tidur Seulgi harus terganggu karena suara tangisan seseorang yang pastinya dia gatau siapa, tangisannya terdengar sesegukan.
Dan itu sangat amat meresahkan.
Terpaksa Seulgi membuka matanya padahal dirinya masih ngantuk bukan main, manusia yang hanya berbalut sportbra dengan celana pendek sebatas paha itu terbangun lalu mengucek matanya sebelum melihat jam dinding bulat yang tersemat ditembok putihnya.
08.00
"Kuntilanak nangis jam segini? yang bener aja." Seulgi bermonolog sendiri bersama suaranya yang masih serak parau.
Disebelahnya udah ga ada istrinya, dan dapat dipastikan ini bukan suara anaknya. Suara tangisan anaknya lebih lembut dari pada yang sekarang dia denger, dan seandainya ini anaknya pun seharusnya Irene dengan cepat bisa nanganin.
Seulgi menyibakan selimut putih yang menutupi seluruh tubuhnya, mendudukan dirinya dipinggir ranjang untuk beberapa menit memerhatikan dengan linglung cahaya matahari yang sudah memasuki jendela kamarnya.
Dia menggaruk lehernya yang terasa gatal sebelum dia juga memakai sandal rumahnya untuk beranjak dari sana.
"yangg.."
"irenee.."
Seulgi melangkahkan kakinya dengan santai mencari keberadaan istrinya sesekali meregangkan tubuh proposionalnya.
"Ireneee, kamu nangis?".
mengintip kamar anaknya yang hanya diterangi sinar matahati tetapi disana juga ga ada satu orangpun termasuk anaknya. yang bikin bingung suara tangisannya semakin jelas memasuki gendang telinganya. Dan kemungkinan itu berasal dari ruang tengah.
akhirnya Seulgi langsung menuju sumber suara.
Bener aja Seulgi melihat punggung istrinya disana tapi Irene kayanya ga lagi nangis melainkan sedang bercengkrama entah dengan siapa.
"udah jen jangan nangis lagi, lo sih lagian kemarin gue bilang jangan sok sok an jual mahal. Sekarang nyesel kan dia nikah."
"malu noh diketawain sama anak gue."
Jennie masih tetep melanjutkan acara tangisannya ga memperdulikan perkataan Irene yang bukan justru menenangkan malah bikin makin down.
Seulgi semakin mendekati mereka dengan rambut yang udah diiket sama dia menampilkan beberapa tanda merah keunguan di leher mulusnya.
"yangg, aku haus buatin susu dongg.."
Irene dan Jennie bersamaan menoleh saat mendengar suara yang tidak asing, Namun Irene justru membelalakan matanya sempurna tidak terkecuali Jennie ketika melihat Seulgi dengan tidak perdulinya memamerkan 80% tubuh telanjangnya.
Irene bersicepat menutupi mata Jennie menggunakan kedua tangannya. "SEULGI PAKE BAJU KAMU SEKARANG JUGA!" Pekiknya Kesal.
Seulgi jadi ikutan kaget lah karena disambut sama teriakan istrinya melengking yang merusak estetika pendengarannya, saat diliat kebawah dia baru sadar kalo masih belum pake baju.
Ternyata disana juga ada pelaku yang mengganggu tidur hikmatnya.
Manusia bermonolid itu beringsut sebisa mungkin menutupi tubuh atletiknya yang terkspos sambil cengar cengir tak berdosa didepan istrinya yang terlihat sewot. "maap maap aku lupa hehe."
"Yaudah ngapin masih disini?!".
Sebelum istrinya makin ngamuk Seulgi buru buru berlari kembali kekamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
| Es Téh Manis |
FanfictieOne glass tea with sugar and ice cube. Prequel of Es Tèh Tawar