9 (E)

93 29 0
                                    

TRACY

Jalur melandai itu memanjang menuju bukit. Deretan pohon panjang berbaris mengelilingi pagar kawat sempit menuju hutan. Tracy berdiri di balik pagar, menyaksikan rusa-rusa melompati dahan pohon yang tumbang dan menghilang di dalam sana. Tanah di bawah kakinya lembab, embun pagi masih hinggap di atas rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitarnya, sementara daun-daun kering berguguran.

Sinar matahari telah mengintip dari balik kabut tebal. Cahayanya membanjiri dahan-dahan pohon tinggi dan jatuh tepat di atas dedaunan kering. Ketika ia melangkah menyusuri jalur hutan, tanah basah telah membentuk jejak kakinya yang memanjang menuju pagar. Tracy menghentikan langkahnya tepat di dekat pagar, berbalik untuk menyusuri jejak langkah kaki itu kemudian menandai pohon-pohon tinggi di sekelilingnya. Ia mengikuti petunjuk yang ditinggalkan tim sar ketika menelunsuri jejak langkah seseorang di hutan itu. Pagi itu, ketika mayat Doris ditemukan di permukaan kolam, polisi juga menemukan jejak kaki seseorang di dalam hutan, beberapa dari mereka berasumsi bahwa jejak kaki itu bisa saja milik Doris, atau seseorang yang mengejarnya, namun tidak ada yang berpikir kalau jejak kaki itu mungkin saja milik Ashley. Itu bisa saja milik Ashley karena gadis itu memiliki sejumlah catatan kesehatan milik Doris dan Tracy cukup yakin bahwa Ashley telah menyelidiki wanita itu cukup lama.

Ketika Tracy berdiri cukup dekat dengan pohon besar, ia menatap ke bawah kakinya dimana bot hitam besarnya menginjak gundukan dedaunan kering di bawah sana. Persis di belakangnya terdapat semak-semak liar yang tumbuh mengitari pohon besar itu. Tracy menjauhi gundukan itu, menyingkirkan daun-daunnya dan menatap sebuah cairan merah gelap yang mengering di bawah sana. Ia mengitari pohon besar itu, menegadah ke atas, kemudian mengintip melalui celah pohon besar. Dari sana, ia menyaksikan petunjuk yang ditinggalkan petugas untuk menandai jejak kaki itu. Sementara, tepat di bawah pohon besar itu, sebuah kain hitam tersangkut pada paku tua yang menandai tulisan ‘dilarang memasuki area hutan’ yang menggantung di dahan pohon.

Tracy menariknya, mengeluarkan sebuah kantong plastik dari dalam sakunya kemudian berjalan keluar dari balik pohon. Kini, ia bergerak mendekati lingkaran merah gelap di bawah gundukan daun kering itu, menunduk untuk menciumnya kemudian mengeluarkan ponsel untuk mengambil gambar itu. Ketika ia akhirnya keluar dari hutan itu, Tracy menyusuri jalanan berbatu untuk kembali ke truk-nya kemudian mengendarai mobil itu meninggalkan area hutan.

Jalur lebar di sekelilingnya menyempit, mengarahkan truknya ke perbatasan sungai. Dari balik kaca mobilnya, awan semakin gelap, kabut tebal menyelimuti jalanan. Pagar diujung jalan masih tertutup, jadi Tracy terpaksa harus memutar mobilnya dan mengambil jalan pintas. Ia telah berkendara beratus-ratus meter sebelum sampai di area tertutup. Di sana, sebuah rumah yang menyerupai trailer sempit berdiri. Atap-atapnya menua, pondasinya tidak lagi kokoh dan mungkin akan hancur dalam waktu dekat dan tidak ada pagar yang membatasi rumah itu. Letaknya cukup jauh dari kota dan cukup dekat dengan hutan. Melalui kaca mobilnya, Tracy melihat jendelanya yang gelap tertutup rapat. Ia mengentikan truknya di depan bangunan itu, kemudian bergerak turun dan mengintip melalui jendela.

Bagian dalam rumah itu tampak kosong. Barang-barangnya masih diletakkan di tempat yang sama seperti kali terakhir ia mendatangi rumah ini bersama Ellis. Tracy berputar ke halaman belakang, berharap menemukan Lynn disana, namun halaman belakang tampak sama kosongnya seperti halaman depan dan tidak ada jendela. Wanita itu pasti tidak begitu menyukai jendela. Tak lama kemudian, persis ketika Tracy berniat mengeluarkan ponsel di sakunya dan menghubungi seseorang, ia mendengar wanita itu berteriak memanggilnya di belakang.

“Petugas Tracy Homer!! Aku disini.”

Tracy berbalik, menatap ke tempat dimana wanita itu berdiri dengan pakaian yang sama seperti saat terakhir ia menjumpainya. Tampilannya tampak berantakan, namun Tracy berani bertaruh kalau Lynn tidak memedulikannya sedikitpun. Alih-alih mendekat, Tracy menunggu hingga wanita itu sampai di hadapannya.

“Kau mencariku?”

“Ya. Aku perlu berbicara denganmu.”

“Kupikir kau dan rekan sialanmu itu sudah selesai denganku.”

“Maaf tentang Ellis, tapi aku benar-benar sendirian.”

Lynn mengenyitkan dahinya, menimbang sebelum bertanya, “kau mau masuk?”

“Ya.”

“Aku tidak punya bir lagi.”

“Tidak masalah.”

Beritahu saya tanggapan kalian..

THE NURTURE (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang