Back?

43 9 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma sholli'ala Sayyidina Muhammad wa'ala ali Sayyidina Muhammad.

Selamat membaca🤗

°°°

Gadis itu sudah terduduk begitu lama di kursi belajar yang berada di kamarnya. Ia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, hingga suara pintu yang terbuka tidak dapat mengalihkan atensinya. Laki-laki yang baru saja membuka pintu itu tersenyum, lalu melangkah mendekati Faricha.

"Dek?"

Faricha menoleh. Ia bangkit dan menubrukkan tubuhnya kepada sang kakak, lalu memeluk pinggang laki-laki itu erat.

"Mbah sudah dimakamkan," ujar laki-laki itu. Tangannya bergerak mengelus punggung sang adik naik-turun. Dapat ia rasakan tubuh adiknya yang bergetar karena menempel pada tubuhnya.

"Jangan terlalu larut dalam kesedihan." Gadis itu masih menangis, tetapi tetap mendengarkan. "Kamu menangis sampai besok, juga tidak akan membuat Mbah Putri hidup lagi," lanjut Farikhin.

"Kata Bunda, Mbah meninggal dengan baik-baik. Harusnya kamu senang, karena Mbah pasti akan bisa sampai ke langit untuk bertemu Allah." Tidak lagi ada getaran.

"He'em."

Mereka melerai pelukan. Faricha menatap wajah sang kakak yang baik-baik saja, kecuali mata laki-laki itu yang masih sedikit merah.

"Kamu ... kemarin ketemu Dhani?"

"Em?"

Wajah gadis itu terlihat terkejut mendengar ucapan sang kakak. Dalam hati, ia bertanya-tanya dari mana kakaknya ini tau.

"Dhani cerita sama Abang." Gadis itu menatap Farikhin penuh. "Dia juga bilang, dia sangat senang, akhirnya bisa bertemu kamu setelah sekian lama. Dia juga bilang, dia ingin mempertemukan kamu dengan teman-temanmu yang lain, tetapi kamu tiba-tiba lari."

Farikhin terkekeh melihat raut sang adik.

"Harusnya aku bilang sesuatu sebelum pergi," lirih Faricha.

"Mungkin Allah belum menghendaki kalian bertemu." Faricha mengangguk saja. Ia juga tau, apa yang ada di dunia ini terjadi atas izin-Nya. Tidak harus ia menyesali sesuatu yang telah terjadi yang tidak sesuai dengan keinginann.

"Ayo ke luar. Masih banyak orang takziyah, masa tuan rumah mendekam di kamar?"

Laki-laki mengulurkan tangannya memperbaiki kerudung Faricha yang sedikit berantakan, lalu menarik tangan gadis itu ke luar dari kamar. Mereka mendudukkan diri di tempat yang kosong.

Faricha tidak tau harus apa. Para orang takziyah adalah orang-orang tua, yang merupakan teman ibunya dan kerabat neneknya. Ia hanya duduk seraya menatap orang-orang dewasa itu mengobrol dengan orangtuanya.

"Mbak, bantuin aku ambil syarat, yuk!" Suara Nana mengintrupsinya. Ia menoleh ke arah gadis satu tahun di atasnya itu, lalu berjalan mengikutinya ke belakang. Ada banyak besek plastik berisi makanan yang sudah dibungkus keresek hitam.

"Kata Bude, ini semua harus dibagikan ke tetangga."

Nana mengambil dua keranjang, memberikan salah satu pada Faricha. Kedua gadis itu mengambil syarat itu dan memasukkannya ke keranjang hingga penuh. Setelah itu, mereka ke luar dan membagikannya pada tetangga—satu keresek per rumah.

FarichaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang