31 - / 𝐊𝐞𝐜𝐡𝐚𝐩 \

1.7K 291 98
                                    

Hari ini dia bakalan pulang ke Jerman.

Pagi buta sekitar jam enam pagi Seulgi ga langsung menuju bandara.

Ada satu tempat yang harus dulu dia datengin.

Seulgi melangkah dengan tenang melewati setiap pintu yang tertera nomor unit disana. Sampai akhirnya dia menemukan nomor unit 283.

Ting~Nong~

Ga perlu waktu lama buat sipemilik membuka pintunya.

"kar.."

Cewe itu terlihat kebingungan. "loh bi? Bukanny-----"

Seulgi dengan cepat menarik cewe itu kedalam dekapannya,

cekrekk

Mereka bersamaan mendengar seseorang memotret tapi saat dilihat sekeliling lorong tidak ada siapa siapa selain Seulgi dan karina.

Alhasil mereka hanya mengabaikan suara itu, Seulgi kembali mengalihkan pandangannya menuju karina.

"i just want to say thank you one more time."

Karina tersenyum. Lalu menggeleng pelan.

"Aku gatau harus berbuat apalagi untuk ngebalas semuanya, tapi aku punya sesuatu buat kamu kar.." Seulgi mengeluarkan satu box sedang berwarna biru navy yang didalamnya terdapat kalung silver untuk diberikan cewe didepannya.

Karina speechless, menurutnya Seulgi sudah terlalu berlebihan."Bi ga perlu sampai segininya.."

Namun Seulgi tetaplah Seulgi.

"Kalo kamu masih ga mau nerima nggap ini sebagai hadiah pernikahan kar.."

"tapi kan belum gi.."

"karina.."

Akhirnya Karina ngehela nafasnya luluh. Nerima dengan rasa sedikit ga enak hati, Jatuhnya kaya dia nerima Seulgi bukan karna tulus tapi karna harta.

Manusia yang sedikit lebih tinggi darinya itu menatap menggunakan mata tajam namun berkilat sedunya. "Aku mau ketemu sebentar.."

membalas mengembangkan senyumnya secara perlahan lalu mengangguk, menggenggam tangan besar itu untuk mengajaknya kedalam.

Dentuman sepatu terdengar nyaring disetiap langkahnya memasuki salah satu ruangan berukuran 4×4 yang tersedia disana.

Ruangan yang baru saja malam tadi dirinya datangi menangani kekacauana yang tidak dia duga terjadi, namun sekarang ruangan itu terlihat lebih rapih dan tertata.

Kamar yang seharusnya dihiasi dengan mainan-mainan layaknya anak anak seumurannya, akan tetapi ini berbeda karna dilengkapi dengan seperangkat alat medis yang bahkan jika disandingkan dengan ruang rawat rumah sakit sudah persis sama.

Matanya memanas melihat anak penyebab kekacauan yang terjadi malam kemarin sedang berbaring lemah diranjang ditemani oleh alat yang menempel di tubuhnya, bahkan hanya untuk bernafas saja dia butuh bantuan ventilator.

Seulgi berjalan ragu menghampirinya, rasanya lutut sudah tidak kuat untuk menompa beban tubuhnya. dia bertumpu dilantai, menyentuh tangan mungil lemah bocah yang harus berjuang melawan penyakitnya.

"nak.."

"maaf daddy harus pulang sekarang.."

"janji sama daddy, kamu bakalan sembuh ya?"

Seulgi berbisik seraya tangannya yang bebas mengusap halus rambut pendek bocah itu.

Tidak ada balasan, hanya suara mesin pendeteksi detak jantung yang berdengung keras digendang telinganya.

| Es Téh Manis |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang