BIARA ST. MARIA
Alton, Illonois
Maret 2008Keith telah menatap gerbang itu berkali-kali. Ia telah mengenali pintu-pintunya dengan baik, jendela-jendelanya yang tertutup, juga setiap sudut tempat di dalamnya. Bangunan yang berdiri di belakang gerbang itu seperti sebuah wajah yang selalu menatap ke arah kolam, ia tidak pernah tertidur barang sedetikpun. Dulu, ia pernah bekerja di sana, setidaknya itu sudah berlalu empat belas tahun yang lalu dan kini bangunan itu terasa asing, namun bentuknya tetap sama. Tidak ada bentuk yang berubah sedikitpun sejak satu abad berlalu, bahkan tidak dengan noda di dindingnya. Noda itu akan tetap ada di sana mungkin hingga satu abad berikunya. Bagaimanapun, tidak akan ada orang yang memutuskan untuk menghancurkannya. Temboknya terlalu kokoh untuk dihancurkan dan letaknya yang berada di pedalaman membuatnya terasing dari kota.
Biara ini telah menjadi bagian dari Alton selama beradab-abad. Ia dibangun dengan gaya arsitektur yang memperlihatkan setiap sudutnya dengan detail: lorong-lorong sempit, sebuah aula besar, tangga yang melingkar, dan kamar-kamar yang ditempati para biarawati. Dapurnya cukup luas, begitu pula dengan ruang untuk menjahit. Semuanya, ia telah mengenali detail itu sejak memutuskan untuk bekerja di sana, namun ada satu hal yang benar-benar tidak dapat dikenalinya yaitu tentang apa yang benar-benar tersembunyi di sana.
Malam ini, ia mengendarai truknya bersama Claire melintasi jalur panjang untuk sampai di depan gerbang yang membatasi biara itu dari kota. Keith menghentikan truknya tepat di ujung jalan. Ban mobilnya berputar menggilas jalur berbatu hingga berhenti secara perlahan. Ia mematikan mesin mobil itu hingga yang tersisa hanyalah keheningan. Langit gelap menyelimuti tembok biara, dan pohon-pohon yang mengelilinginya bergerak tertiup angin, mereka seolah membawa pesan dan mengundang siapapun yang datang untuk masuk ke dalam sana.
“Menurutmu ibumu sudah tertidur?” tanya Keith pada wanita yang duduk di kursi penumpang. Wajahnya sekosong malam dan matanya terus menatap ke arah jendela-jendela yang tertutup rapat itu.
“Aku tidak tahu. Dia tidak pernah tidur secepat itu. Terkadang, kupikir dia tidak tertidur sama sekali.”
“Kau merindukannya?”
Claire tertegun kemudian menggeleng. “Aku tidak tahu. Dia telah memutuskan untuk masuk ke dalam sana, dia tidak akan melihat ke belakang.”
“Dia meninggalkanmu bersama kakakmu yang jahat. Dia tidak seharusnya berbuat begitu.”
“Itu bukan kesalahannya.”
Keith mendengus. Sudut bibirnya terangkat ketika matanya memandangi Claire. Kini jari-jarinya menggenggam setir dengan erat.
“Seandainya aku bertemu denganmu lebih awal,” ujar Keith. Ucapannya barusan telah menarik perhatian Claire.
“Apa perbedaannya?”
“Ayahku mungkin masih hidup dan aku tidak pernah memutuskan untuk meninggalkan kota ini.”
Claire. “Kita akan meninggalkan kota ini suatu hari nanti.”
“Ya, terakhir kita mencobanya, kakakmu hampir saja menenggelamkanmu di sungai itu.”
“Itu buruk sekali.”
Keith menyaksikan Claire tersenyum lebar, kemudian ia menangkup tangan Claire dan menggenggamnya erat.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE NURTURE (COMPLETE)
Mystery / ThrillerKolam itu gelap, airnya menghitam selama bertahun-tahun dan menurut rumor yang beredar, roh-roh mengelilinginya mereka yang membisikkan para biarawati untuk melompat dari atas tebing. Setelah sepuluh tahun meninggalkan kota kelahirannya, Claire men...