Sesampainya dinegara yang mereka tuju Irene justru dibuat kebingungan, Kok bandaranya berbeda dari sebelumnya. Padahal dia ke jerman itu baru satu tahun lebih beberapa bulan yang lalu, masa iya renovasi secepet itu? apalagi ini sebagian besarnya berubah.
Seulgi paham sama raut wajah yang diberikan sama Irene senyuman jahil merekah menghiasi bibirnya. Tapi dia dengan santainya hanya berjalan seraya mendorong troli yang berisi semua barang-barang mereka tidak memperdulikan istrinya yang masih kebingungan.
Setelah sampai didepan Irene menganalisis setiap sudut perkarangan bandara dan baru dia menyadari its definitely different. "Gi ini bukan bandara kaya biasanya ya?".
"Masa sih?" Tanya Seulgi pura pura tidak sadar sembari terus mencari taksi yang bisa mereka tumpangin.
"Ihh Seulgi aku serius.." Katanya sedikit jengkel.
"Iya sayangg kenapaa??".
"We're not in jerman right?"
Seulgi menyeringai jahil kemudian berpura pura berfikir sebelum menjawab dugaan Irene, "hmmm, maybe yaas.."
Irene tertegun, se-gak memperhatikannya itukah dia sampe dirinya ga sadar kalo destinasi yang dituju bukan negara hitler melainkan negara yang sama sekali dirinya gak tau.
Seulgi tertawa gemas, mengusak rambut istrinya lembut. "Gausah kaget gitu, makin cantik nanti aku makin cinta lagi."
"Berarti kita dimana?".
"Emang kamu gak liat ditiketnya?".
"Tiket sama paspor kan dikamu semua gi."
Seulgi berfikir sejenak sebelum tertawa receh sendiri, "Oh iya hehehe."
Bener juga si Irene, semua masalah penerbangan kan dirinya yang ngurus. Irene sama sekali ga mengetahui apa-apa.
Baru aja Seulgi mau jelasin taksi yang mereka butuhin udah keburu dateng duluan akhirnya diurungin dulu deh.
Supirnya keluar ngebantu Seulgi untuk masukin barang-barangnya kedalam bagasi setelah itu baru mereka berdua masuk kedalam mobilnya.
"Where are we going nona?".
Seulgi mengulurkan hpnya yang menunjukan google maps menuju hotel.
"Oow i know this..."
Seulgi merespon dengan senyuman kemudian mengangguk, Selanjutnya mobilnya melaju sesuai intruksi Seulgi.
"Jadi?" Tanya Irene masih penasaran.
Seulgi mengembangkan senyumnya baru menjelaskan, "Aku emang sengaja ngga langsung ke jerman, Aku mau kita liburan dulu diswitzerland selama beberapa hari. Pokoknya disini aku bakalan turutin semua keinginan kamu."
Terlihat Irene menahan senyumnya yang akan merekah, "Seriously?".
Seulgi mengangguk excited; Irene bergerak mendekat kearah Seulgi untuk memeluk tubuhnya.
Demi tuhan, Irene sama sekali ga mengira kalo Seulgi menyiapkan semua ini hanya demi dirinya.
"Makasih gi.."
"Iya sayang sama-sama tapi kamu harus janji sama aku.."
Irene mendengahkan kepalanya menatap Seulgi dari bawah, "Apa?".
"Janji sama aku kalo kita disini buat happy happy and no more sadness okay?".
Perlahan senyuman Irene terulas dibibirnya, memikat Seulgi untuk mengecupnya sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
| Es Téh Manis |
FanfictionOne glass tea with sugar and ice cube. Prequel of Es Tèh Tawar