ANNIE
Kolam PenyucianAlton, Illonois
Juni 2004Ia telah menatap cahaya yang jatuh di atas barisan pohon itu berkali-kali, namun tidak pernah terlihat secantik ini. Seseorang pernah mengatakan para peri sedang menari-nari di sana, mereka hinggap dari satu dahan pohon ke dahan pohon lainnya dan menyebarkan titik-titik cahaya keemasan kecil pada daun-daunnya. Langit malam terlihat begitu gelap pekat dan anginnya terasa sedikit kencang, namun tidak ada yang menghentikannya untuk sampai di tebing.
Bebatuan berundak itu melengkung hingga mencapai puncak tebing. Di sela-selanya, rumput liar tumbuh memanjang dan genangan air bekas hujan mengisi lubang-lubangnya. Dari kejauhan, ia dapat melihat sebuah pohon besar di dekat kolam yang melengkung ke arah tebing, seolah pohon itu sedang memujanya. Pernah dikisahkan bahwa tebing itu adalah peninggalan koloni yang masih tersisa hingga saat ini. Sekilas kemiringannya terlihat aneh, namun tebing itu telah menjadi tempat yang cukup nyaman untuk menyendiri. Di bawahnya, kolam yang gelap terbuka lebar. Airnya menggenang dengan tenang dan bebatuan besar mengelilingi tepiannya, seakan membingkai kolam itu dengan apik.
Ia selalu memandangi kolam itu dari jendela kamarnya, berpikir tentang bagaimana airnya dapat menghitam. Kolam itu terletak di belakang bukit dan jauh dari pusat kota. Nyaris tidak ada seseorang yang datang untuk sekadar menikmati pemandangannya. Ketika malam tiba, kolam itu nyaris tak terlihat kecuali karena cahaya bulan yang meneranginya dan pohon besar itu sebagai penanda. Ia tidak pernah membayangkan dirinya akan bergerak keluar dari gerbang dan berdiri di atas tebing untuk menatap kolam itu lebih dekat seakan-akan sesuatu di dalam kolam telah menariknya.
Dingin dan hitam, begitulah orang menggambarkannya. Tidak ada orang yang cukup bodoh untuk berenang di sana – tidak ada orang yang cukup tertarik untuk memandanginya dari dekat.
Namun, tekadnya sudah bulat dan ketika ia mencapai di puncak tebing, matanya menatap ke bawah, tepat pada kolam di bawah sana. Ia terpaku setelah menyadari dirinya telah melangkah sejauh itu. Sejauh ini, keunikan kolam itu membuatnya terpukau. Matanya tersihir untuk terus memandang ke sana, namun sebuah siluet yang bergerak di antara cahaya yang merambat jatuh ke atas pohon itu mengejutkannya. Sementara itu angin masih berembus kencang. Hujan yang baru saja turun membuat permukaan tebing itu terasa licin sehingga ia harus melangkah dengan hati-hati. Sebuah al-kitab berada dalam genggamannya. Ia tidak pernah pergi kemanapun tanpanya, malam ini ia bermaksud berada lebih dekat dan hanya merasakan ketenangan sebelum ia membuat sebuah keputusan besar.
Siluet itu muncul lagi, kali ini lebih besar dan ia tersentak mundur. Genggamannya pada al-kitab mengerat. Kemudian sebuah bisikan itu muncul di telinganya.“Sekarang! Sekarang waktunya!”
Tubuhnya tersentak, ia merasakan jantungnya berpacu kuat. Kegelapan itu telah menyatu dengan dirinya, mengaburkan pandangannya. Buat keputusan! Ia mendengar suara itu berbisik di kepalanya. Namun, keputusan itu bahkan belum sepenuhnya bulat ketika ia melompat dari atas tebing. Udara seakan menariknya, dan dalam sekejap, semuanya menjadi gelap.
Beritahu saya tanggapan kalian untuk cerita ini 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
THE NURTURE (COMPLETE)
Gizem / GerilimKolam itu gelap, airnya menghitam selama bertahun-tahun dan menurut rumor yang beredar, roh-roh mengelilinginya mereka yang membisikkan para biarawati untuk melompat dari atas tebing. Setelah sepuluh tahun meninggalkan kota kelahirannya, Claire men...