Segala rasa ketakutan menghantui pikiran Irene, bayinya harus prematur melalui caesar. Jantungnya tidak bisa berdetak dengan normal, badannya tidak bisa relax sedikitpun. Rasa sakit yang sempat dia rasakan tertutup oleh ke-khawatirannya saat ini.
Sudah saatnya Irene harus dibawa keruangan operasi, melangsungkan caesar untuk kehamilan keduanya ini.
Sangat jelas terlihat dokter dan beberapa suster dengan segala alat-alat tajam yang sangat dirinya pahami apa kegunaannya.
Irene meringis keras ketika diberikan obat bius epidural menggunakan suntikan yang lumayan besar di saraf punggung bagian bawahnya. Obat bius membuat area sekitar suntikan dan setengah area tubuh, mulai dari pusar hingga ke kaki mati rasa saat persalinan.
Meski demikian, obat bius epidural ini berbeda dengan bius umum karena tidak menggunakan obat yang membuat pasien tertidur. Pada saat menggunakan bius epidural Irene akan terhalau dari rasa nyeri, namun tetap dalam keadaan sadar selama menjalani proses persalinan.
Beberapa menit obatnya sudah bereaksi lampu diruangan mulai redup, hanya diterangi lampu khas operasi tanda bahwa persalinan caesar akan dimulai.
Irene didampingi oleh Seulgi dan salah satu suster untuk menenangkannya selama berjalannya operasi.
Seulgi tanpa henti mengusap rambut Irene seraya tangannya tetap menggenggam jari jemari mungil istrinya.
"Aku takut gii..." Lirihnya kecil, Manusia bermonolid itu memandang dalam manik mata Irene yang berkaca-kaca. Air matanya tidak berhenti mengucur sejak tadi, membuat Seulgi harus sigap menghapus jejak air mata istrinya.
Dengan pelan namun bergetar Seulgi berujar.
"everything's will be fine baby, you and our baby will be safe oke?".
"im here.."
"im here with you, for you.."
Seulgi menyingkirkan segala rambut anak Irene kebelakang, mencium dahi istrinya selarut mungkin bersamaan dengan secercah air matanya yang juga ikut jatuh menetes, menyiratkan kekuatan sebanyak yang Seulgi bisa kasih.
Irene mengangguk kemudian mengeratkan genggamannya, Meskipun dirinya tidak merasakan apapun namun tetap saja perutnya saat ini sedang dibedah oleh sang dokter untuk mengeluarkan anaknya.
Ruangan yang sebelumnya dia masuki untuk mengobati seseorang kini dirinya yang harus berada dibangsal ruangan ini.
"Mama, bitte beruhige dich ein wenig."
(Bu, tolong tenang sedikit)Peringatan salah satu suster disaat merasakan perut Irene kembali menegang.
Seulgi mengusap pelipis Irene menyalurkan agar istrinya bisa lebih tenang, "Relax-in badan kamu ya sayang.."
Irene malah justru menggeleng, "Aku gabisa gi aku takut.."
"You can, i know you can do it."
"Joohyun ramaniya, aku ada disini. Aku ada disamping kamu, gaperlu ada yang ditakutin. Semua akan berjalan dengan baik oke?".
"Sekarang coba kamu tarik nafas dan buang pelan-pelan."
Akhirnya Irene mengikuti segala ucapan Seulgi sekaligus dokternya untuk lebih melemaskan tubuhnya.
Tidak seperti persalinan normal yang butuh waktu berjam-jam, justru sebaliknya metode caesar hanya butuh beberapa puluh menit untuk mengeluarkan bayinya.
Sekitar 45 menit lamanya Irene harus merasakan ketakutan terbesar dalam hidupnya, dirinya disambut oleh tangisan bayi yang sangat melengking berdering di daun telinganya. Namun Irene dibuat bingung, dirinya mendengar tambahan tangisan bayi berselang tiga menit.
KAMU SEDANG MEMBACA
| Es Téh Manis |
Fiksi PenggemarOne glass tea with sugar and ice cube. Prequel of Es Tèh Tawar