CLAIRE
Aku menatapnya duduk di seberang dan melahap makanannya dengan serius. Terkadang sikap polosnya sering membuatku terenyuh, namun aku telah mencintai gadis ini sejak Hazel melahirkannya. Samar-samar aku mengingat bayi perempuan cantik yang dibiarkan sendirian di dalam kotak bayinya. Warna rambutnya pirang seperti Hazel, namun kedua matanya sangat mirip dengan Keith. Bayi kecil itu mengulurkan lengan kecilnya di udara seakan sedang memohon agar aku mengeluarkannya dari dalam kotak. Suara tangisannya memenuhi seisi ruangan, dan ketika aku menatapnya, aku merasakan kesedihan, rasa sayang dan perasaan lainnya yang membuatku tidak bisa memahami apa yang benar-benar kurasakan tentang bayi itu. Menatapnya selalu mengingatkanku tentang Keith, namun di sana ada Hazel yang membuatku merasa begitu asing dengan bayi ini. Dia bukan milikku, tapi aku begitu menyayangiya.
Bayi itu selalu berhasil membuatku luluh. Aku ingat bagaimana rasanya ketika aku mengangkatnya dari dalam kotak, menggendongnya seolah-olah dia milikku dan berjalan ke halaman luar sehingga sinar matahari hangat dapat menyentuh wajahnya. Aku suka menciuminya di kepala. Aku suka bagaimana wangi tubuhnya tercium. Suatu saat aku akan memiliki bayi seperti itu, bayi Keith – kupikir. Tapi angan-angan itu hilang bersamaan dengan rasa sedih atas fakta bahwa aku tidak benar-benar memiliki bayinya dan semua itu lenyap begitu aku memutuskan untuk meninggalkan Ashley dan pergi ke Chicago.
Sejujurnya, aku tidak ingin meninggalkan Ashley kala itu. Ia kekurangan perhatian seorang ibu. Tapi aku tidak benar-benar memahami diriku dan aku tidak akan menjadi ibu yang baik untuknya. Suatu saat ia akan mengetahui bahwa ibunya tidak lain hanyalah pecandu alkoholik dan mengabaikannya dan memilih untuk mengakhiri hidupnya di bak mandi. Namun, pengingat itu selalu membawa rasa bersalah yang sama terhadap Ashley, dan kini aku tidak benar-benar yakin dapat meninggalkannya lagi. Tidak setelah apa yang terjadi pada Hazel dan ibuku.
“Aku senang kau sudah merasa baikkan,” dari kursi seberang, aku mencoba berbicara dengannya. Makanannya hampir habis sementara aku mendapati piringku masih terisi utuh.
“Kenapa kau tidak makan makananmu?”
Aku mendorong piring itu menjauh kemudian memilih air di dalam gelas.
“Kupikir aku tidak berselera makan.”
Ashley menunjuk ke arah piring itu dan berkata, “boleh kuhabiskan?”
“Tentu saja.”
Gadis itu menarik piring yang masih terisi penuh dan menghabisi makanannya dengan cepat. Sekali lagi, selera makannya mengingatkanku tentang Keith.
“Kau harus makan, Claire.. kau kurus sekali.”
“Bisa kuatasi. Bagaimana denganmu? Apa rencanamu hari ini? Apa kau mau jalan-jalan denganku?”
Ashley mengangkat wajahnya dan memandangiku. Ekspresinya mengatakan bahwa ia tidak menyukai gagasan tentang apa yang baru saja kukatakan.
“Aku ada urusan,” katanya.
“Kau tahu? Aku baru saja terpikir hal ini. Bagaimana kalau kau ikut bersamaku ke Chicago. Aku akan membayar biaya sewa apartemen yang kau suka dan kau bisa melanjutkan sekolah di sana. Bagaimana menurutmu?”
“Chicago?” ucapnya setelah menelan makanannya.
“Ya.”
“Aku tidak yakin siap menghadapi kota sebesar itu. Aku terbiasa dengan kehidupan suram di sini.”
Candaannya membuatku tersenyum. Aku tidak pernah salah tentang gadis ini, ia memiliki sisi hangat yang tersembunyi dalam dirinya. Persis seperti Keith.
“Disana akan lebih menyenangkan.”
“Apa maksudmu? Aku baik-baik saja disini. Lagipula, aku tidak akan tergiur sekalipun kau menawarkanku rumah mewah di sana. Ini hidupku, aku sudah terbiasa menjalaninya. Jangan mengacau tentang itu!”
“Ashley.. aku tahu kau marah padaku..”
“Aku tidak marah padamu. Aku hanya tidak menyukaimu, seperti mom.”
“Kau bukan Hazel. Kau tidak sama seperti dia.”
“Lalu apa? Kau pikir aku sama seperti laki-laki itu? Aku bahkan tidak suka membayangkannya sebagai ayahku. Dia berengsek.”
“Berehenti mengatakan itu!”
“Kenapa? Kau tidak suka? Jika kau tidak suka, kau bisa pergi. Kau tidak bisa melarangku mengatakan dan melakukan apapun yang kuinginkan disini. Kau bukan siapapun.”
“Itu tidak berarti kau dapat mengucapkan hal buruk semaumu. Aku tahu, itu akan sangat sulit untuk menerima kenyataan kalau dia adalah ayahmu, tapi..”
“Dengar! Aku benar-benar tidak sabar untuk memulai kembali hidupku seperti biasanya. Kalian terlalu membesar-besarkan masalahnya hingga aku tidak boleh bersekolah selama berminggu-minggu. Aku sudah benar-benar bosan, oke? Dan aku tidak peduli jika dia memang ayahku. Kita tidak bersama sejak aku bayi, tidak ada yang perlu diubah tentang itu.”
“Dia berusaha untuk berbicara denganmu..”
“Aku tidak ingin! Kenapa kalian mengerti juga? Katakan saja padanya dia dapat berbuat apapun yang dia inginkan asalkan dia tetap menjauh dariku. Aku tidak suka melihatnya.”
“Well, Ashley.. itu sangat tidak sopan. Aku tidak ingin kau tumbuh besar dan menjadi pembangkang yang tidak patuh terhadap orangtuamu..”
“Kau bukan orangtuaku dan peduli setan tentang pendapatmu! Siapa kau hingga berpikir kalau kau dapat mengatur hidupku? Kau bahkan tidak bersamaku sejak aku kecil. Apa yang kau harapkan sekarang? Kau tidak membesarkanku, jangan menuntut apapun!”
“Aku akan kembali ke Chicago dan aku tidak ingin meninggalkanmu..”
“Pergilah! Kembalilah ke tempatmu dan kita bisa melanjutkan hidup masing-masing. Aku tidak keberatan. Menjauh sajalah!”
Nafasku tercekat. Aku mengepalkan kedua tanganku dengan erat, sejenak menatapnya dan berharap dapat memaafkan ucapannya, tapi aku telah bangkit berdiri, melihat bagaimana gadis itu – bayi yang dulu berada dalam dekapanku, tidak begitu mengacuhkan keberadaanku hingga membuatku merasa sesak. Aku bergerak meninggalkan dapur ketika kupikir aku tidak bisa lagi membendung air mataku.
Beritahu saya tanggapan kalian..
KAMU SEDANG MEMBACA
THE NURTURE (COMPLETE)
Misterio / SuspensoKolam itu gelap, airnya menghitam selama bertahun-tahun dan menurut rumor yang beredar, roh-roh mengelilinginya mereka yang membisikkan para biarawati untuk melompat dari atas tebing. Setelah sepuluh tahun meninggalkan kota kelahirannya, Claire men...