1 (K)

154 34 4
                                        

ASHLEY

Aku tidak suka berada di sana, dan satu-satunya hal yang kupikirkan hanyalah pergi secepat mungkin meninggalkan pemakaman paling misterius di kota ini. Jasad nenekku dikubur persis di samping makam ibuku dan itu membuatku sedikit geli mengingat betapa jauhnya hubungan mereka sebagai ibu dan anak. Aku hanya tidak habis pikir mengapa orang-orang di kota ini begitu tahan dengan omong kosong basi yang menyebut bahwa seorang anak sudah seharusnya berada di dekat ibunya - aku bahkan tidak mengenal ibuku dan aku yakin, ia lebih memilih menghabiskan waktunya dengan alkohol ketimbang putrinya.

Claire benar-benar membosankan. Aku tahu persis apa yang dirasakan wanita itu. Raut wajahnya mengatakan dengan jelas bahwa ia juga berharap dapat segera pergi dari sana, tapi Claire lebih sabar dari siapapun dan aku terkejut melihat bagaimana wanita itu menghadapinya. Dia mungkin satu-satunya anggota keluarga paling sabar yang pernah kukenal selain Laurie.

Pete ikut hadir di pemakaman. Kehadirannya sekaligus menjadi satu-satunya hal yang menghiburku setelah menghabiskan setengah hari yang membosankan dalam upacara ini. Aku mengisyaratkannya menyingkir dari area pemakaman untuk merokok dan kami baru benar-benar mendapatkan privasi setelah dua jam berlalu.

"Jika ayahku melihat ini, dia akan membunuhku," kata Pete saat menghisap rokoknya. Ia mengeluarkan asap tebal dari mulut dan hidungnya kemudian menyerahkan putung rokok itu padaku.

"Ya, aku percaya itu."

"Ini gila Ash. Kita seharusnya berada di dalam. Orang-orang akan mencarimu dan yang terpenting sheriff.."

"Persetan dengan pria itu! Aku tidak suka dia memerintahmu. Aku tidak suka caranya memerintah semua orang seolah dia berhak melakukannya. Jangan pedulikan dia!"

"Kuharap begitu," Pete merebut putung rokok itu dari mulutku dan menghisapnya sekali lagi. "Ya Tuhan.. kuharap aku bisa bertemu denganmu malam ini."

"Jangan malam ini. Claire membuka pintu rumah untuk tamu-tamu yang datang hingga malam. Acara membosankan dan omong kosong lainnya. Aku tidak peduli, tapi sebaiknya jangan malam ini."

"Oke, kurasa ayahku mulai mencurigaiku lagi."

"Oh, ayolah.. kau sudah cukup dewasa!"

"Dia tidak menyukaimu, kau tahu?" Tatapan Pete menuding ke arahku dan tiba-tiba saja aku merasa laki-laki itu berusaha menelanjangiku untuk kemudian mengejekku.

"Apa maksudmu?"

"Maksudku.. seandainya saja kau tampil lebih baik, tanpa riasan itu.."

"Aku suka tampilanku, apa masalah ayahmu?!"

Pete memalingkan wajahnya, merapatkan tubuhnya ke dinding dan bersikap tidak acuh. "Tidak, lupakan saja!"

"Dasar orang tua!"

"Hei, berhenti mengatakan itu, oke?"

"Terserah."

Seolah laki-laki itu belum cukup menjengkelkanku, tepat di ujung acara, aku melihat Claire berdiri sendirian. Kedua tangannya terlipat dan wajahnya memerah, matanya memandang ke satu arah namun sesekali ia memalingkannya untuk kemudian menatap ke arah yang sama lagi. Sikapnya membingungkanku hingga aku menyadari apa yang tampak menganggunya. Sheriff Wendell berdiri di ujung sana, matanya menatap ke sekitar, tapi aku menyakini bahwa perhatiannya tertuju pada Claire.

Pasangan yang aneh, pikirku. Mereka akan cocok satu sama lain, tapi itu akan menjadi mimpi buruk.

Ketika kami tiba di rumah, segalanya menjadi semakin buruk. Pete menghubungiku, laki-laki itu mengatakan kalau Sheriff Wendell telah menugaskan Jon Wesley dan Deputi Ellis untuk melakukan investigasi khusus tentang peristiwa ini. Berita itu sudah cukup menjengkelkanku hingga aku melihat Claire berdiri di kamar ibuku. Ia sedang menunduk ke arah lemari dan mencari sesuatu di sana kemudian Claire mengeluarkan sebuah kotak besar dari dalamnya.

"Jangan sentuh barang-barang itu! Kau tidak memiliki hak untuk menyentuhnya!" kataku dan kusadari wajahnya langsung memucat. Aku bergerak mengitari ruangan kemudian merebut kotak itu darinya dan mengembalikannya ke dalam lemari.

"Aku hanya ingin tahu apa isinya. Itu milik Hazel, kan?"

"Ya, dan bukan milikmu. Mom melarang siapapun untuk menyentuh barang-barangnya."

Kupikir wanita itu tertawa, tapi aku benar-benar melihat seringainya yang mengejek.

"Ada apa denganmu? Itu hanya sebuah kotak."

"Ini milik ibuku! Orang-orang sepertimu tidak boleh menyentuhnya."

"Tapi kenapa?"

Aku membiarkan ketegangan itu menggantung di sekitar kami, sementara itu suara gemuruh mesin mobil yang bergerak mendekati halaman rumah kami terdengar. Orang-orang mulai berdatangan dan membuat hari itu menjadi hari terpanjang yang harus kulewati. Aku berusaha mengingatkan diriku bahwa semua ini akan berakhir, wanita itu akan pergi dan segalanya akan berjalan seperti biasanya. Tapi kali ini, aku benar-benar berharap mereka semua pergi.

"Karena dia membencimu," tuntasku akhirnya sebelum mengunci lemari itu dan menyimpan kuncinya di dalam saku celanaku.

"Ashley, itu konyol!" Claire nyaris berteriak, wajahnya memerah dan urat-uratnya muncul. Kupikir wanita itu terlalu kurus, rahangnya tirus dengan mata yang besar. Dan cara Claire mengikat rambutnya membuat lehernya terlihat lebih kecil. Selain itu sweter merah yang membalut tubuhnya tampak kebesaran, wajahnya sepucat bulan dengan lingkaram hitam di bawah matanya. Wanita itu mungkin tidak mendapatkan tidur nyenyak untuk waktu yang lama.

"Itu kesepakatannya. Jangan sentuh apapun yang bukan milikmu! Kau bahkan seharusnya tidak berada di sini. Aku seharusnya tidak harus menghadapi semua ini. Ini mengerikan!"

Claire menggeleng-geleng dengan tidak percaya, membuatku merasa jijik melihatnya.

"Kau benar-benar mirip dengannya."

"Tutup mulutmu! Kau tidak berhak mengatakan hal buruk apapun tentang ibuku! Kau tidak tahu apa yang dia hadapi, kau tidak tahu rasanya.."

"Kau keliru Ashley, aku mungkin satu-satunya orang yang tahu. Aku adiknya!"

"Ya, dan aku anaknya dan kau tidak tahu apapun tentang apa yang kurasakan setelah mengetahui kalau keluargamu mati satu persatu dengan cara yang konyol dan kau benar-benar ditinggal sendirian!"

"Ashley!" ia berteriak, matanya membeliak. Itu adalah kali pertama aku melihatnya semarah itu.

"Tidak, kau jangan berusaha mengguruiku! Aku tahu apa yang kukatakan. Dan sekarang aku mengerti mengapa mom begitu membencimu. Kau-lah si pengecut itu!"

"Diam!"

"Kau kabur meninggalkan kota ini dan pindah ke Chicago karena kau ketakutan. Kau satu-satunya orang paling tega yang pernah ku kenal Claire. Kau bukan keluargaku.."

"Aku keluargamu, apa yang kau bicarakan?"

"Jika memang begitu, kau tidak akan meninggalkanku sendirian."

"Kau tidak mengerti.."

Aku tidak mengacuhkannya dan memilih untuk berbalik pergi. Aku merasa kesal namun kupikir itu adalah hal paling benar yang dapat kulakukan. Dari belakang aku mendengar wanita itu menyerukan namaku, tapi aku mengabaikannya, bergerak menuju kamarku dan membanting pintu itu dengan keras. Mungkin aku dapat menghubungi Pete dan mengatakan 'persetan dengan tamu-tamu itu' kemudian kabur meninggalkan rumah ini untuk semalaman. Mungkin itu yang kubutuhkan, atau mungkin aku hanya ingin berbaring dan melupakan segalanya.

Beritahu saya tanggapan kalian untuk cerita ini 😁

THE NURTURE (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang