Pagi harinya Irene terbangun dengan pakaian yang sudah berbeda dari yang semalam dia gunakan. Padahal sebelumnya dia inget belum sempet ganti baju bahkan wajahnya masih terpoles make up.
Irene bangkit dari ranjang lalu memijat dahinya yang terasa pening, mendadak rekaman pertengkaran dengan Seulgi malam kemarin terputar dikepalanya.
Semalem dia didepan pintu kamar sikembar selama satu jam melontarkan kata maaf beribu-ribu kali tapi ga dapet respon apa apa dari Seulgi.
Air matanya kembali jatuh,
Dirinya terlalu bodoh sudah mengkhianati kepercayaan Seulgi padahal dirinya jelas jelas pernah dibohongin dan itu rasanya ga enak.
tapi dia justru melakukannya.
Irene memutuskan buat mencoba kekamar sikembar, tapi nihil disana kosong. Tas yang biasa dipake buat bawa barang-barang anaknya pun tidak terlihat.
Irene balik lagi kekamarnya, ngecek lemari bagian baju Seulgi.
Dan ya..
Sebagian baju Seulgi udah ga ada disana.
Irene mengacak-ngacak rambutnya kasar.
"ARRRGGGHHHHHHH."
Dilanjutkan mengobrak abrik segala isi dari lemarinya, dilempar ke sembarang arah sampe mengenai guci yang terpajang hingga jatuh dan pecah.
Tubuhnya ambruk, Irene baru menyesali segala yang udah terjadi.
"S-seulgi maaf.."
Irene mencoba bangkit dan mengambil hpnya untuk mengubungi Seulgi, banyak notifikasi pesan dan panggilan tidak terjawab tapi bukan dari Seulgi melakinkan Seungho.
Dia ga perduliin semua pesan orang itu Irene masih berusaha buat ngehubungin Seulgi. Tapi sayang, nomornya tidak aktif.
Dirinya tidak tau pasti apakah nomornya diblokir atau memang sengaja Seulgi matikan.
Berkali kali tidak bisa dihubungin, Irene melempar ponselnya kearah tembok sampe layarnya pecah.
Entah apa yang harus dilakukan saat ini.
Tokk Tokk tokk
"S-seulgi?"
Irene buru buru mengusap air matanya kasar, berjalan cepat menuju pintu tapi saat dibuka ternyata bukan orang yang diharapkan.
"apa nona baik baik aja?"
Irene menggeleng memaksakan senyumnya, "iya saya baik baik aja, bi apa Seulgi bilang dia mau pergi kemana?".
Sedikit ragu ragu baby sitter sikembar itu menggeleng. "Saya gatau nona, tadi pagi sekitar jam 6 nona Seulgi pergi dan cuman pesan sama saya untuk jagain nona."
"oh iya nona seulgi juga nitipin surat, katanya ada didalam laci meja sebelah ranjang."
Irene mengangguk. "kalo gitu makasih ya bi.."
"Iya nona sama sama."
Irene menutup pintunya lalu bersicepat mengecek surat yang dibilang sama sinanny. Ada satu map coklat besar dan satu kertas kecil terlihat tulisan Seulgi disana.
Perasaannya mendadak tidak enak, apalagi disaat dirinya membaca dalam hati dengan seksama isi dari surat Seulgi.
'Kalo emang kamu masih mau lanjutin semua yang udah kamu mulai, tanda tanganin surat ini. Aku rasa ini yang terbaik buat hubungan kita.'
Air matanya tanpa diminta semakin deras mengalir dipipinya.
Irene merobek semua kertas itu kasar lalu dibuang ketempat sampah.
KAMU SEDANG MEMBACA
| Es Téh Manis |
FanfictionOne glass tea with sugar and ice cube. Prequel of Es Tèh Tawar