Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma sholli'ala sayyidina muhammad wa'ala ali sayyidina muhammad.
Selamat membaca
°°°
Faricha mencebikkan bibirnya ketika membaca chat dari Dhani. Ia tak terima bila dibilang blushing meskipun kenyataannya begitu, hanya saja ia yakin bahwa wajahnya yang merah karena ia baru saja terkena air hujan.
Gadis itu berdecih, tak ada sedikitpun niat untuk membalasnya, ia lebih memilih melemparkan ponsel pintarnya ke kasur, sementara dirinya melenggang bersama buku paket Sejarah Peminatan dan Fisikanya.
Gadis itu menyimpan buku-bukunya ke meja, lalu berjalan menuju dapur untuk mengambil air putih sebagai teman belajar.
"Abang lagi apa?" tanya Faricha ketika melihat sang kakak membuka lemari dapur.
"Mau cari kotak makan," jawab lelaki itu tanpa menoleh ke arah adiknya.
Faricha menurunkan tuas kecil dispenser agar air dari galon keluar, tangan kirinya memegang gelas sebagai alat penampungnya. Setelah itu, ia menarik salah satu kursi terdekat, lalu meminumnya--setelah mengucapkan basmalah--hingga tandas.
"Yang biasa nyimpan barang begituan siapa sih, Dek?" tanya Farikhin seraya mendudukkan diri di kursi depan Faricha.
"Barang apa?" tanya Faricha bingung.
"Kotak makan." Faricha mengangguk, lalu berjalan ke arah dapur. Tangannya membuka salah satu lemari paling ujung, lalu meraih satu kotak makan berwarna biru berbentuk Doraemon.
"Ini," ucap Faricha seraya menyodorkan kotak makan berwarna biru berbentuk kartun Doraemon.
"Masa Abang dikasih yang seperti itu?" Faricha menautkan salah satu alisnya. "Jadi, tidak mau?"
"Apa cuma ada itu kotak makannya?" tanya Farikhin balik.
"Abang cari saja sendiri ya, di lemari yang aku buka itu. Jangan lupa kotak makan yang ini kembalikan," ucap Faricha seraya menepuk bahu kakaknya dua kali. Setelah itu, ia kembali menuangkan air minum dalam gelas bekasnya tadi, membawanya ke ruang tengah.
Gadis itu kembali membuka bukunya, mencoba menekuni dengan mengerjakan kembali soal-soal yang diberikan gurunya. Namun, semua konsentrasinya buyar ketika melihat salah satu coretan di buku catatannya.
Hei:')
Walaupun hanya satu kata, membuat pikiran gadis itu buyar.
"Lagi belajar?" tanya Farikhin seraya mendudukkan diri di sofa single, dengan kopi instan di tangannya.
Indra penciuman gadis itu lebih dulu menemukan aroma wanginya kopi sebelum indra penglihatannya mendapati kakaknya.
Faricha melangkah mendekat ke arah kakaknya. "Mau dong," ucap gadis itu sedikit manja.
Laki-laki itu langsung menjauhkan cangkir keramiknya dari jangkauan adiknya. "Tidak boleh ya, anak kecil dilarang ngopi."
Faricha mencebikkan bibirnya seraya melihat ke arah sang Kakak, namun yang ditatap malah bersikap bodoamat, enggan bersimpati terhadap ekspresi adiknya yang sangat menginginkan minuman yang ia bawa.
![](https://img.wattpad.com/cover/189364115-288-k277468.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Faricha
Fiksi Remaja(Tamat) Belum revisi Faricha Lutfia Izza, seorang gadis yang cuek. Semua yang membencinya berbalik menjadi temannya setelah mereka menyakitinya. Semua orang yang abai padanya, menjadi temannya setelah ia berubah menjadi lebih baik. Dia, Faricha...