46 - | Manja |

2.8K 432 24
                                    

Ini panjang × lebar ky dosa kmu.

.









































Hari hari berjalan seperti biasanya kadang kala terbesit rasa jenuh dan lelah dibenak Irene tapi itu semua hilang saat mahluk mungilnya tertawa atau bahkan menangis seakan menyemangati dirinya. Meskipun untuk saat ini hanya itu yang bisa dilakukan sikecil.

Sejujurnya waktu tidur Irene belakangan ini sedikit terganggu, biasanya sibaby bakalan menangis karena haus atau minta bermain ditengah malam walau terkadang ada Seulgi yang membantu Irene namun tatkala juga Irene ga tega sama Seulgi karena paginya dia masih harus pergi kekampus.

Seperti saat ini Seulgi sedang berada dikampus, dirinya sudah memasuki semester terakhirnya yang berarti sebentar lagi dia bakalan sidang dan lulus.

Omong omong tentang lulus Irene jadi kepikiran tentang kehidupan selanjutnya--- Sering terlintas dipikirannya.

Kapan Seulgi bakalan mengajak dirinya buat maju ke jenjang yang lebih serius?

Atau Irene bakalan berakhir menjadi ibu satu anak tanpa pendamping?

Disaat sudah tenggelam kedalam lautan kegelisahannya Irene disadarin oleh babynya yang melayangkan pukulan pukulan kecil diwajahnya.

Kemudian Irene tersenyum melihat anaknya yang juga sedang tersenyum lebar memamerkan gusinya yang belom terisi dengan gigi.

"ᵈᵃᵈᵃᵈᵈᵃᵈᵃ"

"Kenapa baby pengen ketemu sama dadda ya?" Tanya Irene seolah olah mengetahui apa yang diucapkan anaknya.

Bayi kecil kembali meracau tidak jelas. "ᵈᵃᵈᵈᵃᵈᵈᵃ".

Irene senyum kegemasan kemudian mengelap air liur sibayi yang turun dari mulutnya karena membuat sedikit bajunya basah. "Tunggu ya bentar lagi dadda pulang ko."

Sibaby mengeratkan gigitan gusinya kemudian memekik menaik turunkan badannya menunjukan antusiasnya menunggu Seulgi kembali kerumah.

Tidak terasa saat ini babynya sudah bisa duduk dan sudah mengucapkan kata pertamanya 'Dadda' , Dan itu menjadi alasan kenapa Seulgi ingin baby memanggil dirinya dadda dibanding harus daddy papa atau yang lainnya. Karena dia berasumsi bahwa anaknya bakalan memanggil dirinya untuk pertama kali, dan ya itu menjadi kenyataan.

Rasanya menyenangkan menanti bayinya bertumbuh besar.

Mengajarkan banyak hal.

Melihatnya belajar jalan.

Mengucapkan kalimat pertamanya.

Merengek meminta susu.

dan banyak lainnya,

Irene sebelumnya ga pernah mengira bahwa jalan hidupnya bakalan seperti ini. Mempunyai anak disaat umurnya masih dibilang muda, 22 tahun terlalu muda untuk memiliki anak bukan? Bahkan Irene masih belum menggapai cita citanya menjadi seorang dokter anak. Ya tapi siapa yang tau tentang takdir seseorang? Hanya tuhan yang mengetahui dan ya hanya tuhan yang bisa mengatur takdir.

Tingg!

Irene menoleh kearah hpnya yang tergeletak disampingnya, Terlihat bubble chat dari seseorang tapi yang pasti bukan dari Seulgi karena 10 menit yang lalu Seulgi baru aja nelfon dan mengatakan bahwa dirinya bakalan pulang, jadi dapat dipastikan saat ini Seulgi sedang menyetir.

Memutuskan untuk langsung meraih HPnya dan membuka ruang chatnya.

Line

| Es Téh Manis |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang