Truth Or Dare?

107 13 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma sholli'ala sayyidina muhammad wa'ala ali sayyidina muhammad

Selamat membaca😊

°°°

Aku tak pernah menganggap rasa senang ketika dengannya dengan sebutan suka apalagi cinta, menurutku, cinta itu perasaan yang menyenangkan dan membuatku dekat dengan-Nya. Aku tak menganggapnya karena aku belum mendapatkan opsi kedua.

~Faricha Lutfia Izza~

°°°

"Assalamu'alaykum."

"Wa'alaykumsalam."

Firda berjalan cepat kearah pintu. Ia langsung membukanya, terlihat putra sulungnya yang masih mengenakan baju koko yang dipakainya untuk sholat isya' di masjid.

"Abang dari mana saja?" Tanya Firda terdengar khawatir. Ibu mana yang tidak khawatir kalau anaknya baru saja sampai rumah pukul sembilan malam.

"Abangnya suruh masuk dulu, Nda!" Ucap Faricha. Kasihan juga kakaknya yang masih berdiri di pintu langsung ditanya-tanyai.

Firda mengajak Farikhin untuk duduk di sofa ruang tengah, di samping Faricha.

"Memangnya tadi Ayah belum bilang?'' Tanya Farikhin.

"Sudah sih, tapi Bunda jadi ragu karena kamu pulang sampai jam segini. Kan ngajarin orang bisa cuma sampai setengah sembilan, Bang." Farikhin mencoba tenang.

"Ya… kan tadi Abang diajak makan juga sama keluarganya Dhani, Nda. Tidak enak kalau menolak, masa rejeki ditolak." Firda mengangguk.

"Ya sudah, maafin Abang, Nda." Firda menganggukkan kepala. "Iya, Bunda maafin. Bunda ke atas dulu, sudah malam," ucap Firda.

Farikhin mengangguk. Firda pun melangkah menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di paling ujung. Setelah itu, pandangan Farikhin memperhatikan adiknya yang masih mengerjakan tugasnya.

"Ngerjain tugas apa?"

Faricha menoleh sekilas, lalu menjawab, "Sejarah Indonesia."

Lima menit kemudian, Faricha menutup bukunya karena sudah selesai. Ia merenggangkan otot-ototnya, hingga sesekali berbunyi 'kletek-kletek'.

Ia teringat sesuatu. "Eh iya, Bang. Tadi ada yang ngisiin aku pulsa 50.000," ucap Faricha memulai sesi curhatnya. Waktu malam seperti inilah yang sangat cocok untuk kakak beradik itu saling bertukar pikiran, tanpa diganggu kedua orang tuanya karena mungkin mereka sudah menuju alam mimpi.

"Abang sudah tau," jawab Farikhin. Ia jadi kembali was-was mengingat hal itu. Apa Dhani itu menyukai adiknya? Tapi mungkin saja, karena Faricha itu sangat manis, bahkan dulu ada om-om yang mengatakan ingin menikahkan Faricha dengan putranya.

Faricha menaikkan alisnya menatap kakaknya. "Tau dari mana?" Tanya Faricha.

"Abang lihat sendiri, Dhani transfer pulsanya ke nomor kamu," jawab Farikhin.

"Dhani?"

Farikhin mengangguk mantap. Lalu, laki-laki itu menatap serius adiknya, membuat Faricha mengerutkan kening. Pasti ada hal yang akan ditanyakan Farikhin terkait dirinya, pikir Faricha.

FarichaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang