9 (M)

98 27 1
                                        

KEITH

“Dia tidak mau berbicara,” kata Ellis ketika Keith tiba di kantor polisi sore itu. Tanpa berbicara lagi, Keith menerobos masuk ke dalam ruangan sempit tempat dimana sang pastur duduk di belakang meja kayu dan memandangi permukaan meja itu dengan tatapan kosong. Wajahnya lebih pucat dari yang diingat Keith, kedua tangannya kini terikat dan laki-laki itu tidak menatapnya, bahkan ketika Keith meninju permukaan meja itu dengan kasar dan berteriak di depan wajahnya.

“Dimana dia?”

Kedua alisnya terangkat dan bibirnya terbuka. “Siapa?”

“Claire. Dimana dia?”

“Aku berada disini semalaman. Bagaimana aku tahu?”

“Jangan main-main denganku! Kau melakukannya! Kau membunuh Ashley dan sekarang Claire menghilang.”

“Benarkah? Begitukah caramu bicara pada Eleanor?”

“Berhenti berbicara, kau bajingan sialan!” Keith menerjang laki-laki itu menghempaskannya ke dinding dan mengarahkan kepalan tangannya untuk meninju sang pastur. Namun, Ellis telah menerobos masuk untuk mencegahnya. Laki-laki itu menarik Keith mundur dan dua orang petugas yang ikut bergabung kini menjauhi sang pastur dari jangkauan Keith.

“Kau tahu sesuatu. Para biarawati itu tidak melompat dan Hazel, dia tidak bunuh diri, dia dibunuh di dalam bak mandi itu. Kau melakukannya! Dan sekarang Claire, dimana kau sembunyikan dia?”

“Sudah kukatakan padamu, aku tidak tahu,” kata sang pastur dengan tenang.

“Tidak, kau berbohong!”

“Tidak.”

“Apa kau akan mengakuinya jika aku membawa Eleanor kesini..”

“Jangan usik Eleanor!” tegas sang pastur. Kedua matanya berkilat tajam. “Semua ini kesalahanku, jangan sekali-sekali mengusik ketenangannya.”

“Kau membunuh adikmu?”

Kebisuan itu memekakan suasana. Keith menepis lengannya dari genggaman Ellis kemudian bergerak maju mendekati sang pastur.

“Apa kau membunuh adikmu? Bagaimana kau melakukannya? Siapa Ramon?”

Ekspresi sang pastur mengeras, namun melalui suara pelan ia bicara. “Jangan dekati Eleanor,” desisnya.

“Ada apa dengan Eleanor?”

“Dia terlalu baik untukmu.”

“Benarkah?”

“Aku harap Tuhan mengampunimu dan ayahmu..”

“Jangan sebut nama itu!!” Keith menghantamkan tinjunya di atas meja, wajahnya memerah karena marah. “Itu tidak ada kaitannya dengan apapun.”

“Ayahmu datang padaku seminggu sebelum kematiannya. Tahu apa yang dilakukannya? Dia memohon untuk penebusan dosa..”

“Tidak, berhenti!”

Alih-alih menurutinya, sang pastur melanjutkan dengan tenang. “Dia memohon pengampunan untuk putranya juga. Kau seharusnya melihat wajahnya sebelum kau menyakiti laki-laki itu.”

Keith menerjang sang pastur, menyarangkan tinju di wajahnya sebelum Ellis dan dua polisi lainnya di dalam ruangan itu menariknya menjauh. Kini ia menudingkan jarinya pada wajah sang pastur.

“Hanya katakan saja dimana Claire,” suara itu keluar di antara sela-sela giginya, kengerian yang sama membanjiri kepalanya dan sejenak pandangannya buram oleh air mata.


Beritahu saya tanggapan kalian..

THE NURTURE (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang