KEITH
Lingkaran hitam di balik awan gelap itu menggulung langit hingga tidak menyisakan celah bagi sinar matahari untuk dapat menembus masuk ke dalamnya. Pohon-pohon tinggi yang berdiri kokoh selama belasan tahun menyelubungi bangunan dengan tembok hitam yang berdiri di balik sana. Rumput-rumputnya yang tinggi membawanya menyusuri pagar putih berkarat dan berakhir tepat di atas undakan batu yang membentuk tangga menuju pintu masuk. Atapnya sekokoh langit, daun-daun pintunya bak prajurit dan pilar yang menjadi pondasi terdepan bangunan itu layaknya sebuah benteng. Tanaman rambat menjalar di seputar tembok-temboknya, kolam-kolam pancuran dibiarkan menghitam. Tidak ada air yang mengisinya selama bertahun-tahun. Saat musim gugur, daun-daun kering akan berjatuhan mengisi kolam itu, kabut tebal akan menyelimuti bangunan ini hingga rupanya tak terlihat dalam jarak ratusan meter.
Ketika ia menengadah, jendela-jendela gelap itu menatapnya kosong. Seekor katak baru saja melompat melewati kakinya. Ia menghilang di antara semak-semak di pekarangan. Koridor memanjang gelap di ujung sana, dan puluhan meter jauhnya, tepat di dekat saung kecil, sebuah gereja berdiri. Lampunya telah dipadamkan, pintunya tertutup dan Keith masih mengingat ia dan Claire pernah berada di dalam sana. Ia – untuk pertama kalinya, memanjatkan doa. Menatap ke arah lukisan-lukisan tua. Tempat yang dipenuhi oleh warna-warna tosca. Dindingnya mengerut, bangku-bangku panjangnya terbuat dari kayu dan berbaris rapi ke belakang, menyisakan sepetak jalur di bagian tengah yang mengarah menuju mimbar. Lantainya dilapisi oleh karpet hijau, dan lilin-lilin di pajang di sisi kanan dan kiri mimbar. Yang membuatnya terkesima adalah patung Tuhan yang begitu besar.
Claire selalu berdoa dengan khidmat. Wanita itu akan memejamkan mata dan mengatupkan kedua tangan saat melakukannya. Sejak dulu, Keith berusaha memahami mengapa seseorang harus berdoa. Hingga sekarang, baginya semua itu masih menjadi misteri. Mengapa para biarawati itu memutuskan untuk menjadi pelayan Tuhan untuk kemudian melompat dari atas tebing? Apakah penebusan dosa itu dan apa kaitannya dengan kematian mereka yang tidak wajar?
Keith merasakan semilir angin menerpa wajahnya. Di sanalah tempat ia menghabiskan dua tahun hidupnya untuk merangkak keluar dari kesusahannya. Danny Wendell tidak akan menyangka apa yang telah dicapainya.
Tiba-tiba ia mendengar suara pintu yang mengayun terbuka. Suara deritan halus itu terdengar familier dan ia langsung menatap ke samping, tepat pada pintu di ujung koridor. Eleanor telah berdiri di sana, kedua tangannya terlipat, wajahnya sepucat bulan, namun yang tampak menarik adalah rambutnya yang tergerai memanjang.
Keith berjalan meninggalkan tangga dan mendekati wanita itu. Ketika sampai di hadapannya, ia melihat dari atas bahu Eleanor, menyaksikan koridor panjang yang gelap dan pintu-pintu yang tertutup rapat.
“Kami tidak menerima kunjungan malam,” kata Eleanor dengan ketus, namun Keith berhasil mengabaikannya saat bertanya.
“Katakan pada pastur aku ingin berbicara dengannya.”
“Sudah waktunya untuk tidur.”
“Aku akan menunggu di gereja.”
Keith berbalik dan ketika ia telah mengambil beberapa langkah menjauh, suara Eleanor di belakang menghentikannya.
“Kau tidak akan mendapatkan apapun.”
Langkahnya terhenti. Keith menatap Eleanor dari balik bahunya dan bertanya, “apa?”
Tapi wanita itu telah berbalik, menghilang di balik pintu yang sama dan mengentakkan kakinya dengan kasar di sepanjang koridor.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE NURTURE (COMPLETE)
Mystery / ThrillerKolam itu gelap, airnya menghitam selama bertahun-tahun dan menurut rumor yang beredar, roh-roh mengelilinginya mereka yang membisikkan para biarawati untuk melompat dari atas tebing. Setelah sepuluh tahun meninggalkan kota kelahirannya, Claire men...