3 (A)

113 27 3
                                    

ASHLEY

Langit gelap menyelimuti jalan setapak menuju kolam itu ketika Pete menghentikan truknya di dekat sana. Ia membiarkan lampu sen mobilnya menyorot ke arah kolam gelap dan aku menatap puing-puing tembok yang runtuh di dekat sana. Ini bukan kali pertama aku melakukan pejalanan rahasia ke kolam ini, namun ini adalah saat pertama untuk Pete. Kami sering membahas misteri kolam yang telah melahap tiga orang biarawati di sana, dan aku telah menaruh ketertarikan besar pada rumor itu sejak bertahun-tahun lamanya.

Kau hanyut dalam kegelapan, kemudian kegelapan itu akan melahapmu. Aku mengingat bait kalimat yang diucapkan oleh wanita itu ketika aku menemuinya secara diam-diam. Aku sering melihatnya berdiri di belakang tembok-tembok tinggi dan mengintip ke balik lubang, dia mengenakan pakaian yang sama setiap harinya dan wanita itu akan mengumamkan kalimat yang sama berkali-kali hingga aku menghafalnya.

Kau hanyut dalam kegelapan, kemudian kegelapan itu akan melahapmu.

Kali ini, aku mengawasi kolam itu dari kejauhan dan membayangkan airnya yang gelap mengalir tenang di bawah kakiku. Bebatuan itu: bebatuan yang telah lama menjadi tempat pendaratan sang biarawati saat memutuskan untuk melompat, masih berdiri dengan kokohnya. Dan tebing tinggi, dengan permukaan yang menjorok ke bawah, menyembunyikan jejak kaki para korbannya. Angin berdesir lembut, dahan pohon bergerak melambai-lambai, dan malam itu – sama seperti malam-malam lainnya yang diselimuti oleh keheningan, terasa begitu mencekam. Rasanya aku dapat mendengar roh-roh jahat berbisik di bawah permukaan air.

“Apa kau percaya pada hantu, Ash?”

Suara Pete pelan, namun ekspresinya menunjukkan kengeringan ketika untuk pertama kalinya ia melihat kolam penyucian itu dari dekat. Pete mendengar semua rumor yang beredar dan karena ia bekerja di kantor kepolisian, ia cukup akrab dengan berita kematian para biarawati yang melompat itu. Namun, Pete tidak ditempatkan dalam divisi pembunuhan dan laki-laki itu seringnya bekerja di dalam kantor. Mengunjungi kolam ini adalah ide yang tak pernah terpikirkan kami bersama-sama. Tapi pertanyaannya kali ini benar-benar membuatku terhibur sehingga tawa itu meledak begitu saja.

“Tidak ada yang lucu!” katanya, marah setelah melihat reaksiku.

“Kau seharusnya melihat wajahmu! Apa kau takut Pete? Kau takut, kan?”

“Demi Tuhan, Ash! Pertanyaan konyol macam apa itu?”

“Akui saja, kau takut.”

“Aku takut padamu, oke? Kau bersikap aneh belakangan ini dan sekarang kau mengajakku ke kolam ini. Aku bahkan tidak tahu mengapa kita disini.”

“Sshh..” aku meletakkan satu jariku di depan bibirnya dan mendekat. “Kau dengar itu?”

“Apa?”

“Bisikan itu. Aku pernah mendengarnya sekali, ini jarang sekali terjadi..”

“Oke, itu lucu sekali. Sebaiknya kita pergi dari sini!”

“Tidak, tunggu!”

Laki-laki itu hendak menyalakan mesin mobilnya, namun aku mencegahnya secepat mungkin dengan membawa tubuhku kepangkuannya.

“Hei.. tenanglah. Tidak ada yang terjadi, oke? Lagipula kita datang kesini untuk menghindari Claire. Aku tidak suka wanita itu menangkap basah kita di rumah. Dia.. penguntit sialan, kau tahu? Dia selalu ingin tahu segalanya seolah-olah dia berhak melakukan itu padaku. Sekarang aku tahu mengapa mom sangat membencinya. Wanita itu sangat aneh.”

“Kau juga aneh,” ledek Pete sembari menyusupkan satu tangannya ke balik pakaianku. Aku melihat lesung pipi di wajahnya ketika ia tersenyum dan sesuatu dalam diriku merasakan getaran yang sama seperti saat pertama kali kami bersentuhan.

THE NURTURE (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang