ASHLEY
Apa kau ingat ketika lampu di lorong menyala-nyala seperti suar yang memanggilku kepadamu? Dan kau berdiri di sana, memandangiku kosong dengan seputung rokok yang mengapit di antara jari telunjuk dan jari tengahmu. Kau mengisapnya dalam-dalam, membuatku terheran-heran tentang bagaimana asap dapat keluar dari tubuhmu. Langit di luar sana gelap, jalanannya kosong. Kau memandanginya seolah-olah sedang membayangkan dirimu berdiri di sana. Tapi aku masih bertanya-tanya apa yang kau pikirkan saat itu? Pernahkahkau memikirkanku untuk sedetik saja?
Tentu saja, kau tidak memiliki waktu untuk menyesali apa yang kau perbuat, namun bukan berarti kau pantas menerima apa yang terjadi padamu. Kau telah berhasil mengacaukan hidupmu, tapi kau tetap ibuku, dan kau pergi bahkan sebelum aku dapat mengenalmu dengan baik.
Setiap malam aku selalu mendangi kamarmu dan berpikir kau ada di sana. Terkadang aku benar-benar merasakan kau berada di sana. Barang-barang yang kau tinggalkan masih berada di tempatnya, aku tidak mengizinkan siapapun untuk memindahkannya. Kurasa itu cukup adil untukmu. Tapi tetap saja, kan, keadaan tidak akan berubah. Terkadang, aku bertanya-tanya apa yang lebih kau benci: kenyataan bahwa kau telah menghancurkan hidupmu, atau kehadiranku. Bagaimanapun, kau memilih untuk membesarkanku, membiarkanku menyaksikan kegilaan itu sejak kecil dan meninggalkanku. Tapi kau tidak pernah pergi, bukan? Mungkin kau putus asa, tapi aku tahu bunuh diri bukanlah pilihan yang akan kau ambil. Kau begitu arogan hingga kupikir aneh jika orang-orang memercayai asumsi itu begitu mudah – bahkan orang-orang terdekatmu, termasuk Claire.
Malam ini, jalanan tidak lebih kosong dari sebelumnya. Bukit-bukit gelap itu selalu mengarah ke tempat yang sama seolah-olah kota hanya berpusar di sana dan orang-orang sudah tertidur lelap disaat aku berjalan menyusuri bukit dan memikirkanmu. Setiap malam ketika aku menelan obat itu, aku akan terjaga dan berpikir seberapa dekat aku pada kesimpulan itu. Namun sejauh ini, hal itu tidak menunjukkan apapun selain memunculkan lebih banyak pertanyaan. Gagasan untuk melibatkan seseorang terdengar menggoda, tapi aku harus melakukan ini sendirian. Setelah apa yang kulewati selama tahun-tahun, kau telah memberiku keyakinan bahwa satu-satunya orang yang dapat kupercaya hanyalah diriku sendiri.
Jadi, disinilah aku berada. Berdiri di depan bangunan tua yang hampir hancur. Hamparan rumput luas mengelilingi tembok-temboknya yang menghitam, beberapa sudut bangunan itu hancur dan menyisakan sampah puing-puing di sekitarnya, dan sebuah pagar besi setinggi dua meter yang menjadi pintu masuknya telah rusak dan berkarat. Siapapun dapat keluar masuk ke tempat ini dengan mudah. Udara di sekitarnya terasa dingin ketika aku bergerak mengelilingi bangunan. Aku menyaksikan kaca-kacanya menghitam, beberapa telah pecah. Pintu kayunya yang reyot telah dimakan rayap. Sarang laba-laba mengisi sudut-sudut temboknya dan nyaris tidak ada cahaya di dalam sana. Pohon-pohon tinggi yang mengelilinginya menghalangi cahaya bulan untuk dapat masuk ke dalam. Meskipun begitu, rumah sakit itu masih berdiri dengan kokohnya di sana. Usianya ratusan tahun, dan bangunan yang tidak digunakan selama belasan tahun itu pondasinya hampir hancur.
“Semakin dekat!”
Aku mendengar bisikan itu di kepalaku. Suara itu selalu muncul dan membuatku terjaga sepanjang malam. Suara ini juga yang telah menuntunku hingga sampai disini. Pete pernah memintaku untuk mengabaikannya, namun bagaimana mungkin? Bagaimana aku dapat mengabaikan suara yang persis seperti mom?
“Disini?”
“Ya! Ya! Aku dapat merasakannya.. lebih dekat,” pintanya. “Lebih dekat!”
Rasa takut yang kulami dikalahkan oleh suara itu. Aku mendorong kakiku untuk melangkah lebih jauh. Lantainya terasa dingin ketika aku menginjak tangganya. Bahkan dengan sepatu, aku masih dapat merasakan hawa dingin itu merambat naik hingga ke punggungku dan bersarang di sana. Pintunya depannya tidak terkunci, dan ruangan gelap di dalam sana seperti mengeluarkan suara berdesing yang kasar. Tikus-tikus dan serangga berkeliaran dimana-mana, barang-barang tua yang tak terpakai memenuhi seisi tempat dan udaranya tidak hanya dingin namun juga terasa pengap.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE NURTURE (COMPLETE)
Mystery / ThrillerKolam itu gelap, airnya menghitam selama bertahun-tahun dan menurut rumor yang beredar, roh-roh mengelilinginya mereka yang membisikkan para biarawati untuk melompat dari atas tebing. Setelah sepuluh tahun meninggalkan kota kelahirannya, Claire men...