Goyah?

66 9 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma sholli'ala Sayyidina Muhammad wa'ala ali Sayyidina Muhammad.

Selamat membaca🤗

°°°

Awan di langit terlihat abu-abu semakin lama semakin pekat. Angin bertiup semakin kencang, menerbangkan dedaunan layu hingga terputus dari rantingnya, berhembus ke arah selatan dengan hawa sejuk menyertai.

Bel sekolah baru saja berbunyi. Semua kelas memuntahkan puluhan siswa, tujuan mereka kalau tidak ke kantin, ya ke perpustakaan-mengerjakan tugas atau sekedar numpang wifi gratis yang memiliki kecepatan tinggi.

Sementara itu, delapan lremaja mendudukkan diri di meja yang berada di tengah-tengah, karena meja itulah yang masih kosong, sementara satu personil lagi sedang terdampar di meja pojok bersama beberapa adik kelas.

"Romi malah kegirangan banget kayaknya," ujar Olan melirik ke arah Romi yang duduk di antara gadis kelas 10 yang kebetulan berwajah di atas standar.

Namun, saat Olan melihat sekali lagi, Romi juga melihatnya dengan wajah dibuat sok melas, membuat Olan bergidik jijik.

"Nggak papa, kalo di sana, dia malah bisa jadi, ngebayarin makanan adkel," sahut Silva santai.

Ia masih dongkol dengan Romi, dan malas melihat wajah laki-laki itu karena sampai saat ini, pantatnya masih terasa sedikit nyut-nyutan.

"Nanti kalau sebelum masuk, sudah hujan, gimana?" tanya Faricha. Lampu di luar kantin tidak dinyalakan, sehingga membuat suasana terlihat gelap.

"Kita di sini aja," sahut Silva santai, lalu mengambil tela-tela yang terletak di tengah-tengah, dan memakannya tanpa Menggigitnya terlebih dahulu.

"Kalo ngajarin yang bagus," nasihat Ghoni lembut.

Silva menyengir. Ia juga tau, kalau ia benar-benar melakukan ini, bisa-bisa dirinya kena alpha, dan itu akan memengaruhi nilainya pada mata pelajaran tersebut.

Dhani melihat ke arah Romi, dia tidak melihatnya. Ia menggelengkan kepala menyaksikan wajah kegirangan Romi saat berceloteh dengan para adik kelas tersebut.

"Romi bahagia banget," gumam Dhani.

Sontak yang lain pun melihat ke arah Romi. Romi juga melihat ke arah mereka, lalu kembali memasang wajah sok melas minta dikasihani. Silva melotot ke arah laki-laki itu, membuat Romi meringis pelan.

Faricha kembali menghadap ke depan. "Dhan, di sana yang rambutnya dikuncir itu Salsya, 'kan?"

Mendengar Faricha menyebut namanya, Dhani pun menoleh ke arah Faricha. Ia merasa salah tingkah kala Faricha melihat ke arahnya.

"Iya," balas Dhani.

"Baru ngeh aku."

"Makanan dateng, guys!"

Zukfikar meletakkan beberapa mangkok berisi bakso ke atas meja, sementara yang lain menggesernya agar semuanya dapat. Penjual bakso itu datang setelahnya, mengantarkan bakso yang belum terbawa oleh Zulfikar, serta beberapa gelas minuman, seperti teh manis dan es teh.

"Makasih banyak, Pak."

Pria paruh baya itu mengangguk. Zulfikar memberikan nampan yang ia bawa kepada penjual bakso tersebut, pria itu pun pamit undur diri meninggalkan para remaja itu.

FarichaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang