Move On

62 12 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma sholli'ala sayyidina muhammad wa'ala ali sayyidina muhammad.

📣Caution: cerita ini mengandung kegajean yang membuat kalian bosan. Oh ya, aku bukan anak basket, tapi cuma sering nonton di tivi, kalo aneh dan feelnya gak dapet, maafkeun ya.

Selamat membaca😊

°°°

Nyatanya berbalik membaik setelah terjadi konflik itu tidak semudah yang dibayangkan, di antara orang yang berkonflik pasti masih menyimpan perasaan tidak mengenakkan, canggung contohnya.

Hari ini, tepat setelah pulang sekolah, Faricha kembali belajar bermain basket, tidak hanya mereka berdua, namun ada Deva, Indana, Faris dan Olan. Mereka berenam berada di lapangan basket yang berada di dekat rumah Deva, alasannya karena sore ini lapangan di sekolah digunakan oleh anak paskibra.

Faris melihat ke arah Faricha, sengaja untuk meledek gadis itu. Itu karena kemarin Faricha yang ngambek kepadanya hanya karena gadis itu gagal memasukkan bola dalam ring karena ulahnya.

Sementara Dhani memilih bermain bersama Olan. Meskipun dirinya yang mengajak Faricha duluan, namun dirinya juga masih belum siap untuk banyak berinteraksi dengan gadis itu, apalagi ucapan 'iya' yang Faricha ucapkan kemarin hanya berlaku di lisan, tidak pada perbuatan. Di antara mereka berdua seolah ada dinding pembatas yang tak kasat mata, dan itu membuat Dhani merasa tidak senang, sementara Faricha bersikap anteng-anteng saja.

Dalam pikiran laki-laki itu belum tersusun bagaimana cara untuk mengembalikan keadaan seperti sebelumnya, dimana dirinya yang bisa mengejek dan berlaku seenak dirinya kepada Faricha, sementara Faricha yang terkadang melawan dan terkadang menurut.

Olan berusaha merebut bola dari tangan Dhani. Namun, lagi-lagi Dhani mampu melewatinya dengan mudah. Olan tidak pantang menyerah, ia tersenyum ke arah Dhani, membuat Dhani bergidik ngeri.

"Dhan, lo suka ya, sama Faricha," bisik Olan, membuat Dhani terdiam beberapa detik.

Olan tersenyum puas, pada detik itu pula, ia merebut bola dari tangan Dhani dan berlari ke arah ring, lalu melemparnya ke ring. Ia berdecak kesal ketika Dhani bergerak cepat menghalau bola masuk ke dalam ring, lalu tersenyum menantang ke arah Olan.

Olan menyunggingkan senyumnya. "Jadi ... bener ya, kata Romi?" bisik Olan.

"Enggak!" sahut Dhani sedikit kesal, namun itu melebarkan senyum Olan.

"Kalo lo kesel, berarti iya."

Dhani mendrible bolanya, sementara Olan berusaha kembali mengambilnya dari tangan sahabatnya itu.

"Ck, enggak, Lan."

"Nggak percaya gue," ucap Olan membuat Dhani menghela napas pelan. Tanpa disadari Olan, Dhani melempar bolanya dengan satu hentakan hingga masuk ke dalam ring.

Deva dan Indana melongo melihatnya.

"Tadi Dhani sama temennya itu lagi debat, 'kan?" tanya Deva heran.

Indana menggelengkan kepala, lalu melanjutkan permainannya bersama dengan Deva.

Sementara Faris tersenyum ke arah Faricha, mencoba menggoda gadis itu yang sedang mendrible bola. Gadis itu hanya bisa berdecak pelan.

FarichaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang