Sungai Merah

110 22 0
                                    

Alton, Illonois
April 2008

“Mengapa kau menyebutnya sungai merah?” tanya Keith pada suatu pertemuan rahasia lainnya dimana ia dan Claire berjalan bersisian di tengah malam, mengobrol dan memutuskan untuk berhenti di tepi sungai yang memanjang mengelilingi kota itu.

Claire berbaring telentang di sampingnya, wanita itu menatap langit gelap dengan mata telanjang. Keith suka memandangi Claire di sana, mereka telah melakukan hal itu berkali-kali: duduk di atas rumput hijau, memandangi langit dan berbicara banyak hal seolah mereka dapat mengenal satu sama lain. Pada pagi hari Keith akan mulai bekerja di tempat kerjanya yang baru, ia menjadi sibuk sepanjang hari, sementara Claire bersekolah dan menghabiskan harinya untuk mengerjakan tugas. Mereka hanya memiliki waktu sepanjang malam untuk bertemu dan setelah satu tahun mereka menjadi semakin dekat, keduanya telah memutuskan bahwa sungai itu telah menjadi tempat pertemuan favorit mereka.

Langitnya malam telanjang, nyaris tidak ada bintang yang bertebaran di sana, dan arus sungainya cukup deras sehingga terkadang mereka perlu berteriak untuk dapat mendengar ucapan satu sama lain. Udaranya yang dingin berbau seperti besi berkarat dan pohon-pohon tinggi yang mengelilingi tempat itu terlihat seperti sebuah perangkap. Tidak ada hal menarik tentang sungai itu kecuali di sana adalah tempat paling aman bagi mereka untuk mengadakan pertemuan rahasia.

Claire selalu merasa perlu untuk bersembunyi dari Hazel. Satu hal yang ditakutinya saat itu hanyalah jika Hazel mengetahui hubungannya dengan Keith. Sementara Claire tidak yakin tentang apa yang benar-benar membuat Keith takut. Emosinya begitu tertutup dan terkadang hal itu membuat Claire penasaran.

“Karena ada begitu banyak tumbuhan di bawah sana yang berwarna merah.”

“Itu lucu. Apa kau pernah berenang di sana?”

Claire tertawa cekikikan, matanya menatap ke arah langit gelap. Keith akan menatapnya dari atas bahu. Laki-laki itu begitu mengagumi suaranya, terutama saat ia tertawa. Sembari duduk dan menekuk lututnya, Keith tersenyum ke arah Claire.

“Apanya yang lucu?”

“Siapa yang dapat bertahan cukup lama berenang di sana ketika arus itu akan menyeret mereka keluar dari Alton.”

“Itu ide menarik bukan?”

“Ya memang.”

Keith menggeser tubuhnya, meletakkan tangannya di atas lengan Claire kemudian menunduk ke arah wanita yang tengah berbaring di atas rumput itu.

“Hei, aku baru saja memikirkan ide ini,” katanya. “Bagaimana menurutmu jika kita dapat pergi dari kota ini?”

Claire mengernyitkan dahinya. “Kedengarannya menarik. Tapi apa yang akan kita lakukan setelahnya?”

Kini laki-laki itu tertawa.

“Apanya yang lucu?” lempar Claire sembari mengangkat tubuhnya. Ia menggunakan kedua siku untuk menyangga tubuhnya.

“Kenapa kau selalu mengkhawatirkan segalanya?”

“Itu wajar, kan? Aku tidak mau jadi gelandangan setelah pergi dari sini.”

“Well, kita harus mengambil risiko terburuk itu. Tapi aku memiliki rencana yang lebih baik. Pertama, aku akan menggunakan uang tabunganku untuk menyewa tempat tinggal..”

“Tunggu!” potong Claire. “Kau tidak mengatakan kemana kita akan pergi? Dan.. apa kau benar-benar punya tabungan?”

“Pertama, aku memikirkan tentang Chicago, dan ya.. aku punya. Hanya karena terkadang aku bersikap begitu buruk, bukan berarti aku pria yang tidak pandai menabung.”

THE NURTURE (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang