55 - | It just |

2.5K 397 73
                                    

"Dadda tinggal dulu ya.."

"Baby disini aja."

"G-gi"

Tubuhnya berkeringat deras, bergerak gelisah berlebih keningnya yang berkerut; tanpa henti memanggil nama Seulgi.

"SEULGIII!".

"Rene heiii jangan kaya gini." Guncangan yang akhirnya membuat Irene membuka matanya perlahan, Badannya terasa sangat kaku sekaligus panas dingin. Keringat mengucur deras dari pelipisnya.

Irene mengerjapkan matanya sesekali memastikan apa yang baru saja disaksikan.

"Sayang kamu kenapa? Jangan buat aku khawatir." Seulgi menyentuh pipi Irene yang sudah terpenuhi oleh airmata sekaligus keringatnya.

"S-seulgi?" Irene terpaku melihat Seulgi didepannya yang sedang menatapnya khawatir.

"Iya sayang, kamu kenapa?".

Irene mengontrol nafasnya kemudian mendudukan dirinya yang langsung dibantu oleh Seulgi, tanpa menunggu lama lagi dirinya langsung menarik Seulgi kedalam pelukan.

"Ssshh, kamu mimpi buruk?" Seulgi mengusap punggung Irene berupaya menenangkannya.

Terasa anggukan dibahu Seulgi.

Ternyata itu semua cuman mimpi? Mengapa bisa dirinya bisa memimpikan hal seburuk itu. Dirinya tidak akan pernah siap sampai kapanpun kalau seandainya memang peristiwa itu menjadi kenyataan.

Tidak, itu semua tidak akan pernah menjadi kenyataan.

Irene mengeratkan rengkuhannya, menghirup dalam aroma tubuh natural Seulgi, Meyakinkan bahwa mimpi itu sudah berakhir.

"Aku takut gi.."

"Sayang tenang ya aku disini, mimpi itu cuma bunga tidur gausah dipikirin lagi."

"Ini tahun berapa gi?"

Pertanyaan aneh yang tiba tiba dilontarkan oleh Irene membuat Seulgi mengerutkan dahinya kebingungan, dia lupa ingatan apa gimana?

"Dua ribu lima ratus dapet tiga" Jawabnya asal.

"aku serius gi"

Seulgi menciut disaat Irene membalas dengan nada yang datar, padahal niatnya sedikit bercanda biar Irene gak terlalu terbawa sama mimpinya.

"Iya iya maaf, ini 2024 sayang.."

"Kenapa sih emangnya?"

Irene menggeleng seraya menghela nafasnya pelan.

Di ingat ingat lagi dimimpi itu semuanya terjadi tahun 2048 itu tandanya 24 tahun yang akan mendatang, berarti tidak masuk akal bukan? Atau ada sesuatu yang tersirat namun dirinya tidak menyadari? Entahlah yang pasti Irene berharap itu hanya sekedar mimpi buruk semata.

Seulgi mengusap halus rambut Irene sampai sekiranya Irene sudah lebih tenang Seulgi memberi sedikit jarak untuk menghapus peluh dan airmata Irene.

Irene menatap wajah Seulgi lekat, keadaannya berbeda jauh seperti yang dilihat terakhir kali dalam mimpinya, Irene mengira bahwa Seulgi benar benar meninggalkannya. Mimpi itu terlalu nyata.

Namun tiba tiba lamunannya terpecah karena perutnya yang terasa amat nyeri, "A-ah sakiit g-gii."

Alis Seulgi bertaut melihat Irene yang mendadak meringis, "Kamu tiduran dulu biar aku telfon dokter ya" Seulgi membantu Irene membaringkan tubuhnya kemudian bergegas mengambil hpnya yang tergeletak diatas nakas meja dan langsung menghubungi dokter Sejeong.








| Es Téh Manis |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang