DORIS
Malam ini Doris melihat seseorang duduk di birai jendela kamarnya. Jubah hitamnya berjumbai jatuh di atas permukaan lantai dan kedua kakinya menggantung rendah di atas birai. Laki-laki itu tersenyum dan terus melambai ke arah Doris, ia memperkenalkan dirinya sebagai pengantar pesan dari portal seberang, dan para ghoul memanggilnya Si Hitam. Itu nama yang aneh namun cocok dengan tampilannya. Si Hitam berjalan-jalan mengitari ruangannya sepanjang malam, Doris menyaksikannya merangkak di dinding, kemudian berjalan di langit-langit kamar seolah-olah itu hal yang wajar. Sesekali ia akan mengumpat di bawah kasurnya kemudian berhenti di birai jendela dan Si Hitam mengatakan di sanalah tempat kesukaannya. Ia dapat menyaksikan langit malam dan pepohonan juga tembok tinggi yang membatasi portalnya.
Namun tidak ada Lisa,-
Doris terjaga sepanjang malam dan menyaksikan Si Hitam berkeliaran di kamarnya dengan jubah berjumbai yang menyeret di atas lantai sepanjang satu meter. Si Hitam akan memberitahunya ketika perawat datang dan Doris telah menyaksikannya berkali-kali. Ia akan meringkuk di dinding ketika perawat itu berada di dalam ruangan. Kini, ketika matahari telah merangkak naik di atas sana dan cahaya besarnya menembus masuk melewati jendela, Si Hitam berdiri di atas birai. Kuku-kuku tajamnya yang memanjang mencakar rangka jendela dan sinar matahari yang menyentuh kulitnya membuat wajahnya terlihat sepucat bulan.
“Kenapa dia terus menyebut nama itu?”
Suara yang berasal dari seberang ruangan itu milik Victor. Laki-laki itu telah berada di sana bersama seorang perawat sejak pagi tadi, Doris tidak ingat namun yang pasti kehadiran mereka membuat Si Hitam ketakutan, meskipun tidak cukup mengganggu untuk mengusirnya.
“Aku tidak tahu, dia mengucapkan nama itu sejak semalam. Kurasa dia tidak tertidur.”
Seorang perawat mengangkat tubuh Doris kemudian melapisi pakaiannya dengan kain bersih ketika hendak membersihkan sisa makanannya.
“Bagaimana dia bisa keluar?” tanya sang pastur.
Doris menyaksikan Si Hitam tersenyum, rahangnya melebar dan taringnya yang mengerikan itu muncul.
“Dengan kawat,” sahut si perawat. “Dia menyimpannya untuk membuka pintu yang terkunci dan menyusup keluar pada tengah malam. Dua orang petugas yang berjaga mengaku tidak melihatnya melewati lorong, namun dia tertangkap kamera cctv dan dia menggunakan pintu belakang yang tidak terkunci. Aku rasa dia sudah melakukan hal yang sama sebelumnya.”
Si perawat menarik wajahnya dengan kasar, ia menyorotkan cahaya lampu senter pada kedua matanya kemudian melepas Doris. Penantian yang menyiksa itu akhirnya usai begitu si perawat membenahi peralatannya kemudian bergerak melewati sang pastur ke arah pintu.
“Dokter akan hadir dalam dua puluh menit.”
Sang pastur mengangguk kemudian membiarkan perawat itu pergi meninggalkan ruangan. Ketika akhirnya Doris sendirian – meskipun tidak benar-benar sendirian, ia menatap kosong ke arah Si Hitam, berusaha membayangkan Lisa-nya berdiri di birai jendela yang sama. Namun, gadis itu telah menghilang sejak pergi ke balik portal.
“Hei,” Sang pastur mengangkat tangannya ke atas bahu Doris. Ia menarik kursi dan duduk di sampingnya. Wajahnya menengadah menatap Doris, rahangnya berkedut dan matanya menatap Doris seolah ia sedang membaca sesuatu.
“Apa yang kau lihat?”
“Dimana Lisa?”
“Siapa Lisa?”
“Dimana Lisa?”
Sang pastur mengendurkan tatapannya, berpaling ketika menghela nafas kemudian memandangi kuku-kuku jari Doris yang mulai memanjang.
“Kenapa kau keluar? Apa yang kau lihat?”
“Seseorang,” Doris menggerakkan bibirnya bersamaan dengan Si Hitam. Kini Si Hitam berdiri menjulang tinggi di belakang punggung sang pastur, rahangnya tertarik ketika mengulas senyuman lebar. Kedua matanya memerah dan Doris baru saja berpikir darah mengalir dari bola mata sekecil bola mata kucing itu.
“Siapa?”
“Di balik portal.”
“Apa maksudmu? Portal apa?”
“Lisa masuk ke dalam portal.”
“Doris.. Doris lihat aku!” sang pastur menggenggam tangannya, berusaha mengalihkan perhatiannya dari Si Hitam, tapi Doris telah menyaksikan jari-jari yang panjang itu menyentuh punggung sang pastur, menari-nari di sana dan Si Hitam menjulurkan lidahnya yang panjang hingga menyentuh kepala sang pastur.
“Siapa Lisa dan portal apa yang kau maksud?”
“Portal di balik tembok,” Doris bergetar ketakutan. “Aku mendengar suara. Seseorang memanggilku. Lisa bersamanya.”
“Apa yang dia katakan?”
“Dia menginginkan sebuah rahasia.”
Wajah sang pastur sepucat bulan ketika Doris menyaksikan Si Hitam menunduk ke samping wajahnya. Matanya sekosong malam dan ia masih menunggu, genggamannya terasa mengerat.
“Rahasia apa?”
“Iblis itu.”
Beritahu saya tanggapan kalian 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
THE NURTURE (COMPLETE)
Mistério / SuspenseKolam itu gelap, airnya menghitam selama bertahun-tahun dan menurut rumor yang beredar, roh-roh mengelilinginya mereka yang membisikkan para biarawati untuk melompat dari atas tebing. Setelah sepuluh tahun meninggalkan kota kelahirannya, Claire men...