4 (E)

103 27 1
                                    

KEITH

Siang ketika matahari telah bergerak naik di atas kepalanya, Keith menyaksikan tim SAR dan petugas kepolisian berkeliaran di sekitar kolam untuk mencari barang bukti yang mungkin tertinggal di sana. Sedikitnya tiga orang petugas menyebar dan turun ke dalam kolam. Todd Ellis berdiri di sampingnya sembari mengawasi, pencarian itu setidaknya telah memakan waktu dua jam dan sejauh ini, mereka belum menemukan apapun.

“Polisi pasti sudah menyisir seluruh kolom itu saat kematian suster Irine dan tidak ada lagi yang tersisa,” komentar Ellis sembari menyesap kopi dari gelasnya. Sinar matahari yang menembus di sela-sela dahan pohon tinggi itu menyinari wajahnya dan membawa kehangatan yang terasa aneh.

“Apa yang mereka temukan?”

“Sampah,” sahut Ellis kemudian mendekatkan gelas kopi itu ke bibirnya. “Tidak ada barang bukti.”

Rahang Keith mengeras, kedua tangannya mengepal di balik saku jaket dan ponselnya baru saja berdering. Keith menjauhi Ellis untuk menerima panggilan itu, beberapa menit kemudian ia kembali.

“Hasil autopsinya baru saja keluar.”

“Tempat ini sangat aneh, temboknya miring.”

“Ya, sudah seperti itu sejak dulu.”

“Kau tahu bagaimana mereka menamakan biara itu St. Maria?”

Keith menyipitkan kedua matanya.

“Dulu katanya seorang gadis bernama Maria tinggal di sekitar sini, dia mandi dan minum dari air di kolam ini dan dia meninggal pada usia tujuh belas tahun karena penyakit yang menyerang ulu hati dan gadis itu dikubur di belakang gerbang biara itu, namun pada awal tahun 1817-an, pemilik biara merenovasi ulang tembok biara itu dan membiarkan puing-puingnya menutupi makam Maria dan begitulah mereka menyebut bangunan itu. St. Maria, seperti pemilik tanahnya.”

“Wah.. aku akan membelikanmu sebotol bir untuk kisah itu. Apa aku harus terkesan?”

Ellis terkekeh.

“Bagian lucunya adalah, tidak ada yang pernah menanyakan apa gadis itu masih suci atau tidak. Namanya dipajang di depan bangunan itu dan tidak seorangpun tahu siapa Maria sebenarnya.”

“Siapa dia?”

“Hantu. Hantu hitam.”

Keith mendengus keras. “Apa ada kisah lain di balik sebutan itu?”

“Ya, dan kau berutang dua botol bir untuk itu.”

“Sial.” Keith menepuk bahu laki-laki itu dengan santai. “Aku harus pergi untuk melihat hasil autopsinya. Temui aku di kantor setelah ini selesai.”

“Hei!” panggil Ellis ketika Keith telah berjalan menjauh. “Kau yakin tidak mau dengar?”

Keith melambaikan tangannya di udara kemudian bergerak masuk ke dalam mobil. Ia membawa coupe hitam itu meninggalkan area kolam dan bergerak menuju bukit. Ia harus melalui jalanan panjang berbatu untuk keluar dari sana. Beberapa meter jauhnya, mobilnya memasuki jalur lepas dan melaju dengan mulus. Sederet pohon berbaris memanjang di kedua sisi jalur. Keith membawa mobilnya mengitari bukit sebelum keluar dari gapura yang berada di dekat jembatan panjang. Ia telah menyaksikan hamparan tanah kosong yang melandai dan hutan yang gelap. Tidak ada seseorang yang berkeliaran di sekitar sana dan kendaraan jarang berlalu lalang di sekitar sana karena jalurnya yang terjal. Kali ini Keith membawa mobilnya memasuki area komplek. Ia mengendara sejauh satu kilo meter sebelum sampai di depan kantor kepolisian lokal.

Seseorang bernama Wyatt telah menunggunya di dalam. Laki-laki itu meletakkan surat hasil autopsi di mejanya kemudian pergi beberapa menit kemudian. Tracy Homer, seorang petugas yang berjaga siang itu mengetuk pintu ruangannya ketika Keith baru saja selesai mempelajari hasil tes. Wanita itu menoleh dari balik pintu dan berkata,

“Kau memanggilku?”

“Ya, masuklah!”

Tracy menutup pintu di belakangnya kemudian berdiri di seberang meja. Kedua tangannya terlipat persis seperti yang biasa dilakukannya.

“Aku butuh bantuanmu untuk menyelidiki nama ini,” Keith menyerahkan salinan kartu nama Caesar Ramon kepada wanita itu.

“Pria itu dikabarkan menghilang empat belas tahun lalu.”

“Kau ingin aku menggali kasus yang sudah berlalu sejak empat belas tahun lalu?”

“Aku ingin kau menemukan laki-laki ini. Jika dia berada di suatu tempat, aku ingin tahu alamatnya, jika identitasnya berubah, aku menginginkan sebuah nama atau jika dia telah mati, aku ingin jasad. Semua informasi yang kau butuhkan ada di sini,” Keith menyerahkan map hijau berisi setumpuk kertas laporan dan wanita itu langsung memandanginya dengan tidak suka.

“Jika kau memiliki masalah, katakan sekarang!”

“Berapa lama waktu yang kupunya?”

“Kita memiliki dua minggu atau mungkin lebih, tapi aku ingin laporan itu secepatnya.”

“Oke. Ada yang lain?”

“Tidak, kau bisa pergi.”

Pintu ruangan digeser terbuka dan dibanting tertutup dengan cepat. Keith memandangi kepergian wanita itu sebelum kembali pada laporan hasil autopsi di mejanya. Kali ini, sesuatu di luar jendela menarik perhatiannya. Ia berjalan mendekati jendela dan berdiri di belakangnya. Melalui celah jendela yang tebuka, Keith mengintip ke bawah dimana Ellis baru saja memarkirkan mobilnya. Laki-laki itu keluar dari kursi penumpang dan menengadah tepat ke arah Keith. Ia melambaikan tangan seolah sedang mengisyaratkan kabar buruk.

Beritahu saya tanggapan kalian cerita ini 😁

THE NURTURE (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang