Irene sedang menyandarkan dirinya didada Seulgi sembari sebelah tangannya memeluk pinggangnya dan satu lagi mengalungkan di pundak Seulgi.
Semenjak tadi tidak ada satupun yang membuka obrolan, hanya suara TV pertandingan basket yang menghiasi setiap sudut ruangan. Dan itu alasan yang akurat kenapa Seulgi sama sekali tidak mengajak ngobrol Irene, Hanya beberapa kali berteriak disaat club favoritnya gagal men-shoot pantulan basketnya ke ring lawan.
kerap kali Irene menghirup dan menciumi leher Seulgi tapi dia sama sekali tidak menghiraukan kegiatan Irene.
Irene menurunkan tangannya dan mulai menelusupkan jari jemarinya kedalam baju Seulgi, Mengusap perut kencang yang dimiliki suaminya.
Seulgi masih bergeming karena sudah tau kebiasaan Irene kalo bosen ya pasti mengelus perut favoritnya.
"Seulgi.."
"Hmm?"
Tanpa tangannya berhenti bermain didalam baju Seulgi Irene mendengahkan pandangannya menatap Seulgi. "Kamu merasa Wonyoung jadi lebih pendiem belakangan ini gak?".
Mendengar nama Wonyoung Seulgi ikut balik memandang Irene, "Iya--- Aku juga merasa aneh sama Wonyoung".
Mengingat sekarang anaknya udah ngga pernah datang lagi kekamarnya malam malam, meminta Seulgi untuk mengeluskan punggungnya dan pagi hari pun sama, bahkan kemarin Seulgi melihat Wonyoung membuat susunya sendiri sampai bubuknya bersebaran kemana mana.
Irene membuang nafasnya lemah, Ternyata gak cuman dirinya aja yang berfikiran seperti itu.
"Apa Wonyoung cemburu karena aku hamil?" Tanya Irene mencari kemungkinan yang terjadi sama anak sulungnya. Ditambah lagi ingatannya saat pertama kali Wonyoung mendengar bahwa dirinya lagi mengandung bayi dan dia langsung berlari kedalam kamar tanpa memberikan ekspresi apapun. Tapi Irene ngga berfikir sampe kemana mana.
Seulgi justru terkekeh ringan, "Kayanya ga mungkin deh yang, Soalnya kemarin aku sempet nanya sama dia kado apa yang mau dia minta. Dan kamu tau dia jawabnya apa?".
Irene menggeleng.
"Dia pengen adik".
Raut wajah Irene masih sama datar tidak menunjukan gairah apapun karena dirinya masih dibuat khawatir sama Wonyoung, Irene mengeluarkan tangannya dan membenarkan posisi duduknya.
"aku takut gi.."
Seulgi lantas membawa Irene kedalam pelukan hangatnya mengelus punggung Irene dan memberikan kecupan kecil di pucuk kepala Irene, Kejadian yang baru aja mereka hadapin sedikit membuat Irene selalu memikirkan hal yang tidak tidak, Seulgi paham itu.
"Jangan khawatir ya-- Bentar lagi kan kita pindah ke jerman aku pastiin kalo dia ga bakalan dateng lagi jadi parasit dikeluarga kecil kita".
Irene semakin mengeratkan rengkuhannya dan terasa kalo baju Seulgi menjadi sedikit basah.
"Mau ajak baby tidur disini ga?".
Irene mengangguk cepat didalam dekapan Seulgi.
"Yaudah aku coba samperin baby dulu ya" Seulgi melepaskan pelukannya dan bergegas melangkahkan kakinya menuju kamar Wonyoung yang persis ada didepan kamar mereka.
Tokk tokk tokk
"Babyy dadda masuk ya?" Seulgi berucap dengan pelan sebelum membuka pintunya.
Cleckk
Terlihat Wonyoung yang sedang duduk dibawah karpet bermain rumah rumahan bersama mr bear and friends.
Seulgi beranjak mendekati Wonyoung yang tidak menghiraukan kedatangan daddanya dan tampak sebuah buku tergeletak disebelahnya.
Seulgi mengerti sama semua maksud yang dilakuin Wonyoung saat ini, jam segini biasanya bayi kecilnya itu sudah meminta Seulgi untuk membacakan dongeng rutin malamnya, Tapi sekarang tidak. Tandanya Wonyoung sedang menyembunyikan sesuatu, bermain dan menggambar hal abstrak adalah pelampiasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
| Es Téh Manis |
FanfictionOne glass tea with sugar and ice cube. Prequel of Es Tèh Tawar