hari Seulgi terbangun sekitar jam delapan pagi tapi disebelahnya udah kosong, alat infusannya juga udah kelepas.
Seulgi mengucek mata monolidnya, berusaha bangkit dari ranjang mendudukan dirinya, dia ga bisa langsung berdiri. Seulgi punya darah rendah, nanti kalo dipaksain langsung berdiri kepala berkunang kunang, gelap, pusing, bisa bisa ambruk.
"Rene??".
Beberapa menit Seulgi mengumpulkan nyawanya hingga kembali sepenuhnya, dirinya beranjak dari ranjang mencari istrinya.
Suaranya yang masih kering serak berkali-kali memanggil nama istrinya tapi ga ada jawaban.
"Irenee.."
Saat dia keluar kamar ngeliat pintu kamar anaknya yang sedikit terbuka.
suara pintu sedikit berdecit, terlihat Irene sedang telaten memakaikan sikembar popok sekaligus asyik ngobrol ngobrol kecil.
Seulgi bersandar diambang pintu, dia hanya memerhatikan istrinya yang sedang fokus dengan anaknya.
Seulgi tersenyum natural, pemandangan yang udah lumayan lama ga pernah dilihat, tapi pagi ini dirinya kembali melihat.
Secara samar Seulgi mendengar percakapan Irene dan sikembar.
"Gimana kemarin jalan-jalan sama daddanya?"
"Seru gak?"
"ᵇᵘᵘᵇᵘᵘᵇᵘ"
chaeyeon dan chaeryeong bergantian berseru seakan merespon pertanyaan mamanya. Mereka juga sama sama anteng kalo dipegang sama Irene, coba kalo Seulgi gatau deh tuh kamar udah berasa kebun binatang saling teriak teriakan. Ga cuman anaknya doang daddanya juga ikutan teriak sangking frustasinya.
"Seru banget iya?".
"Nanti kalo mau jalan-jalan lagi bilang mama ya? Jangan tinggalin mama, kan mama juga pengen jalan jalan bareng."
Seulgi terkekeh kecil mendengar keluhan istrinya, dirimya mendekati Irene yang sudah hampir selesai memakaikan baju sikembar.
"mama irin mau ikut jalan-jalan?" Sambar Seulgi tiba tiba, memberikan backhug hangat sebelum mengecup pipinya ringan.
"Loh sejak kapan dadda ugi ada disini?" Tanya Irene sedikit kaget saat mendadak ada yang mendekapnya dari belakang.
"dari awal kamu curhat sama sikembar."
"Kalo gitu aku juga curhat sama kamu dong.."
"Ya gapapa, kan jadinya aku tau apa yang kamu pengen."
Irene tertawa kecil meresponnya.
Seulgi menyentuh tangan Irene yang dibagian bekas diinfus. "Udah enakan badannya?"
Irene mengangguk seraya memandang mata monolid milik Seulgi yang terlihat khawatir.
"ini ko tangan kamu jadi bengkak? ga sakit emangnya?"
"gapapa sayang, ini karena kemarin pasang infusnya agak susah. Jadi ini efek sampingnya."
Seulgi mengelus punggung tangan istrinya halus. "Beneran ga sakit?".
Irene mengangguk tanpa ragu. "Iyaa."
"ᵃᵃʳʳʳʳʷᵃʳʷ"
"Tuh kan kata chaeryeong aja gapapa, daddanya aja yang lebay ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
| Es Téh Manis |
FanfictionOne glass tea with sugar and ice cube. Prequel of Es Tèh Tawar