Hari Terakhir

120 12 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma sholli'ala sayyidina muhammad wa'ala ali sayyidina muhammad.

Selamat membaca😊

°°°

Faricha pulang dengan berjalan tergesa-gesa, ia takut bila semua orang mencarinya karena ia belum sampai rumah Mbah Putri ataupun Nana ketika sudah terdengar adzan dhuhur.

Ketika sampai rumah Nana, dirinya terkejut ketika melihat gadis itu sudah berdiri di ambang pintu dengan mukena dan sajadah yang berada dipelukannya.

"Mbak, dari mana saja? Mbak kan tadi pulang duluan," ucap Nana heran.

Faricha bergerak gelisah. Duh ... aku mau jawab apa?

"Ehm ehm itu." Faricha memikirkan alasan yang tepat. Ia menggesekkan ujung sepatunya pada plester dengan pelan.

Nana masih menunggu jawaban dari sepupunya.

"Loh, Mbak. Kok belum jalan? Keburu iqamah lho," ucap Fauzan yang melihat putrinya.

"Iya, Pak."

"Faricha, sana ambil mukenanya, nanti keburu iqamah," ucap pria itu, lalu pamit duluan untuk ke masjid.

Faricha masuk ke dalam rumah untuk mengambil mukenanya, lalu bergegas mengikuti Nana yang sudah jalan duluan.

°°°

Hari ke-6 di Semarang

Malam ini, akan diadakan acara barbeque-an di halaman samping rumah Mbah Putri yang menjadi jalan terdekat menuju rumah Nana. Kedua wanita itu sedang memotong-motong daging, sementara para lelaki menyiapkan panggangannya. Sedangkan untuk kedua gadis itu sangat mudah, cukup mengasuh Tirta, adik Nana agar tidak menangis dan ingin ikut ibunya.

"Sini-sini, sama Mbak," ucap Faricha. Bocah lelaki itu langsung merentangkan tangannya, Faricha langsung membawa Tirda dalam pangkuannya.

"Tirta umurnya berapa sih?" tanya Faricha seraya mengelus pipi kanan bocah itu. Ia tertawa mendengar Tirta berceloteh ria yang tak ia tau maknanya.

"Ya ... sekitar delapan bulan lah," sahut Nana, lalu ikut menirukan ucapan abstrak yang keluar dari bibir mungil itu.

"Pipinya mirip punya Mbak Faricha ya," canda Nana seraya mengelus pipi tembam adiknya.

Faricha menggembungkan pipinya yang agak chubby, membuat Nana tersenyum.

"Nah ... sama banget kalau begini," canda gadis itu lagi seraya menyentuh kedua pipi Faricha bergantian.

"Apasih?" ucap Faricha kesal, lalu menepis tangan nakal Nana dengan tangan kirinya. Nana tertawa, membuat bocah kecil itu ikut tertawa.

"Mbak Falica lucu ya, Dek." Nana kembali tertawa. Faricha bangkit dari duduknya seraya menggendong balita tersebut. Ia berjalan mendekat ke arah Farikhin.

"Bang," panggil Faricha.

Yang dipanggil pun membalikkan badan, ia langsung berjongkok menyamakan wajahnya dengan wajah anak laki-laki yang berada di gendongan adiknya.

"Hai, Tirta. Tirta lagi apa sih?" Lalu tangan Farikhin yang bersih menyentuh pipi kanan Tirta.

"Ini bakpaunya nempel di sini, Abang gigit ya." Farikhin mendekatkan wajahnya ke arah pipi tembam milik Tirta, lalu menciumnya beberapa kali. Bocah itu tertawa geli, membuat Faricha ikut terkekeh.

FarichaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang