Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma sholli'ala Sayyidina Muhammad wa'ala ali Sayyidina Muhammad.
Selamat membaca🤗
°°°
Ketika hati tengah tak baik, maka yang dibutuhkan adalah menghibur diri, atau ... menyibukkan diri dengan hal-hal lain yang tidak bersangkutan dengan hal-hal yang membuatmu sedih.
Sejak bangun tidur, Faricha dan Firda sudah melakukan pekerjaan rumah. Namun, begitu matahari mulai beranjak naik, ia dan sang kakak pergi untuk melakukan joging sampai ke taman perumahan-yang merupakan rencana Farikhin.
Entah ada alasan apa, tumben sekali kakaknya itu membawanya joging-setelah sekian lama mereka tidak melakukan itu karena kesibukan Farikhin yang dikit-dikit bikin video, pergi ke SD untuk melakukan simulasi pembelajaran.
"Capek?" tanya Farikhin saat melihat sang adik yang kini tak lagi berlari.
Faricha mengangguk sambil menetralkan napasnya. "Haus akutuh, Bang."
"Ayo lah, kita beli minum."
Mereka berjalan hingga beberapa meter, dan berhenti di depan sebuah tenda yang menjual banyak minuman berkemasan. Farikhin membeli satu untuk dirinya dan Faricha-agar lebih hemat dan sekali minum, jadi tidak perlu berlari sambil memegang botol.
Mereka kembali berlari, dan berhenti di taman. Faricha meluruskan kakinya, sementara Farikhin berjalan menuju ke arah gerobak yang menjual siomay.
Gadis itu sibuk menengok kanan-kiri, dan berkutat dengan pikirannya, bahwa taman ini ternyata ramai pada hari libur, ada banyak orang yang joging, atau sekedar untuk mencari jajanan murah, namun bisa mendapatkan porsi banyak.
"Nih."
Setelah beberapa menit, laki-laki itu mengangsurkan setengah plastik siomay ke pada sang adik. Faricha menekuk kakinya, lalu menerima uluran siomay itu dari tangan Farikhin.
"Abang beli berapa?" tanya Faricha seraya melihat porsi siomay yang ada di dalam plastik yang diikat menggelembung itu.
Laki-laki itu duduk di samping Faricha, namun dengan kaki yang diluruskan. "Lima ribu. Kenapa? Kurang?"
Faricha menatap isi siomay tersebut. Ada pentol, kol, seperempat telur, kentang, mie berbentuk bulat, dan tentunya ada sambal kacang.
"Sambalnya sedikit, ya?" tanya laki-laki itu.
Faricha menoleh, lalu menggeleng.
"Ya sudah, makan, terus kita pulang."
Faricha mengangguk, lalu menggigit salah satu ujung plastik dan memakan isinya-tentunya setelah ia membaca basmalah.
°°°
"Ah, lo nggak percayaan sama gue."
Dhani menggerutu, ia tidak mau kalah dengan teman-temannya yang membincangkan sesuatu yang penting yang akan terjadi besok.
Dhani merasa kalau rencana yang ia susun adalah yang terbaik diantara rencana yang diusulkan teman-temannya. Ia cukup menjebak objek, mengerjainya, dan berakhir dengan kejutan dan permintaan maafnya. Laki-laki itu juga akan memberikan keterangan pada banyak orang lewat sosial media, beres.
Namun, Resti malah tidak setuju dengan argumennya, menganggap itu kelewatan dan ... bisa saja Faricha phobia dengan salah satu hal yang ada di rencana Dhani.

KAMU SEDANG MEMBACA
Faricha
Novela Juvenil(Tamat) Belum revisi Faricha Lutfia Izza, seorang gadis yang cuek. Semua yang membencinya berbalik menjadi temannya setelah mereka menyakitinya. Semua orang yang abai padanya, menjadi temannya setelah ia berubah menjadi lebih baik. Dia, Faricha...