Bagian 9

96 30 0
                                        

Alton, Illinois
Juni 2018

LYNN

“Dia terpeleset,” kata Lynn pada petugas Tracy saat wanita itu mendekatinya. Di sampingnya, pria sangar berkulit hitam yang dikenalinya sebagai Deputi Ellis menmandangi Lynn dengan sinis.

Orang-orang berkeliaran meninggalkan pemakaman, sementara itu para petugas masih bergaja, mereka seperti lalat yang berkerumun di sekitar pemakaman. Lynn telah memerhatikan mereka sejak lama. Ia suka berkeliaran di sekitar pemakaman itu dan ia mengenal persis orang-orang yang berlalu lalang di sana. Petugas-petugas itu bukanlah wajah pertama yang dilihatnya. Beberapa dari mereka juga hadir dalam acara pemakaman suster Irine belasan tahun silam. Pengacara Tyson Howard yang bertugas saat itu membuntuti Lynn dan berpikir bahwa ia akan mendapatkan sesuatu yang cukup berarti. Mereka orang bodoh, pikir Lynn. Mereka tidak tahu apa yang terjadi di sana.

Lynn telah menyusuri jalur setapak menuju pemakaman itu selama tak terhitung jumlahnya. Ia telah menghafal berbagai detail terkecil bahkan deretan pohon yang berbaris di sepanjang pemakaman, batu-batu nisan yang tertancap di sana, dan suara-suara yang muncul tiap kali desau angin membisikkan sesuatu ke telinganya. Terkadang, Lynn mendengar dengungan-dengungan aneh seperti besi yang berdesing, atau suara ruangan kosong yang berdesau, lolongan anjing dan suara tajam percikan air di kolam setiap kali seseorang jatuh ke dalam sana. Lynn telah mendengar jeritan kesakitan mereka, suara-suara secara acak dan roh-roh penasaran. Ia tidak mengenali semua suara yang berasal dari kepalanya itu, tapi ia mengetahui suara Ashley secara pasti. Selama belasan tahun gadis itu telah berbicara dengannya dan tidak ada seorangpun yang tahu.

“Apa kau penyihir?” tanya Ashley malam sebelum wanita itu ditemukan tewas. Lynn tertawa keras saat mendengarnya, namun ia tahu gadis itu hanya ingin mendengar apa yang ingin diketahuinya. Jadi Lynn membiarkan Ashley menganggap bahwa suara itu milik ibunya.

“Apa?” tanya Tracy saat berbalik menatapnya. “Kau bilang apa?”

“Terpeleset.”

“Itu hanya tebakanmu yang lainnya, kan? Jadi, kau berkeliaran di sekitar pemakaman ini. Apa yang kau lakukan disini?”

“Aku melakukan apa yang ingin kulakukan,” sahut Lynn sembari mengangkat wajahnya. Petugas wanita itu congkak, Lynn tidak ingin terlihat lemah di hadapannya. “Ini tempat umum.”

“Benar. Jadi ada apa dengan rumahmu? Kenapa ada rumah kayu di halaman belakangmu?”

“Semua orang punya rumah kayu. Apa kau tidak memilikinya?”

Tracy dan Ellis saling bertukar pandang.

“Tidak,” sahut Tracy sembari mengangkat dagunya. “Apa yang ada di sana?”

“Tikar. Mungkin sudah berdebu. Aku membutuhkan tempat lain untuk tidur saat atapku kamarku bocor.”

“Itu bagus sekali.”

Deputi Ellis bergerak maju mendekatinya dan menatap Lynn dengan tajam. Kedua tangannya berada di atas pinggang dan purutnya yang buncit seakan menantang Lynn.

“Apa yang baru saja kau katakan? Siapa yang terpeleset?”

“Gadis itu.”

“Maksudmu dia terpeleset dari lantai atas?”

Lynn menggindikkan bahunya dengan tidak acuh.

“Bagaimana kau tahu?”

“Apa kau pernah memeriksa kotak penyimpanan milik ibumu di dalam lemari kaca itu Deputi Ellis?”

Wajah Ellis seketika memerah. “Apa?”

“Kau seharusnya memeriksa itu, mungkin dia masih hidup hingga sekarang jika kau berhasil mencegahnya menelan obat-obatan itu.”

Lynn meninggalkan dua petugas itu, tersenyum ketika menyadari Ellis masih berdiri di sana dan memandanginya dengan kaku. Tracy mungkin bukan petugas yang ramah, namun Ellis merupakan versi terburuk dari mereka semua.


Beritahu saya tanggapan kalian 😁

THE NURTURE (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang