“Aku akan segera kesana.”

Beritahu saya tanggapan kalian..

THE NURTURE (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang